Headlines News :

    Cerita Sex: Istri Muda Kesepian –

    Cerita Sex: Istri Muda Kesepian – Inilah sebuah kisah perselingkuhan, cerita dewasa isteri muda kesepian yang melampiaskan nafsu birahinya dengan laki-laki lain karena sang suami lebih sibuk dengan isteri tua atau bini pertamanya. Daripada ia membatin dan hasrat seksnya tidak tersalurkan, ia pun ngentot dengan laki-laki lain hingga hamil. Berikut adalah cerita lengkapnya!
    cerita-sex-istri-muda-kesepian
    Aku Melati usiaku saat ini 30 th. Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 153 cm dan berat 40kg. Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri, bahkan aku selalu mengenakan busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah. Itulah sebabnya kulitku selalu kelihatan putih terawat meskipun aku tidak pernah melakukan perawatan diri ke salon kecantikan. Bahkan teman-temanku mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan. Aku tinggal di dekat lingkungan pesantren di kota J.
    Awal kejadian ini pada tahun 2005 saat aku menikah dengan seorang yang telah beristri, dan aku menjadi istri keduanya waktu itu. Suamiku ini sebenarnya baik dan mencintai aku. Dan aku pun mencintai dia. Akan tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja. Hal itu terjadi mungkin karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri pertamanya. Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi permasalahan dikarenakan hal itu.
    Suamiku pun pada akhirnya dihadapkan pada pilihan yang sulit, sehingga tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya. Bahkan buat diriku sangat jarang dia bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja. Pertemuanku dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja, meskipun itu aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya. Akan tetapi lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian. Hal itu cukup lama berjalan, tapi aku tetap berusaha untuk sabar dan menerima semua ini sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani.

    Aku bertetangga dengan seorang wanita (sebut saja M) yang suaminya mempunyai bisnis di luar jawa. M kurang lebih sama seperti aku, dalam hal pemahaman agama dan berbusana. Awalnya kami sering bertemu dalam majelis pengajian di pesantren. Akhirnya kami berkenalan dan kami merasa ada kecocokan. Mengingat M ini juga ditinggal suaminya berbisnis di luar jawa, sehingga dia di rumah hanya bersama ketiga anaknya yang masih kecil. Itulah sebabnya aku sering bertandang ke rumahnya dan kami menjadi akrab. Dia baik sama aku, suka membantu dan menolong.
    Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yg mengerikan di kotaku. Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah dan bangunan di desaku, termasuk rumahku. Alhamdulillah aku selamat. Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku. Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah M yang meskipun sederhana namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak ditempati. Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga ini. Selang beberapa hari setelah musibah itu suami M (sebut saja AH) pulang dan akhirnya menutup usahanya di luar jawa demi untuk bersama keluarganya yg sedang tertimpa musibah.
    Aku menempati sebuah kamar yg sederhana. Tempat tidur tanpa dipan dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden. Meski demikian, aku sangat bersyukur dalam kondisi sulit seperti ini ada tetangga yg benar2 tulus mau membantu. Aku menjadi akrab dengan mereka dan anak2nya. Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya serta mengurus anak-anak AH.
    Dua minggu setelah musibah itu aku periksa ke bidan dan aku baru tahu kalau ternyata aku hamil 2 bulan. Pantas saja, akhir-akhir ini badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti biasa. Aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini. Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami terhadapku. Akupun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.
    Hari-hari berlalu…..
    Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus. Suamiku masih bersikap seperti biasanya. Dia masih lebih perhatian pada istri pertamanya, sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.
    Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga AH ini. Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.
    Keakrabanku dengan AH dan keluarganya terkadang membuat batas diantara kami menjadi longgar. Terlebih lagi memang rumah keluarga AH ini tidak luas. Terkadang aku kepergok AH dalam kondisi aku tanpa jilbab. Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi ?
    Hari2 berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah2 keluarga mereka…
    Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah AH ini. Terkadang kami keluar berdua, dan sorenya aku dipulangkan ke rumah AH.
    Keadaan seperti itu berlangsung kira2 sebulan.
    Sampai suatu hari, AH menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut.
    Yang intinya memberikan harapan padaku bahwa dia bersedia menikahi aku jika saja aku mau bepisah dg suamiku. Aku terkejut bukan main atas niatnya itu. Awalnya aku menolak secara halus. Tapi ketika dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan dengan para Kyai (di pesantren), dan semua menyarankan dalam kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil maka lebih baik berpisah saja. Saat itu aku mulai gamang…. Antara ya dan tidak.
    Kadang aku merasa ada benarnya pendapat AH itu, tapi aku juga takut jika harus berpisah dengan suamiku, dan menyandang predikat janda.
    Aku, M dan AH terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu. Dan dari sekian argumen yang kami ajukan, selalu berujung pada kesimpulan “lebih baik berpisah daripada terdholimi terus…”
    Akan tetapi sampai sejauh itu, M belum tahu jika AH sudah mempunyai niat untuk menikahi aku nantinya. AH bilang kepadaku untuk sementara waktu menyimpan dulu hal itu sampai nanti dia sendiri yang akan menyampaikan ke M kalau waktunya tepat.
    Dari seringnya kami bertukar pikiran, dan terkadang di situ ada saat saling curhat diantara kami, aku semakin merasa tentram. Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru. Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku. Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang, dan menjadi hambar bahkan kadang menyakitkan.
    Suatu malam ketika aku tertidur sangat lelap (mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku)…. Tiba2 aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku….. Antara sadar dan tidak, aku merasa suamiku mendatangi aku…. Akupun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia, bagaikan orang yang telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam…
    Dia mulai mencumbuiku, dari ujung kaki….naik ke betis, lalu paha dan akhirnya ke bagian yg paling sensitive.. Dia cumbui bagian itu dg lembutnya, sampai akupun merasakan sensasi nikmat yg sangat.. Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yg mulai memuncak…
    Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku….akupun hanya pasrah…karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi.. Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan kenikmatan yang sangat.. Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yg mulai mendesak masuk ke kemaluanku, aku tersadar dan membuka mata….
    Dan alangkah tekejutnya aku, karena ternyata yg berada di atas tubuhku adalah… AH..
    Kaget, malu, marah dan apalah namanya berkecamuk jadi satu.. Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik…”Jangan teriak..!”
    Aku langsung sadar, kalau aku berada di rumah AH. Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi. Spontan aku teringat istri dan anak2nya…ingat keluarganya yg selama ini sudah baik padaku. Maka aku pun diam sejenak, aku mencoba berpikir harus bagaimana…. Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dg keluarganya. Lalu aku mencoba meronta, akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku. Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku…
    Aku mencoba menutup kedua pahaku, tapi dengan posisi AH yang sudah menindih dan berada diantara kedua pahaku, aku mendapatkan kesulitan untuk itu. Kedua kaki AH mengunci kedua pahaku untuk terus terbuka.
    Aku mencoba mendorong tubuhnya, akan tetapi tubuhku yang kecil nampaknya tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh AH yang tinggi dan berotot itu…
    Tangan kanannya terus membekap mulutku dan tangan kirinya menekan tangan kananku. Tangan kiriku mencoba untuk meronta, tapi semua itu sia-sia. AH terlalu kuat tenaganya. Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga…
    Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah, dia mulai mengendorkan bekapannya.
    Aku hanya bisa merintih memelas…”Abang…jangaaaann…”
    “Jangaaann…” Aku terus memohon dengan memelas..
    Akan tetapi rintihanku sia-sia, AH tetap mempertahankan posisi itu dan mulai membelai kepalaku dan mencoba mengecup bibirku… Dikulumnya bibirku, dan lidahnya berusaha menerobos masuk. Aku berusaha mengatupkan kedua bibirku dengan kuat.
    Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat….
    “Abang….tolong lepas….jangan abang….” Aku terus memohon dengan rintihan yang pelan nyaris tak terdengar. Bagaimanapun juga aku khawatir kalo aku sampai membangunkan M, yang tentu akan memicu masalah yang lebih besar.
    AH tidak juga bergeming, bahkan dia terus mempertahankan posisinya…
    Setelah itu, aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk menerobos liang senggamaku. Aku tersentak dan berusaha menghindarinya. Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak seberapa, usahaku sia-sia. Akhirnya, dengan dua atau tiga kali dorongan dia menemukan liang itu dan mulai mendorong pelan kemaluannya masuk lebih dalam lagi dan lagi…
    “Sakiiit abang….” Aku merasakan agak perih ketika kepala kemaluan AH mulai menerobos liang senggamaku.
    Dia mendorong terus kemaluannya sampai akhirnya aku rasakan semua tenggelam dalam liang senggamaku. Aku menahan nafas, dan AH menahan posisi itu beberapa saat. Setelah dirasa aku agak tenang, AH meneruskan aksinya dengan gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan….sambil terus dibelainya kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.
    Kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku, berbeda rasanya dengan punya suamiku.. terasa lebih besar dan padat.. AH terus menariknya, dan mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur…. berulang-ulang….
    Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku, barangkali karena keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang. Akan tetapi dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu lama-lama aku rasakan senggamaku mulai bisa menerimanya. Cairanku pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya dan otot-ototnyapun mulai merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun. Beberapa kali kepala kemaluan AH terasa menyentuh mulut rahimku.. uh, sedikit ngilu.. tapi nikmat.
    Aku bingung, malu, takut, bercampur jadi satu dg sensasi aneh yg pelan-pelan mulai merasuki…
    Sensasi aneh yang membuat aku bingung. Perlahan tapi pasti getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku…
    Entah syetan apa yang berperan, lama-lama secara reflek aku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku….
    Aku tidak bisa lagi berpikir jernih …..
    Yang ada waktu itu hanya rasa malu, bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar.
    Malu karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat tubuhku, malam ini tubuhku nyaris telanjang di depan laki-laki yang bukan suamiku.
    Bingung,…mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini??
    AH mulai mempermainkan temponya, kadang dia percepat kemudian diperlambat….
    Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan sambil diputar-putarnya di dalam rongga senggamaku.
    Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat….
    Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang, akan tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya…..
    “Abang….aaaahhhhh….” Tiba-tiba AH mempercepat tempo permainannya beberapa saat dan itu membuat aku tersentak terbelalak mencoba menahan sesuatu yang mendesak kuat dari dalam…..
    Akan tetapi tanpa bisa aku bendung, desakan-desakan itu semakin menguat dan….. “Abang..bang….!! Aaaaccchhh……” Aku terbelalak, tanganku meremas kuat kepala AH dan kedua kakiku terangkat tinggi sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha AH. Yaahh….sampailah aku pada orgasmeku….
    Betapapun aku ingin menahannya, kenyataannya aku tidak mampu. Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi…. Otot-otot senggamaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan AH yang masih tertanam dalam-dalam.
    AH tersenyum….entah apa arti senyumannya itu…
    Sesaat kemudian aku terkulai lemas…
    Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati, dia semakin berani meneruskan aksinya…
    AH memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya, kali ini langsung dengan tempo yang cepat…. Aku yang sudah lemas dibuatnya terengah-engah menahan serangannya. Dan dengan mata terpejam, aku ikut menyambut gerakannya dengan goyangan pinggulku. AH pun semakin liar menyetubuhiku. Sambil menggenjotku, tangan AH menjalar, meremas kedua payudaraku dengan gemas. Ditariknya penutup BH-ku ke atas, sehingga payudaraku pun kini terbebas sempurna dari kekangan, dan dengan liarnya kedua payudaraku ikut bergoyang ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah seirama dengan goyangan dan genjotan AH.
    AH semakin bernapsu… sembari menggoyang tubuhku, puting merah muda payudaraku yang sudah berdiri dengan tegak dijepit-nya dengan jari-nya, dipilin dengan gemas. Mulutnya juga bergerak. Dikulum-nya kedua puting payudaraku, dipermainkannya dengan lidah yang kasar. Aku hanya bisa melenguh seperti anak sapi.. “ Uuuuuugggghhhhhh.. ugggghhhhhh..”
    Kemudian ditariknya tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya, pahaku pun kemudian ditumpukannya di atas paha-nya. Dengan posisi duduk seperti ini, clitorisku pun bergesekan langsung dengan batang kemaluannya. Ah, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku utk menahan sensasi yang timbul.. nikmat sekali rasanya. Kupeluk kepala AH dengan kedua tanganku.. tanpa malu-malu kupagut bibirnya dengan bibirku. Lidah AH pun bergerak lincah.. menerobos masuk ke dalam mulutku, membelit lidahku dengan ganas.
    Aku semakin terbang..
    Bersamaan dengan itu, tangan AH juga bergerak lincah.. diremas-nya kedua payudaraku.. dan tak ketinggalan putingnya dipelintir dengan jari-jari-nya. Bibirnya bergerak perlahan.. menyusuri bagian belakang telinga..kemudian bergerak ke bawah menyusuri leherku yang jenjang.. dan tiba-tiba, bagian ular Cobra, gigi-nya mematuk dan mulutnya mencupang leherku dengan keras.
    Aku hanya bisa menjerit lirih..
    Tidak berselang lama, tangan AH memeluk tubuhku dengan erat.. puting payudaraku terasa bergesekan lembut dengan rambut di dada-nya.. uh, geli kurasakan.
    Dirapatkannya kedua paha-nya.. bongkahan pantatku dipegang-nya dengan kedua tangan. Dibantunya pergerakan naik turunku di atas pahanya.. semakin cepat dan cepat.
    Bibirnya kembali mencari bibirku.. lidah kami berdua kembali bertaut. Dan tiba-tiba dibenamkan kemaluannya dalam-dalam hingga ujung kepala-nya terasa mentok di ujung rahimku, dan kemudian menahannya sambil mengejan….
    ”Uuurrgg…aaacchhhh…, saaayyyaaaang…..” lenguhan panjangnya tepat di telingaku yg lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara.
    Rupanya dia mendapatkan orgasmenya. Aku rasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku, dan terasa beberapa kali semburan hangat benihnya dalam rahimku…
    Ya….rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku…
    Malam itu AH menuntaskan hajatnya denganku…
    Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya.. Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku. Kulihat jam di hp-ku menunjukkan pukul 2.48.Setelah itu kesadaran dan akal sehatku mulai pulih…Aku menangis,… Aku merasa sangat bersalah…!Bersalah pada suamiku…. Bersalah pada M sahabatku…
    Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.. tak bisa tidur lagi sampe pagi.
    Keesokan paginya AH sms ke hpku,”Maaf ya, aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut, tapi waktu aku lihat Melati jg menikmatinya, jadi kebablasan deh.”
    “Iya, abang kok bisa gitu sih ? Jangan diulangi ya…” Jawabku.
    Aku termangu sendiri, berpikir mengapa itu bisa terjadi ??
    Mengapa terjadi padaku..??
    Dan parahnya lagi, mengapa aku semalam bisa menikmatinya…??
    Aku mulai berfikir, apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku aku merindukan kehangatan dari suami ?
    Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa hambar. . Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan menumpuk aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak. Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah suamiku menyentuhku. Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku hampir bisa dikatakan pasrah, tanpa perlawanan yang berarti. Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya…
    Ah…yang sudah terjadi biarlah berlalu, pikirku…
    Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui M, istrinya….
    Mengingat M hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku…
    Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa…
    Aku tidak ingin M, istrinya tahu peristiwa malam itu…
    Begitu juga kepada suamiku…. Aku simpan rapat2 peristiwa malam itu….
    Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para Kyai di Pesantren itu Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan suamiku. Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku ? Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya ? Bukankah AH sudah membuka pintu harapan bagiku ? Dan berbagai pernyataan batinku memenuhi benakku sekedar untuk mencari pembenaran atas pemikiranku….
    Dua minggu setelah peristiwa malam itu…..
    Pagi-pagi AH pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak karena gempa. Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang rusak dan kami di kampung itu menerapkan sistem gotong royong saling membantu untuk memperbaikinya. Meskipun bantuan dari masyarakat luar desa juga ada, akan tetapi kami selaku warga yang tinggal di desa itu merasa tidak bisa berpangku tangan.
    Setelah AH pergi, M istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah. Anaknya yang paling tua kelas 2 SD, kedua TK dan yang ketiga belum sekolah. Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami, mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama tidak sekolah. Jarak sekolah dari rumah AH kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki. Jam 7.30 M berangkat dan biasanya pulang sampai rumah sekitar jam 11.30 karena M harus menunggu anaknya yang duduk di bangku TK.
    Setelah M pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah mencuci baju dan bersih-bersih. Itung-itung aku harus ikut meringankan pekerjaan M mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini. Sangat tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan sementara mereka bekerja. Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik, dan siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan rumah. Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.
    Baru saja aku membaringkan badan, tiba2 ada suara salam dan ketukan di pintu depan. Aku terkejut, karena itu suara AH. Aku segera mengenakan jilbab besarku dan belum sempurna aku mengenakannya aku dengar langkah kaki AH sudah memasuki rumah. Aku segera memberi tahu kalo M belum pulang. Maksudku supaya AH tidak masuk rumah karena aku sendirian. Sangat tidak enak kalo ada yang tahu, apalagi ini siang hari….
    “Abang, M belum pulang. Abang jangan masuk…..!”
    “Cuma mau ambil sekop kok,Dik…. Sebentar aja.”
    Terdengar suara gaduh AH di belakang mencari-cari sekop. Aku masih tetap di balik tirai kamar, tidak berani keluar. Meski ada rasa khawatir, tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang. Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi….
    “Ah….enggak ! Jangan sampai !” pikirku.
    “Adik, lihat sekop ga ya ? Kok ga ada di sini ?”
    “Di belakang situ kayaknya…” jawabku
    “Tolong bantu cari dong…keburu mau dipake nih…”
    Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar dan menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.
    “Yups…ini dia…. Makasih ya… Adik udah makan belum ? lhoh, kok keliatan pucat sih?”
    “Adik sakit ya? Udah, istirahat. Kasian kan kandungannya…”
    “Ga pa pa kok….” Jawabku.
    Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang tengah. Tiba-tiba tanpa kuduga AH mendekap perutku dari belakang. Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit ditariknya badanku, sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya. Belum hilang rasa kagetku, dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan kirinya sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan wajahnya. Spontan dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai meraba ke atas…..
    “Jangan lagi Abang….Jangan…!” Aku memohon.
    “Sebentar aja, Dik…” Jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.
    “Jangan….nanti M pulang lho… Akh..jangan….mmmhh…..”
    Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku. Birahiku pun perlahan mulai bangkit.
    Ya….sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan. Dari semenjak gempa, perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas. Kalaupun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.
    Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit juga untuk mengelak. Meskipun aku juga khawatir kalau M tiba2 datang. Akan tetapi aku merasa sedikit tenang, karena posisi ruang tengah ini tepat menghadap ke jalan dimana jika M pulang maka 100 meter sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang ini, dan kami bisa segera menghindarkan diri dari penglihatan M. AH bisa segera keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.
    Aksi kami pun berlanjut…. AH semakin ganas mengulum bibir dan lidahku….sambil diremasnya payudaraku dengan lembut…
    Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah…..
    “aaahhh….mmm…..abang….”
    Dalam posisi masih bediri berhadapan AH menarik bagian bawah jubahku. Rupanya dia mau menggarap bagian senggamaku. Aku memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku….
    Benar saja, jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana dalamku. Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan lembutnya…
    Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin menelusuri permukaannya. Nafasku mulai memburu dan aku mulai memekikkecil…”uuhh…aaaa…hhh..mmmhh….”ketika ujung jari telunjuk-nya menerobos masuk ke liang senggamaku..
    Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku…
    “Dikkkk …..” bisik AH di telingaku….
    AH memelorotkan celana dalamku, dan diapun membuka sedikit celananya sebatas turun ke lututnya. Aku sedikit diangkatnya, rupanya AH menginginkan posisi sambil berdiri.
    Aku pasrah ketika kepala kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku dari bawah dan menekannya ke atas…..Bleesss…. Seluruh batang kemaluannya langsung masuk ke senggamaku. senggamaku terasa penuh sesak dan kurasakan rahimku tertekan ke atas…dan clitorisku langsung tertekan pangkal kemaluannya yg berbulu lebat…
    “Aaacchhhh……” Aku mendesah…
    Seluruh batang kemaluannya tertanam di liang senggamaku. Kami berpelukan dalam posisi aku dalam gendongannya. AH tidak banyak bergerak rupanya dia faham kondisiku yang lagi hamil. Dia menekan dengan kuat pantatku dengan tangannya dan memutar-mutar batang kemaluannya. Seluruh dinding liang senggamakupun terasa diaduk aduk, serta merta clitorisku menerima gesekan-gesekan lembut dari pangkal kemaluannya dan itu menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa….
    Aku hanya terpejam menikmati permainan AH ini….
    Hasratku naik dengan cepatnya, aku memeluk lehernya dengan kuat. Dan bibir kami pun beradu dengan beringas….lidah kami saling beradu untuk membelit dan akhirnya…..
    “aaaaaaaaaaaa……mmmmmhh….abbaaaanng….” aku tak bisa membendung orgasmeku yang datang begitu cepatnya. Aku remas kepala AH dengan kuat untuk melepaskan energi yang besar itu.
    Diputarnya tubuhku, sehingga posisi AH ada di belakang-ku. Didorongnya tubuhku mendekati tembok.. diposisikannya kedua tanganku menempel ke tembok. Diangkatnya kembali jubahku.. diposisikannya kembali kemaluannya di bongkahan pantatku.. ah aku terkejut…
    Akupun sedikit berteriak.. “..jangan abang.. jangan dimasukkan ke lubang pantattttt..”
    AH hanya tersenyum, dan hanya berkata.. “..nggaaaak, sayaaangg.. aku cuma peengiiiin dari belakang..”.
    Dan dengan perlahan kepala kemaluannya menyeruak masuk ke bibir senggamaku. Uh, rasanya menakjubkan ketika titik G-spot di dalam liang kemaluanku tersodok kepala kemaluannya yang besar.
    AH pun menggoyang kembali tubuhku..
    Disingkapnya jubahku lebih ke atas.. tangannya kemudian meremas kedua payudaraku dari belakang. Meski masih tertutup BH, tapi rasa geli akibat remasan tangan AH cukup terasa di puting payudaraku yang sudah berdiri tegak..
    Tidak berapa lama, desakan orgasme-ku yang kedua pun mulai muncul. Kupeluk dan kutarik leher AH ke arahku.. aku ingin sekali orgasme sambil mencium bibir AH. Rupanya AH tahu keinginanku.. bibir-nya pun segera mengulum bibirku, dan kemudian terasa ledakan orgasme-ku yang kedua. Aarggghhhhhhhhhhhhhhh..
    Setelah itu dibaringkannya aku di sofa, dan AH melanjutkan aksinya dengan gerakan memompa dengan cepat.
    Tak berselang lama AH mengejan….mendekap tubuhku merapat makin kuat…..
    Dia memejamkan matanya sambil melenguh “aaaaaccchhhhh………..” Dan kemudian liang senggamaku pun terasa mendapat kedutan-kedutan keras yang berlanjut dengan rasa banjir lahar panas mengguyur di dalamnya. Aaargggghhh.. aku pun mendapat orgasme yang ketiga.
    Sesaat setelah itu, dia roboh ke sofa sambil nafasnya terengah-engah….
    Batang kemaluannya terlepas dari senggamaku.
    “Kamu luar biasa, Diiikkk…. hebat…”
    Jam menunjukkan pukul 11.05…
    Sudah dekat waktunya M pulang. Maka aku minta AH untuk segera keluar rumah sebelum M pulang.
    Aku membersihkan sofa, barangkali ada sisa-sisa sperma AH yang tumpah. Setelah itu aku mandi membersihkan diri dan memulihkan kesegaranku.
    Kurang lebih 2 bulan setelah itu aku benar-benar minta cerai dari suamiku, dan akhirnya kamipun bercerai. Tapi anehnya… aku tidak merasa terlalu berduka dengan perceraian itu. Waktu itu usia kandungankku 6 bulan. Berarti aku mempunyai masa idah selama kurang lebih 3 bulan sampai anakku lahir.
    Suamiku memang orang yang bertanggung jawab. Sebulan setelah perceraianku, dia menyewakanku sebuah rumah (yang cukup sederhana karena baru direnovasi seadanya setelah gempa). Rumah itu cukup mungil dan berada di pinggir desa. Tepatnya agak terpisah dari desa dan berada di areal persawahan dan itu satu-satunya rumah di situ. Tetangga terdekat berjarak sekitar 100 meter dari rumah itu dan kurang lebih 300 meter dari rumah AH. Aku menempati rumah itu seorang diri.
    Terkadang aku masih bertandang ke rumah M untuk sekedar silaturahim.
    Suamiku pun seminggu sekali masih datang menjengukku sekedar menanyakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hariku.
    Suatu malam, nada sms di hp-ku berdering dan aku terkejut bangun karenanya.
    Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 23.45. Ternyata dari AH…”Adik…belum tidur kan ??”
    Aku tidak menjawabnya karena memang aku rasa sudah malam dan aku masih mengantuk. Akan tetapi tidak berselang lama, nada panggilan berdering dari hp-ku. AH misscall. Akhirnya dg agak malas aku jawab smsnya, “Da pa sih ? Dah malam ni…”
    Dia jawab lagi, “Jangan tidur dulu ya, 10 menit lagi aku datang…”
    Deg…aku terperanjat….! Gila juga ni orang…
    Tiba-tiba perasaanku campur aduk gak karuan….
    Terbayang lagi peristiwa-peristiwa yang lalu….
    Duh…Mau ngapain ini orang, pikirku. Dah malam gini……
    “Eh…ngapain ?! Jangan gila ah….!” Jawabku
    “Aku baru pulang dari Jakarta, ada oleh2 buat Adik nih… he he”
    “Ga enak kalo aku bawa pulang, ntar ketauan M kan ?” Jawabnya.
    Kurang lebih 15 menit berselang terdengar ketukan halus di pintu depanku. Aku segera mengenakan jilbab hitam besarku dan berjalan mendekati pintu dan mengintip dari balik tirai. Ternyata benar, AH yang datang. Nekat juga AH ini…
    Begitu slot kunci aku buka, dia langsung nyelonong menerobos masuk rumah. Aku merasa gak enak dan khawatir kalau ada orang yang mengetahui kedatangan AH ke rumahku malam2 begini.
    “Ada apa sih ? Gak enak kalo ada yang tahu…”
    “Tenang…aku dah survei keadaan, aman. Tadi aku turun di ujung jalan dan jalan kaki ke sini…” Jawabnya.
    Dia mengeluarkan bungkusan dari dalam tas dan memberikannya padaku. Setelah aku buka, ternyata 2 stel baju. Satu stel jubah hijau tua lengkap dengan jilbabnya dan satu lagi gaun tidur warna biru yang sangat cantik.
    “Makasih yaaa…. Udah, sana pulang….” Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraankku…
    “Kok langsung disuruh pulang…?! Abang pengen liat Adik pake dulu baju ini…”
    Aku mencoba menolak karena memang sudah malam dan aku benar2 masih khawatir kalau ada orang yang tahu. Akan tetapi bukan AH namanya kalau mudah menyerah. Akhirnya aku turuti permintaannya. Aku ke kamar mandi dan berganti baju yang baru dibelikannya.
    Keluar dari kamar mandi aku mengenakan baju jubah hijau dan jilbab besarnya. Terasa pas banget di badanku, seakan-akan baju ini memang dijahit untukku. Aku melihat sudah ada 2 gelas teh panas di meja. Rupanya selama aku di kamar mandi dia menyiapkan teh panas itu. Hmmm….dasar AH, pikirku…
    AH izin untuk mandi, karena dari perjalanan jauh badannya terasa capek dan berkeringat. Akkupun mengizinkannya. Dia masuk ke kamar mandi sambil membawa air panas sisa membuat teh barusan.
    Setelah selesai mandi AH keluar dengan mengenakan kaos yang bersih dan badannya terlihat segar.
    Kami terlibat obrolan2 ringan sambil menikmati teh panas. Obrolan kami berkisar cerita AH yang baru merintis usaha baru di Jakarta sampai akhirnya ke kondisi kehamilanku yang waktu itu sudah memasuki usia 7 bulan. Dia sangat perhatian padaku dan banyak memberi saran ini itu untuk kesehatanku dan kandunganku.
    Diam-diam aku semakin merasa nyaman dan senang dengan perhatiannya…
    Tanpa aku sadari tiba-tiba tangan kanan AH sudah berada di kepalaku dan dibelainya jilbabku dengan lembut. Aku mencoba mengelak, tapi nampaknya AH membaca kepura-puraanku. Dielusnya dari atas ke bawah….dan sampai di tengkuk, dipijitnya dengan lembut dengan gerakan memutar ibu jarinya. Lama kelamaan akupun sangat menikmati pijatan demi pijatannya. Karena malam itu badanku memang terasa kaku dan capek sekali…
    Akhirnya pijitannya turun ke lengan dan punggungku. Agak lama dia pijat bagian tersebut dan akupun semakin menikmatinya…
    Entah berapa lama aksi itu berlangsung, tiba2 kurasakan hembusan hawa hangat di leherku. Ya,…AH mencium bagian belakang leherku dari balik jilbabku. Aku agak kaget, tapi pasrah. Mungkin karena suasana yang seperti itu membuat hasratku pelan-pelan bangkit. Rupanya AH faham akan hal itu…
    Dia terus menciumi leherku dari belakang, dan akhirnya dibalikkannya tubuhku hingga kami berhadapan. Aksinyapun dilanjutkan dengan ciumannya di bibirku…
    Dilumatnya bibirku dengan lembutnya, dan akupun meresponnya. Aku buka bibirku dan lidah kamipun beradu dengan beringasnya….
    Untuk kesekian kalinya aku kehilangan akal sehatku. Tapi aku pikir sudah kepalang basah. Bukankah aku sudah dicerai dan AH pun sudah memberikan harapan untukku ?
    Apalagi aku dalam kondisi hamil….
    Jadi amanlah aku pikir…
    Aksi kami pun berlanjut…
    Sambil berciuman tangan AH menelusup di balik jilbab dan meraba-raba dadaku. Nafasku mulai memburu dan kuberanikan diri meraba selangkang AH. Terasa betapa kemaluannya sudah mengeras….besar dan panjang. AH membuka resleting celananya untuk memberi jalan padaku supaya lebih leluasa memegang kemaluannya.
    “Deg….” Ternyata kemaluannya sangat besar dan keras terasa dalam genggamanku. Aku tidak berani melihat, akan tetapi aku rasakan ada cukup sisa panjang kemaluannya yang tersembul dari genggamanku.
    Terdengar AH berbisik.. “adik.. tolong dikocok..”.
    Selama aku menikah, belum pernah sekalipun aku memegang kemaluan suamiku.. apalagi kemudian mengocoknya. Dengan rasa takut, perlahan-lahan, aku kocok batang kemaluan AH.. mulut kami pun kembali saling beradu.
    Tak berapa lama, kurasakan batang kemaluan AH semakin membesar dan mengeras. Akhirnya kuberanikan diri untuk melirik kemaluan AH. Ahhhhhh.. tak kunyana tak kusangka, kepala kemaluan AH sangat besar.. dan terlihat berkilap karena cairan mazi sudah mulai keluar dari celah di kepala kemaluannya.
    Kembali terdengar AH berbisik.. “adik.. tolong dicium..”
    Aku kaget setengah mati mendengar permintaannya, dan kujawab “..maaf, bang.. aku belum pernah.. aku takut…”
    AH pun menjawab.. “ya sekarang dicoba..”
    Pundakku pun ditekan kedua tangan AH yang kekar ke bawah.. kakiku pun bertumpu pada kedua lututku.. posisi kepalaku menjadi sejajar dengan kemaluan AH. Dan untuk pertama kali-nya dalam hidupku, aku melihat kemaluan seorang pria dewasa yang sedang terangsang. Bentuknya aneh.. urat-uratnya terlihat jelas bagaikan akar yang mengelilingi batang pohon.. rambut kemaluannya terlihat ikal dan cukup tebal. Dan ternyata lebih aneh lagi pada saat kucium bau-nya.. tapi entah kenapa, tiba-tiba aku semakin terangsang dengan kondisi itu.. kurasakan ada sedikit cairan yang menetes keluar dari liang senggamaku..
    Dengan hati berdebar karena takut.. kucoba mendekatkan diri ke kepala kemaluan AH. Perlahan-lahan kujilat dengan ujung lidahku.. kemudian aku menengadah ke atas.. kulihat muka AH, matanya terpejam menikmati sentuhan ujung lidahku.. aku menjadi semakin bersemangat.. kujilat kembali kepala kemaluannya.. berulang-ulang seperti anak kecil yang sedang menikmati permen lolipop.. ujung lidahku pun bergerak menyelusuri batang kemaluannya.. ke bawah dan terus ke bawah hingga pangkal-nya. Kemudian kubalik arah-nya, kususuri dari pangkal hingga kepala.. berulang-ulang.
    Mulut AH pun melenguh..
    Tiba-tiba, pada saat mulutku menjilat kepala kemaluan untuk yang kesekian kali, kedua tangan AH yang kekar memegang kepalaku.. dan ditariknya kepalaku ke depan.. masuklah kepala kemaluan AH ke dalam mulutku.. Akupun tersedak.. hueeekkksss… hampir muntah rasanya.
    Akupun marah.. “..abang.. kenapa dimasukkan ke mulutku..?
    AH menjawab.. “..aku sudah nggak tahan, dikkk.. tolong hisap…. tolong..”
    Aku segera bangkit berdiri.. aku marah sekali.. kurapikan jubah yang kukenakan.. dan duduk di sofa membelakangi AH.
    Melihat aku marah, AH memeluku dari belakang.. dan berbisik di telingaku.. “..maafkan abang yahhhhh.. kamu jangan marah.. abang janji nggak akan mengulangi lagi..”.
    Diremasnya kedua payudaraku dengan lembut.. berulang-ulang.. mulutnya pun menjilati bagian belakang telingaku. Meski masih tertutup jilbab, tapi perbuatan AH di belakang telingaku membuat bulu kudukku meremang.. dan membuat menggelinjang menahan geli.
    Mendapat perlakuakn seperti itu, aku-pun luluh.. kusambut mulut AH yang ada disampingku telingaku dengan ciuman yang ganas.. lidah kamipun saling memagut satu dengan yang lain..
    Kami terlibat dalam percumbuan yang cukup dahsyat, masing-masing dari kami saling merangsang dengan hebatnya. Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya, saat AH mengangkat tubuhku ke dalam kamar.
    Dibaringkannya tubuhku di kasur dan kami melanjutkan percumbuan kami. Dia semakin berani, disibakkannya jilbab besar yang aku pakai dan ciumannya kini mulai turun ke leher dan daerah payudara. Akupun semakin menggelinjang gak karuan…
    AH pun makin menggila, dibukanya kancing jubah yg aku kenakan sekaligus celana dalamku. Dan untuk pertama kali-nya, aku telanjang bulat di depan AH. Entah setan mana lagi yang meracuniku sampai rasa maluku malam itu benar2 hilang. Yang ada hanya hasrat yang memuncak dalam birahi. Aku selalu menantikan aksi selanjutnya dari AH….
    Mulutnya kembali mengulum mulutku.. kemudian bergerak ke bawah, menelusuri leher-ku yang jenjang.. turun dan terus turun.. dan secara perlahan dikecup-nya pangkal payudara-ku yang putih.
    Tiba-tiba aku tersentak dan menjerit lirih, ketika kecupan lembut AH berubah menjadi cupangan dan gigitan yang terasa menyakitkan. “.. ah, abang.. jangan digigit.. sakit..”.
    AH hanya tersenyum dan menjawab “.. maaf sayang.. aku gemas dengan payudaramu..”
    Lidahnya bergerak lincah.. puting payudaraku dipermainkannya.. bergantian kiri dan kanan.. berulang-ulang entah berapa kali. Dan kembali aku tersentak dan hanya bisa menjerit lirih, ketika mendadak puting payudaraku dihisap AH dengan keras. “..abaaaaanngggg.. uuuggghhhh..” Di tengah nafsu yang melanda, sulit sekali aku membedakan antara sakit dan nikmat akibat hisapan itu.
    Bosan bermain-main dengan dadaku, AH pun mulai mencumbui bagian bawahku. Lidahnya mulai menjilati rambut kemaluanku.
    Dengan suara gemetar karena menahan nafsu, terdengar AH berbisik “..Aadiik.. rambut kemaluanmu bagus.. rapiiii.. abang juga kangen dengan baunya.. harum..”.
    Aku hanya tersenyum malu, dan kedua tanganku pun meremas rambut kepala AH dengan gemas. Duh, sudah tidak sabar rasanya merasakan clitorisku di oral oleh AH.
    Tidak berapa lama keinginanku pun terkabul, clitoriskumulai diisap-isap dan dijilat-jilatnya. Aku menggelinjang sangat hebat sampai pantatku terangkat-angkat tidak karuan….lenguhan-lenguhan kecilku menambah panasnya ranjangku malam itu…. ”hhh….ssshhh… aaachh…. abang… aaahh…mmmm….”
    Dia bertahan beberapa saat di permainan itu sampai akhirnya aku setengah berteriak,…”Aaaaccchhh…..abaaanggg….aaaaaaahhhhhh” Aku remas rambutnya dan kakiku menjepit kuat lehernya. Yah….aku orgasme….
    Suatu kenikmatan yang aku jadi merindukannya…..
    Setelah beberapa saat aku terkulai lemas….
    AH menciumi wajah dan bibirku sambil tersenyum puas….”Iiihhhh nikmat banget ya….??? Sampe gitu-gitunya….” selorohnya menggoda.
    Aku hanya terpejam…..terpejam sambil tersenyum puas….
    Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat. Bagaimanapun juga masih ada rasa malu ketika aku tahu AH melihat tubuhku tanpa busana seperti ini.
    Beberapa saat setelah itu sambil aku masih terbaring berselimut AH kembali mengurut kakiku. Rupanya dia memahami kondisiku malam itu. Badanku yang memang terasa letih makin lemas rasanya ketika harus meledakkan energi orgasme yang cukup dahsyat barusan. Dia mulai memijit jari-jemari kakiku, kemudian telapak kaki. Dipijatnya dengan lembut bagian itu sampai aku benar-benar merasa cukup. Kemudian pijatannya mulai naik ke betis dan di kanan kiri tulang keringku, sampai ke lutut. Setelah dirasa cukup, mulai telapak tanganku dipijatnya merata sampai ke bahu. Benar-benar relaksasi yang bisa mengendorkan seluruh syaraf dan otot tubuhku. Aku sangat menikmati pijatannya, sampai akhirnya (barangkali) aku tertidur….
    Tiba-tiba aku merasakan birahiku merambat naik lagi… Aku tersadar… Ternyata AH mulai merangsangku lagi. Kali ini dia langsung ke clitorisku. Pelan tapi pasti hasratku mulai memuncak lagi. Aku mulai melenguh dan pantatku terangkat-angkat…
    Digosoknya clitorisku yang sudah licin dengan jarinya, dan sesekali dimasukkannya jarinya ke senggamaku dengan gerakan keluar masuk. Aku terbelalak, nafasku mulai memburu lagi dan tanganku mencari-cari kepalanya. Aku tarik kepalanya dan refleks kami bercumbu lagi dengan hebatnya. Lidahnya menyapu langit-langit mulutku dan itu membuat aku semakin beringas seakan mau menelan lidahnya bulat-bulat.
    Setelah dia rasa aku cukup pemanasan, dia membuka kakiku dan memasang posisi siap beraksi… “Gantian ya Dik, abang belum dapat tadi….” bisiknya di telingaku.
    Aku hanya terpejam….
    “Hati-hati lho, perutku udah besar…” bisikku
    “Tenang sayang, aku tahu caranya kok…nikmati saja ya.. coba kamu naik di atasku, sayang….”
    Akupun menuruti kemauannya. Aku segera naik ke atas tubuh AH. AH mengelus pantatku sesaat, sebelum aku rasakan kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku. Mendesak masuk, pelan tapi pasti…
    Agak susah masuknya, barangkali dengan posisi itu liang senggamaku menjadi lebih rapat. Dia terus mendorong dengan mantap sampai akhirnya seluruh batang kemaluannya tertanam di liangku.
    Aku terbelalak….
    AH mulai meremas kedua payudaraku.. dimainkannya kedua putingku dengan ujung jari-nya. Akupun mengimbangi dengan gerakan naik turun.. kurasakan clitorisku menggesek rambut kemaluannya.. uh geli dan nikmat.
    Aku rasakan gesekan-gesekan kemaluan besarnya di dalam liang senggamaku mengaduk-aduk G-spotnya. Aku mulai mendesah dan melenguh lagi dan pasrah dalam kenikmatan yang semakin lama semakin memuncak….
    Tak selang lama, AH melenguh panjang,…”Uuuuuuggghhhh…..diiikkkkk….” Rupanya dia sudah orgasme duluan. Ditariknya pantatku kuat-kuat dan dibenamkan seluruh batang kemaluannya dalam-dalam. Aku rasakan semburan benihnya amat banyak di dalam rongga senggamaku, sampai aku merasakan ada sebagian yang keluar mengalir turun di pahaku. Setelah itu disuruhnya aku berbaring dan kembali kami berpelukan dengan kuatnya melepaskan energi yg cukup besar itu.
    Setelah nafasnya agak teratur, AH kembali memulai permainannya. Sekarang posisi aku terlentang di bawah dan AH menopang badannya di atasku. Ia mulai memasukkan dan memainkan lagi kemaluannya di dalam senggamaku. Luar biasa, tahan lama juga rupanya…
    Dia menopang badannya dengan kedua tangan, sehingga perutku aman dari tekanan berat tubuhnya. Dia permainkan kemaluannya di dalam liang senggamaku, diputar-putar dan ditarik keluar masuk perlahan-lahan….kadang agak dipercepat. Terdengar bunyi “crot-crot…” berulang-ulang karena beradunya kelamin kami yang sudah sangat basah.
    Dalam gerakan-gerakan dan gesekan antar kelamin yang penuh birahi itu tak lama kemudian aku mendapatkan lagi puncak orgasmeku…. Orgasme yang kedua, yang aku rasakan jauh lebih dahsyat dari orgasmeku yang pertama tadi..
    Aku mengejan dan terbelalak, “Uuuuaaaacchhh….. abaanggg… aku sudah mau keluar..”
    AH membalas, “.. tahan sebentar ya.. aku juga sudah mau keluar.. kita bareng-bareng yah..”
    Dipercepatnya gerakan keluar masuk batang kemaluannya.. cepat, cepat, cepat dan semakin cepat.. hingga akhirnya aku berteriakkk…. “..aaaaahhhhhh……..akh…akhhhh.. ……”
    Seluruh otot di tubuhku serasa melepaskan beban yang sangat berat… Aku peluk erat kepala AH dan kakiku menjepit kuat pinggangnya untuk kedua kalinya malam itu. Dan AH pun menyusul berteriak.. “..aaaaahhhhhhhhhh..”. Dibenamkannya kemaluannya dalam-dalam di liang senggamaku.. terasa cairan panas memenuhi rahimku. Tubuhnya menggelepar hebat di atas tubuhku.. tuntas sudah.
    Nafas kami memburu beradu dengan nafasnya.
    Ciuman kami beradu dengan kuatnya seakan tak mau kami lepaskan. Kami sama-sama terengah-engah malam itu, bermandikan keringat.
    Setelah itu,AH memeluk tubuhku dengan lembut dari arah belakang.. lengannya yang kekar melingkar di leherku.. dan kepalaku pun akhirnya disandarkannya di dadanya yang bidang. Dikecup-nya keningku, kedua mataku, kedua pipiku,ujung hidung-ku.. dan mulutku. Kupejamkan mataku.. damai sekali aku rasakan waktu itu, rasanya aku sudah memiliki suami yang benar-benar bisa membuatku bahagia. Kami pun akhirnya tertidur pulas..
    Sampai waktu terdengar adzan subuh kami terbangun, dan ternyata posisi kami masih belum berubah.. tubuhku masih ada di dalam pelukan tangannya.
    Hari-hari selanjutnya kami sering melakukan hubungan layaknya suami istri di rumah itu.. dan aku pun akhirnya berani melakukan oral sex ke AH. Bahkan, AH sengaja membawakan VCD porno untuk mengajariku bagaimana melakukan oral sex.. sampai akhirnya kami berdua sering melakukan oral sex secara bersamaan..
    Kedatangan AH ke rumahku selalu malam hari, kadang langsung pulang dan terkadang tidur sampai pagi. Jika sampai pagi biasanya AH pas dalam perjalanan pulang dari luar kota.
    Pernah suatu saat kami melakukannya di kawasan wisata di kota kami. Dengan alasan kepada istrinya ada urusan bisnis di Jakarta. Kami menginap selama 3 hari di kawasan pegunungan itu. Dengan penampilanku yang seperti ini, tidak ada orang yang curiga apalagi aku dalam kondisi hamil yang mulai besar. Orang pasti mengira kami pasangan suami istri….
    Sebenarnya aku sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Akan tetapi aku selalu tidak mampu menolak rayuan AH dan aku selalu terjerumus lagi….dan lagi….
    Sampailah hari kelahiran anakku pada bulan Desember 2006. Aku diantar suamiku ke rumah sakit untuk persalinan. Dia menunggui dan mendampingi aku sampai anaknya benar2 lahir.
    Setelah kelahiran anakku maka berakhirlah masa iddahku, yang berarti aku benar-benar sudah lepas dari ikatan suamiku. Tidak berselang lama AH benar-benar menikahi aku setelah mendapat persetujuan dari M istrinya.
    Akan tetapi ternyata pernikahannku dengan AH tidak bertahan lama, karena aku baru tahu sifat aslinya setelah aku menikah dengannya.
    Memang dalam hal ranjang dia sangat memuaskan, akan tetapi tabiat aslinya yang amat kasar ternyata baru muncul setelah menikah. Seringkali hanya karena permasalahan kecil aku harus menerima pukulan darinya. Belum lagi caci maki yang sering keluar kari mulutnya. Selama 3 bulan aku menikah dengannya akhirnya aku tidak kuat dengan perlakuannya. Dan kembali aku minta cerai darinya….
    Akhirnya aku berpisah dengan AH dalam kondisi aku hamil 1 bulan.
    Sekarang anakku dari AH sudah berumur 3 tahun dan aku masih hidup menjanda bersama kedua anakku

    Cerita Sex: Kisah Cintaku Dengan Pak Kades –

     Kisah Cintaku Dengan Pak Kades – Pengalamanku ini bermula sekitar dua tahun yang lalu saat aku baru bekerja di Balai Desa sebagai pembantu Pak Sumantri, kepala desa kami. Pak Sum orang pandai. Ia bergelar Drs. Sebenarnya ia berasal dari Jakarta, namun sudah menetap di desaku cukup lama. Pak Sum berkulit putih, wajahnya ganteng dan berkumis. Ia sangat baik kepadaku. Aku sangat senang.
    cerita-sex-kisah-cintaku-dengan-pak-kades
    Hari pertama aku bekerja, ia memintaku untuk memijitnya di kamarnya di Balai Desa. Begitu sampai di kamarnya, ia memintaku untuk membukakan pakaiannya. Aku merasa aneh sekaligus malu. Namun kulakukan juga. Tubuhnya tegap dan atletis. Namun entah kenapa aku senang melihat dadanya yang berbulu lebat. Ia tersenyum kepadaku. Kemudian ia menyuruhku membukakan celananya sekalian. Aku ragu-ragu untuk melakukannya, namun ia bilang bahwa kakinya pegal dan ingin dipijit juga. Aku berjongkok di hadapannya. Perlahan-lahan kulepaskan ikat pinggangnya. Aku merasa celananya begitu menonjol.
    Kemudian kutarik risleting celananya, kulepaskan celananya ke lantai dan.. aku sangat terkejut melihat penisnya yang bukan hanya tampak menonjol melainkan sudah keluar dari celana dalamnya. penisnya sangat besar dan panjang. Aku bahkan dapat melihat kepala kontolnya yang tampak mengkilat karena air mani. Aku berusaha untuk menahan kegugupanku. Kulihat ia tersenyum kepadaku. Kemudian kupersilakan ia untuk tiduran agar bisa kupijit. Kupijit bagian belakangnya. Ia memintaku untuk mengurut pantatnya. Kemudian ia membalikkan badannya memintaku untuk memijit dadanya juga. Perlahan kupijit dadanya yang berbulu lebat.

    Ia memintaku untuk terus memijitnya ke bagian bawah. Aku sangat gugup. Aku merasa ia akan memintaku untuk memijit kontolnya. Namun untunglah tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamar. Rupanya Pak Marmo, Sekretaris Desa memberitahukan bahwa ada tamu yang menunggu Pak Sum di kantornya. Pak Sum tampak kecewa namun ia kemudian memakai pakaiannya kembali. Saat memakai celananya, ia meminta aku menarik risleting celananya. Tampaknya ia berusaha agar aku memperhatikan kontolnya yang ngaceng. Buru-buru kulakukan itu. Ia tersenyum sambil berkata,
    “Enak betul pijitanmu Kas, besok lagi ya”. Aku hanya mengangguk sambil menarik napas lega.
    Keesokan malamnya, aku menonton televisi di Balai Desa. Sekitar pukul 10 malam, aku dibangunkan Pak Sum. Rupanya aku ketiduran di depan televisi. Lalu Pak Sum menyuruhku agar pindah tidur di kamarnya. Lantaran sudah mengantuk, aku menurutinya. Sekitar tengah malam, Pak Sum membangunkanku. Aku terkejut melihatnya. Ia sudah telanjang, hanya mengenakan celana dalam. Kemudian ia membuka celana dalamnya dan memperlihatkan kontolnya kepadaku. Aku terkesiap melihat kontolnya yang sangat besar, panjang dan berbulu lebat. Kemudian ia berusaha membuka bajuku. Aku berusaha menolak, namun ia terus memaksa.
    Akhirnya aku menyerah, kubiarkan ia membuka bajuku, bahkan kemudian celana panjangku. Ia tampak senang melihat celana dalamku, lalu kemudian mengelus dan meremasnya. Pak Sum kemudian menindih tubuhku. Dadanya yang berbulu lebat menindih dadaku. Ia kemudian mencumbu bibirku. Aku berusaha untuk menghindar namun ia terus melakukannya. Aku menyerah, kubiarkan ia menciumi bibirku. Ciumannya sungguh menggebu-gebu. Mula-mula aku merasa risih, merasakan bibir dan kumisnya dibibirku. Lalu ia menciumi leherku, kemudian dada dan bahkan ketiakku. Aku merasa aneh namun aku diam saja. Ia terus menciumiku, perutku bahkan kemudian.. Celana dalamku.
    Aku terkejut ketika ia menciumi celana dalamku dengan penuh nafsu. Ia kemudian berusaha untuk membukanya. Aku berusaha mencegahnya namun ia berkata,
    “Ayolah Kas, nggak apa-apa, kamu pasti suka” sambil terus memaksa.
    Aku membiarkan ia membukanya. Ia tampak senang melihat kontolku. Ia menggenggam kontolku yang rupanya juga sudah ngaceng. Kemudian ia menciuminya. Astaga, tak bisa kupercaya melihatnya mencium dan menjilati kontolku dengan penuh nafsu. Mula-mula pelirku, kemudian terus naik ke batang kontolku. Akhirnya sampailah ia ke bagian kepala kontolku. Ia melirik ke arahku sambil tersenyum. Aku menahan nafas menanti apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia menundukkan kepalanya dan.. Mencumbui kepala kontolku. Aku tak bisa melukiskan betapa nikmat rasanya merasakan lidah dan bibirnya menjilat dan mencumbu kepala kontolku. Aku memejamkan mata, rasanya aku berada di awang-awang. Ia pun tampak sangat menikmatinya.
    Kemudian ia memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya. Ia menghisap dan mempermainkan batang kontolku di dalam mulutnya. Tanpa sadar aku mendesah penuh kenikmatan. Ia terus menghisap kontolku. Gerakannya bervariasi. Kadang-kadang lembut, kadang ia bahkan menggigitnya pelan-pelan. Aku sungguh merasa nikmat. Kemudian akupun merasa kenikmatanku memuncak. Akhirnya aku mengeluarkan air maniku. Aku memejamkan mata. Kupikir Pak Sum akan berhenti menghisap kontolku. Namun ternyata ia terus menghisapnya. Bahkan ia terus menjilati kepala kontolku sampai benar-benar bersih dari air maniku. Akhirnya ia berhenti. Kemudian ia membaringkan tubuhnya disampingku. Ia tersenyum sambil mengelus kepalaku dan berkata,
    “Bagaimana Kas, enak kan?” Aku hanya mengangguk. Ia kemudian menindih tubuhku sambil berkata,
    “Mau lagi?” Aku terdiam, tubuhku agak lemas.
    Namun ia terus merangsangku. Ia membimbing tanganku agar mengelus bulu dadanya. Kemudian ke kontolnya yang sangat besar itu. Dia menyuruhku untuk menggenggamnya. Aku merasa kontolku kembali gaceng. Kemudian ia memeluk dan membalikkan posisi kami sehingga kini akulah yang berada di atas tubuhnya. Ia menyuruhku untuk melakukan persis seperti yang dilakukannya kepadaku. Aku agak ragu untuk melakukannya. Perlahan kutundukkan kepalaku, ia langsung mencumbu bibirku. Aku tak lagi menolak bahkan akulah yang kemudian dengan penuh nafsu menciumi bibirnya, lehernya terus ke dadanya yang berbulu lebat. Kuciumi dan kuelus dadanya juga ketiaknya. Tubuhnya sangat harum menggairahkan. Bahkan kujilati dan kuhisap puting susunya.
    Ia tampak terkejut sekaligus senang. Akhirnya aku sampai ke kontolnya. Kupegang kontolnya. Oohh.. Kontolnya sangat besar dan panjang. Panjangnya sekitar 25 cm diameternya sekitar 7 cm. Kulihat kepala kontolnya sudah mengkilat karena basah oleh air maninya. Perlahan kudekatkan kepalaku untuk menciuminya, kemudian kucium dan kujilat dengan penuh nafsu. Pantas saja Pak Sum sangat ingin menciumi kontolku karena rasanya sangat nikmat. Kuciumi pelernya lalu naik ke atas, kuciumi bulu jembutnya yang halus kemudian batang kontolnya. Kepala kontolnya yang besar sungguh membuatku terangsang. Kujilati kepala kontolnya itu. Baunya benar-benar membuatku mabuk kepayang. Kulihat Pak Sum memejamkan matanya karena merasakan nikmat.
    Kemudian aku menghisap kontolnya. Namun karena begitu besar dan panjang, mulutku hanya bisa menghisap sekitar separuh saja. Itupun mulutku terasa penuh karena ukuran kontolnya luar biasa besar. Kupermainkan kontolnya agar ia mengeluarkan air maninya. Namun ia memang luar biasa. Sesudah hampir satu jam pun ia belum juga mencapai puncak kenikmatan. Aku tak putus asa. Kuhisap terus kontolnya sambil menggenggam dan mempermainkan kontolnya. Kemudian aku melepaskan hisapanku. Kupegang dan kudekatkan kontolku ke kontolnya. Kugesek-gesekkan kepala kontolnya dengan punyaku. Ia mendesah penuh kenikmatan. Lalu aku kembali menghisap kontolnya. Usahaku berhasil, tak lama kemudian ia mengerang lalu aku merasakan mulutku dibanjiri air maninya yang kental. Kuhisap dan kutelan air maninya. Rasanya agak sedikit asin tapi baunya sungguh membuatku mabuk kepayang.
    Kemudian kujilati kembali kepala kontolnya yang semakin basah karena air mani sampai bersih. Kemudian kubaringkan tubuhku disisinya. Ia menatapku dan memujiku sambil berkata,
    “Kamu luar biasa, Kas”. Aku memejamkan mataku. Kupikir ia sudah lelah.
    Namun rupanya ia belum puas. Tangannya kembali mengarahkan tanganku agar memegang kontolnya. Astaga.. Ia memang luar biasa. Kontolnya masih tetap besar dan keras seperti semula. Kuremas kontolnya. Kemudian ia menyuruhku membalikkan badan dan menungging. Mula-mula aku tak mengerti apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia memegang pantatku lalu kurasakan ia menggesekkan kontolnya ke pantatku. Kurasakan kontolnya yang besar di pantatku dan aku merasa nikmat. Namun rupanya Pak Sum tidak hanya sekedar ingin menggesek-gesekkan kontolnya ke pantatku karena kemudian kurasakan ia berusaha memasukkannya ke anusku perlahan-lahan. Semula kupikir hal itu tidak mungkin karena kontolnya yang sangat besar. Namun aku salah. Ternyata kontolnya bisa masuk.
    Lalu ia memelukku dan mengeluarmasukkan kontolnya persis seperti sedang mengentot. Mula-mula memang terasa sakit dan aneh. Namun kemudian ternyata rasanya nikmat dan aku menikmatinya. Aku sangat terangsang. Apalagi tangannya juga meraba-raba tubuhku dan meremas kontolku. Ia juga menciumi leherku sambil terus mengentotiku. Kurasakan ia mengguncang-guncang tubuhku semakin lama semakin cepat. Akhirnya ia mendesah, rupanya ia telah mencapai puncaknya. Kurasakan kali ini pantatku dibanjiri oleh air maninya. Namun ia tidak langsung berhenti. Ia masih terus mengentotiku selama beberapa menit. Kemudian akhirnya ia mencabut kontolnya lalu berkata..
    “Ayo Kas, sekarang giliran kamu”. Aku terkejut, namun aku mengerti apa yang harus kulakukan.
    Ia menungging lalu kuarahkan kontolku ke pantatnya. Perlahan kumasukkan kontolku ke dalam anusnya. Mungkin karena kontolku lebih kecil, aku dapat memasukkannya lebih mudah. Kemudian aku mulai mengentotinya. Kupeluk badannya, kuelus dadanya yang berbulu lebat. Kuraba pula kontolnya. Ia sungguh luar biasa. Kontolnya masih tetap keras. Aku rasakan aku semakin terangsang. Kemudian aku merasa bahwa aku akan kembali mengeluarkan air mani. Benar saja. Tak lama kemudian aku mengeluarkannya didalam pantat Pak Sum. Aku tak kuat lagi. Kucabut kontolku. Tubuhku benar-benar lelah. Kubaringkan tubuhku. Ia kemudian berbaring di sisiku. Ia berbisik,
    “Sudah capek Kas? Tidurlah. Ini sudah hampir pagi. Besok kita lanjutkan ya”. Aku mengangguk.
    Ia kemudian memelukku. Nikmat sekali merasakan dadanya yang berbulu lebat. Akupun tertidur dalam pelukannya. Sejak saat itu, setiap kami bisa berduaan, pasti kami menghabiskan waktu dengan berhubungan seks. Kami melakukannya di mana saja. Selain di kamarnya, kami juga melakukannya di kamar mandi, di mobilnya bahkan pernah di sebuah toko waktu Pak Sum mengajakku ke Jakarta. Ia ingin membelikanku pakaian. Sewaktu aku sedang mencoba celana panjang baru di kamar ganti sebuah toko, ia masuk dan kemudian melihat aku sedang membuka celanaku.
    Lalu ia membuka celana dalamku dan menghisap kontolku. Aku terkejut dan sangat gugup namun ia terus melakukannya sampai aku membasahi mulutnya dengan air maniku. Sesudah itu bahkan ia juga menyuruhku menghisap kontolnya. Begitulah kehidupan seksku dengan Pak Sum. Aku benar-benar berbahagia. Tak kusangka berhubungan seks dengan sesama lelaki dapat terasa begitu nikmat. Kami melakukannya tanpa mengenal waktu dan tak pernah merasa bosan. Ia sangat sayang kepadaku. Aku pun sangat mencintainya. Kami berjanji akan terus bersama, selamanya. –

    Cerita Sex: Ibu Tiriku Yang Angkuh

     – Cerita Sex: Ibu Tiriku Yang Angkuh – Perkenalkan Nama ku Brian dan panggil aja Brian, Hari Minggu ini sebenarnya aku sedikit malas dengan permintaan ayahku agar aku mengantar Bu Yuli yang saat itu menjadi ibu tiriku paska pernikahan ayahku 4 bulan lalu dengannya, Ia adalah istri ketiga ayahku. Karena Bu Yuli orangnya sangat judes, pelit dan sombong, aku sangat membencinya. Ia sebenarnya sangat aduhai namun apa kata aku tak menyukainya karena dialah biang kerok terjadinya perceraian antara ibu dan ayah kandungku.
    cerita-sex-ibu-tiriku-yang-angkuh
    Bu Yuli, seorang wanita muda yang sebenarnya lebih tepat menjadi kakakku, karena usianya hanya 4 tahun lebih tua dari aku yang kini berusia 23 Tahun dan dia tidak begitu akrab dengan aku (berselisih masalah keuangan) hanya saja aku menyayangi ayahku, aku menerima dia di rumah ayahku sebagai istri ke 3 ayahku. Sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Setelah mengantarnya sampai dirumah Bu Yuli, ternyata di rumah bu yuli yang lama tampak sepi, aku nyelonong aja masuk dan duduk di ruang tamu yang berdekatan dengan kamar ibu tiriku itu.
    Sekitar 30 menit aku menunggu, Bu Yuli keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya, dia hanya mengenakan selembar handuk yang dililitkan ditubuhnya. Sehingga aku sekilas dapat melihat paha mulus Ibu Tiriku yang montok itu. Keadaan itu membuatku berniat menidurinya.
    Sebagai laki-laki normal dan sudah biasa bersetubuh dengan wanita, nafsu birahiku bergejolak disuguhi pemandangan seperti itu. Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti langkah ibu tiriku masuk ke kamar. (Diam-diam tapi pasti)

    Bu Yuli yang sedang berdiri sambil melepaskan handuk yang melilit ditubuhnya sama sekali tak menyangka kehadiranku yang ikut masuk ke kamarnya. Bu Yuli sangat terkejut saat aku mulai memeluk dengan kuat tubuhnya sambil menciumi lehernya dari belakang. Bu Yuli berteriak keras, tetapi dengan cekatan tangan ku yang kuat membekap mulutnya.
    Aku mendorong tubuhnya keranjang hingga jatuh dan terlentang lalu menindihnya. Bu Yuli memberontak tapi sia-sia, aku terlalu kuat baginya. Dengan mudah aku meringkusnya. Aku menyumpal mulutnya dengan tanganku untuk beberapa saat. Aku menelikung kedua tangannya kebelakang dan menahan dengan kuat kedua kaki nya. Memaksanya agar lebih menikmati permainan yang baru akan di mulai.
    Bu Yuli mulai putus asa dan memohan agar tidak dipaksa melayani nafsuku. Aku tahu kalau dia sudah kehabisan tenaga, dengan santai aku mulai menciumi dan menjilati kedua buah dada nya, secara bergantian. Bentuk tubuhnya berbeda dengan cewek-cewek yang pernah ku tiduri. Lebih padat dengan ukuran dada yang pas di genggaman tanganku.
    Cukup lama aku menjilati kedua buah dada ibu tiriku itu, dan kini wajah ku merangkaki perutnya dengan mulut yang terus menjilati bagian tubuhnya. Tanganku meraba-raba selangkangan dan mencucuk-cucuk lubang vaginanya yang menggunduk dan tampak montok. Sesaat kemudian aku memindahkan jilatanku keselangkangannya.
    “AHHH… Jangan Yan, Tolong jangan lakukan itu” pintanya
    Aku tak peduli apa yang terlontar dari mulut si berengsek itu, Kedua tangannya ku buka lebar-lebar dan kembali ku hisap payudaranya dan ku gigit tonjolan dadanya.
    “Jangan Brian, Ampun..” Pintanya sambil menangis
    Desahan dan permohonan kembali terjadi ketika ku lumat seluruh buah dadanya sebelah kanan dan ku masukan hingga hampir seluruh mulutku. Ia mulai kehabisan akal untuk melarangku dan kini dia hanya bisa pasrah dan menangis.
    “Enak bukan..?” Tanya ku Nakal sambil tersenyum
    Bu Yuli hanya diam dan menangis, ia kini mulai terangsang dan mendesah-desah, saat lidah ku menyapu setiap puting susunya dan turun ke selangkangannya. Setiap jilatanku begitu dahsyat melebihi ayahku. Kini lidahku ku arahkan ke bibir vaginanya dan ku gigit tonjolan klentitnya
    “Uhhhh, Sakit Brian..” desahan bu Yuli dengan lantang
    Tak ku hentikan sampai disitu, ku sedot klentitnya perlahan-lahan sambil memainkan lidahku ke bibir vaginanya. Tampak sekilas wajah bu Yuli menikmati alur permainanku yang semakin lama semakin buas. Ku hentikan sejenak permainanku dan ku beranjak meninggalkan kamarnya. Aku segera ke dapur mencari air untuk mengkonsumsi obat GAZA yang telah ku beli jauh-jauh hari di toko online. Setelah menelan sebutir obat kuat, aku kembali ke kamar. Ternyata kamar bu Yuli telah di kunci dari dalam, Dengan marah ku gedor-gedor pintunya. Tanpa memberikan waktu untuknya berfikir meloloskan diri dariku, segera ku dobrak dengan seluruh tenaga. Tak beberapa lama kemudian pintu pun terbuka.
    Aku sempat gugup ketika melihat bu Yuli sedang memegang ponselnya dan mencari beberapa nomer yang akan di hubungi, ku dekatinya dengan perlahan sambil menanggalka pakaianku. Aku tersenyum padana, tampak mukanya semakin ketakutan melihat rudalku yang kini menegang dan bisa untuk mengangkat beban seberat 1 KG itu. Tanpa ku suruh, ia pun mulai melepaskan genggaman HPnya dan mulai mundur ke dinding.
    “Kenapa sayang..? Mau lapor papa..?? Silahkan” kataku sambil mendekatinya.
    Dia hanya menggelengkan kepalanya, Aku segera mendekatnya dan langsung memeluknya sambil menciumi bibirnya. Ia menolak ciuman ku namun ku pegang erat pipinya dan mencekiknya.
    “Jangan sakitin aku Yan..” Pintanya dengan nafas tersenggal-senggal
    Aku mulai mengurangi cekikanku dan ku ciumi lagi bibirnya. Ciuman ku berikut ini di terima dengan pasrah sambil tetap berdiri. Ciumanku kulai turun ke lehernya, payudaranya dan kini sampai di vaginanya. Ku angkat kaki kirinya ke atas tempat tidur dan ia hanya mengikuti gaya yang ku inginkan. Vaginanya tampak terbuka dan tanpa panjang lebar ku sodorkan lidahku ke liang vaginanya.
    “AHHHH…..!!” Desahannya dengan mata sedikit terpejam dan memegang kepalaku.
    Ku sedot dan ku jilati seluruh bagian vaginanya yang merah merekah dan berbulu tipis itu. Perlahan Bu Yuli merasakan lubang vaginanya mulai basah. Aku yang tahu kalau Bu Yuli sudah terangsang, semakin bersemangat menjilati dan menyedot-nyedot klitorisnya.
    Nafas Bu Yuli ngos-ngosan menahan nafsu birahinya. Aku sangat lihai merangsang Bu Yuli. Membuat suasana menjadi berbalik. Kini Bu Yuli sudah tak sabar lagi menunggu ku untuk segera meneroboskan penisku ke liang vaginanya.
    Beberapa saat kemudian aku menyudahi jilatanku pada vaginanya. Aku mulai merebahkannya di kasur dengan kakinya yang masih menyentuh lantai. Tampaknya Bu Yuli sudah tak sabar lagi meraih dan mengocok-ngocok penis ku, kemudian Bu Yuli mengarahkan penis ku ke lubang vaginanya.
    “Eittzzz… jangan terburu-buru sayang” pintaku sambil mulai mendekatkan penisku ke mulutnya.
    Ku sodorkan penisku dan ia mulai mengulumnya perlahan-lahan. Ku sentakkan penisku hingga ke tenggorokannya dan tampak bu Yuli kehabisan nafas. Aku tak menghiraukannya, ku tekan dalam-dalam penisku dan kutahan.
    “OCChhhh…” Terdengar suara desiran keluar dari mulut ibu tiriku itu.
    Aku semakin bersemangat untuk mengulanginya lagi. Ku ulang beberapa kali gaya tersebut dan AHHHHH.. seburan lahar ku tepat masuk ke tenggorokannya. Ia berusaha melepaskan penisku dari mulutnya namun semua itu sia-sia, aku semakin menekannya dalam-dalam dan 3 kali semburan membuatnya harus menelan spermaku yang kental dan nikmat itu.
    Ku lepaskan perlahan-lahan penisku dari mulutnya dan kini ku dekatkan penisku ke bagian belahan dadanya dan ku goyangkan maju mundur. Penisku masih menegang akibat obat kuat yang ku konsumsi. Ku remas kedua buah dadanya yang masih ranum itu dan kutempelkan kuat-kuat ke penisku seraya mengoyangkan penisku maju dan mundur.
    “Cukup Biran, Jangan kasar dong. Please” Pintanya sambil menahan perih di bagian payudaranya.
    Aku berhenti sejenak dan mengulanginya lagi. Setelah puas memainkan Tits Job tersebut, aku mulai mengarahkan penisku ke vaginanya yang sedari tadi basah. Ku tekan kepala penisku perlahan-lahan sampai bagian kepala penisku mulai terbenam sebagian dan CLUPPPZZZ, kutekan kuat-kuat hingga seluruh penisku masuk kelubang vaginanya..
    “AHHHHHHHH…!!!!” Rintihan ibu tiriku seraya memegang kedua pergelangan tanganku.
    Sejenak ku biarkan penisku terbenam sambil kuarahkan bibirku ke bagian lehernya dan menjilati lekuk lehernya yang berkeringa itu. Hampir 30 detik kudiamkan penisku di lubangnya dan kini mulai kusentak dan ku pompa vaginanya dengan irama yang semakin tinggi. Kedua tangan bu Yuli memegang dan menjambak perlahan2 rambutku. Lidahnya mulai nakal menelusuri leherku seperti tak mau kalah dengan permainanku. Desis dan sesahannya semakin menjadi-jadi. Aku pun terus mencium lehernya dan sesekali mengarahkan lidahku ke arah telinganya dengan desahan-desahan yang membuatnya semakin merinding dan bertambah nafsu. Genjotan penisku masih semakin menjadi-jadi. Tak ku beri dia kesempatan untuk beristirahat, kini tanganku mengarah ke bukit kembarnya seraya meremasnya dengan begitu nafsu.
    “Uhhhhh.. Pelan Brian, Yeaghhh, uhhh, pelan dong” desahnya dengan nada terengah-engah sambil memejamkan mata.
    Hampir sejam bermain dengan gaya ini dan kini ku mulai hampir mencapai orgasme. Genjotanku mulai kupercepat dan tangan bu yuli mulai memelukku dengan erat. Tak habis akal untuk mempermainkannya, kali ini ku gigit bagian Kuping tepat di lubang antingnya.
    “UHHHHH…” Desisnya
    Ku arahkan lidahku keleher dan kugigit lagi lehernya, kali ini dengan sedikit bejat dan kuat. Genjotanku masih sekuat tadi, dan bu yuli hanya bisa mendesah dan terus mendesah. Saat tubuhku mulai menegang, ia pun berusaha melepaskan penisku dari memeknya tapi ku tak beri dia kesempatan untuk melakukan itu dan CROOOOOOTTTTTTTT…CROOOOOOTTTT…CROOOOOTTTT..
    Tumpahan spermaku di liang vaginanya membuatnya melototin aku tanda tak terima dengan perilakuku. Aku benamkan penisku untuk beberapa saat dan ku genjot lagi, kali ini dengan irama yang membuatnya kalang kabut nikmat bukan kepalang. 5 Menit ku genjot dan AHHHHHHHHHH…..UUUFFFFTTT…!! Desahan mautnya pun keluar dari mulut seksinya tanda dia telah mencapai surga dunia orgasmenya.
    Segera ku tarik keluar penisku dan menunggu cairan spermaku menetes keluar dari lubang vaginanya dan mulai ku oleskan cairan sperma yang menetes ke penisku. Aku melihat ia mulai lemas tak berdaya. Ku pegang rambutnya da kutarik kepalanya mengarah kepenisku dan ku paksa dia mengoral penisku. Ia tak bisa menolak keinginanku, dengan tubuh lemas ia melakukan oral dengan baik dan masih penuh nafsu. Ia tak menyangka ketika ia ku suruh berbalik membelakangiku dan Kusentakan penisku tepat keliang anusnya…
    “Ahhhhh.. Jangan disitu Brian, Sakit…!!” Jeritnya sambil melirik ke belakang menatap ku.
    Dengan nafsunya ku tekan kuat-kuat ke liang anusnya dan memompanya. Sempit banget anus ibu tiriku ini. Ia gak bisa menolaknya dan hanya menerima ujaman penisku di lubang anusnya. Ia merasa sakit yang sangat namun hanya bisa memohon dan menangis. 10 menit melakukan anal seks yang dahsyat dengannya dan akhirnya CROOOOOT..CROTTT.. Spermaku mulai keluar tak terelakkan masuk ke anusnya. Ku diamin beberapa saat dan kulepas penisku dari lubang anusnya.
    Ku balikan badannya dan ku minta di mengoral lagi penisku untuk yang terakhir. Setelah selesai mengulum penisku, aku menuju kamar mandi. Dia hanya menangis terseduh2 dan ku ancam kalau sampai bokap ku tau apa yang kulakukan dengannya, maka aku tak segan-segan membunuhnya.
    Kejadian ini sering terulang kembali saat suasana rumahku mulai sepi dan lenggang. Aku melakukan hubungan ini selalu dengan memaksanya melakukan hal-hal yang belum diketahui dan dengan cara dipaksa. Ia sekarang malah senang dengan perlakuanku itu dan sering memintaku untuk menyiksanya sebelum di Ngentot. –

    Cerita Sex: Mbak Wulan –

    Cerita Sex: Mbak Wulan – Saat ini aku sudah lulus dan sudah berkali-kali melamar pekerjaan ke sana-kemari namun belum ada hasil. Semua lamaran yang kukirimkan selalu kandas. Pernah aku dipanggil oleh sebuah perusahaan untuk test di Surabaya. Aku pun berangkat ke Surabaya dan lolos tes penyaringan pertama. Saat itu sainganku tinggal 5 orang untuk memperebutkan satu posisi, yaitu bagian pemasaran. Akan tetapi rupanya keberuntungan belum berpihak kepadaku. Aku harus gigit jari untuk kesekian kalinya, karena aku dinyatakan gagal pada saat wawancara.
    cerita-sex-mbak-wulan
    cerita sex-Sedih dan putus asa rasanya. Aku merasa seolah-olah hidup ini tidak berguna. Aku menjadi malas untuk melamar lagi. Toh paling-paling gagal. Pernah pula ada yang menawari untuk mengisi lowongan menjadi PNS. Tetapi orang tuaku harus menyediakan 75 juta untuk pegawai dengan ijasah sarjana! Gila..!! Jaman susah begini darimana mendapatkan 75 juta! Sedangkan uang 75 ribu perak aja enggak punya! Bagaimana mau bayar 75 juta buat jadi PNS! Memang boleh dibayar pakai daun! Ada-ada saja orang gila yang menawari pekerjaan tapi harus bayar! Hanya orang goblok aja yang mau bayar segitu! Masak mau kerja untuk nyari uang malah harus bayar! Dunia sudah terbalik memang, orang kerja bukannya dapat uang malah kehilangan uang!
    Sejak saat itu aku jadi alergi sama yang namanya PNS! Paling mereka pada jadi PNS boleh dapat nyogok! Tidak seperti dulu, menjadi pegawai benar-benar didasari oleh kompetensi dan kapabilitas! Kalau sekarang bulshit, kalau ada yang bilang masuk PNS tanpa sogokan! Makanya tidak mengherankan kalau mereka saat ini sibuk nyari pungli dan korupsi buat ngembaliin modal saat nyogok dulu! Habis kalau mengandalkan gaji saja entah kapan balik modal alias kerja makan gaji uang sendiri!
    Padahal kalau dipikir-pikir uang 75 juta mending buat modal usaha apa kek! Jual cabai kek atau yang paling gampang dan enggak bakalan rugi buat modal untuk buka panti pijat! Ditanggung dapat gaji lebih besar dari PNS dan tiap hari bisa minta dipijat gratis.. Tis.. Tis.. Tis! Iya nggak? Nah berhubung aku enggak punya 75 juta ya terpaksa gigit jari aja sambil mijat-mijat kepala sendiri!

    Saat lagi pusing-pusingnya mikirin susahnya nyari kerja tiba-tiba ada telpon dari kakak sepupuku yang ada di Jakarta kalau koleganya seorang pengusaha dari Korea membutuhkan asisten yang bisa bahasa Inggris untuk membantunya. Spontan aku merasa memperoleh harapan baru! Dunia yang tadinya kulihat gelap sekarang kembali cerah! Dengan semangat 45 esoknya aku segera berangkat ke Jakarta dengan kereta Senja Bengawan! Yah.. Saat ini aku baru mampu menggunakan kereta ini, walaupun tidak nyaman tetapi sangat membantu dengan harga tiket yang sangat terjangkau.
    Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di Stasiun Tanah Abang. Lalu dengan naik Kopaja jurusan Tanah Abang-Ciledug aku meneruskan perjalanan ke rumah kakak sepupuku di daerah Ciledug. Kemudian setelah mandi dan sarapan aku ikut kakaku berangkat ke kantornya untuk diperkenalkan dengan koleganya yang membutuhkan asisten.
    Oh iya aku belum sempat memperkenalkan kakak sepupuku. Kakak sepupuku ini adalah anak dari kakaknya bapakku. Mas Kris aku biasa memanggilnya demikian sudah beristri dan punya dua anak laki-laki yang masih balita. Ia kira-kira 7 tahun di atasku. Istrinya, Mbak Sarah adalah gadis dari Bali. Darah balinya masih kelihatan dari bentuk matanya yang sebesar jengkol. Nah Mas Kris ku ini sehari-harinya bekerja di salah satu perusahaan dagang milik orang Korea di Jakarta sehingga ia mempunyai banyak kenalan orang Korea, yang merupakan teman bosnya. Akhirnya saat-saat yang mendebarkan pun tiba. Aku diperkenalkan dengan Mr. Park seorang importir rotan. Ia membutuhkan asisten karena dalam waktu dekat ia akan membuka perusahaan dagang di Jakarta. Ia sangat membutuhkan orang yang dipercaya untuk membantunya karena ia akan selalu mondar-mandir Jakarta-Seoul sehingga perlu mencari asisten yang dapat dipercayanya jika ia tidak ada. Orang Korea terkenal diiplin dan ketat.
    Makanya mereka akan mencari orang berdasarkan referensi dari teman-teman Koreanya. Kakak sepupuku termasuk orang yang cukup dipercaya oleh orang Korea karena ia sudah bekerja ikut orang Korea selama 10 tahunan dan tidak pernah berganti-ganti boss. Makanya tidak mengherankan kalau ia diminta tolong mencarikan kenalan yang bisa dipercaya. Dan atas kejujurannya aku pun ikut memperoleh keberuntungan. Entah dengan cara apa aku nanti dapat membalas jasa kakak sepupuku ini.
    Singkat cerita, aku saat ini bekerja ikut Mr. Park. Aku membantunya menterjemahkan saat ia bertemu dengan para pengrajin rotan, baik dari daerah Bogor, Tangerang maupun dari Cirebon, Solo atau Jepara. Aku sangat beruntung karena dengan ikut Mr. Park aku jadi tambah pengalaman mengunjungi kota-kota sentra kerajinan rotan di Cirebon, Jepara bahkan ke kotaku Solo. Tidak terasa sudah empat tahun aku bekerja ikut Mr. Park. Rupanya Mr. Park cukup percaya kepadaku hingga aku pernah diajaknya jalan-jalan ke Korea dan ke Malaysia. Sekali lagi aku sangat beruntung! Bayangkan tanpa harus keluar 75 juta buat nyogok, aku bisa jalan-jalan ke luar negeri lagi!
    Mr. Park sudah punya punya istri dan tiga orang anak di Korea. Anaknya yang paling besar bahkan sudah kuliah di USA. Aku sendiri sudah kenal dengan mereka saat aku diajak ke Korea dulu. Oh ya umur Mr. Park sekarang mungkin sekitar 51 tahunan. Tetapi ia tampak lebih muda dibandingkan usianya. Orangnya tidak galak bahkan cenderung suka membanyol. Salah satu banyolan konyol yang sering membuat para pengrajin terpingkal-pingkal adalah ucapan selamat paginya yang dimirip-miripkan dengan parikan bahasa Jawa. Ia selalu mengucapkan
    “Hallo.. Good morning selamat pagi.. Memek kambing bulat persegi” kalau bertemu dengan pengrajin yang menjadi langganannya.
    Spontan ucapannya selalu ditimpali dengan gurauan-gurauan jorok dari para pengrajin. Tapi itulah justru yang membuat dia awet muda. Salah satu kegemaran Mr. Park kalau datang ke Indonesia adalah mengunjungi diskotek dan karaoke. Aku selalu diajak ke mana ia pergi. Sehingga aku banyak kenal dengan PR diskotek-diskotek yang ada di sekitar Tangerang ini. Soal kegemarannya akan wanita jangan ditanya! Ia pasti akan minta ditemani PR yang bertubuh montok dan berdada besar. Karena setiap masuk diskotek ia selalu meminta kepada Mami (koordinator PR) begini.
    “Hallo.. Mami.. Saya mau nona yang ininya besar.. Banyak air.. Baguse” sambil tangannya menunjuk dadanya waktu bilang ininya… lalu mangacungkan jempolnya!
    Aku jadi selalu ketawa sendiri kalau mendengar ia memesan nona kepada Mami di diskotek atau karaoke. Maksudnya ia minta ditemani gadis yang montok. Katanya cewek montok “ja gung”-nya enak! Ja gung itu bahasa Korea artinya memek! Bukannya jagung yang biasa dibakar atau direbus disini! Sayang dong kalau dibakar atau direbus! Lebih enak dijadikan sashimi! Ha.. Ha.. Ha!
    Demi efisiensi biaya, Mr. Park mengontrak rumah di daerah Serpong yang berfungsi sekalugus sebagai kantor. Mr. Park tinggal di Indonesia paling lama sekitar 10 hari, selanjutnya dua bulan atau tiga bulan sekali ia baru datang ke *********** Sebagai orang kepercayaan Mr. Park, aku harus bertanggungjawab atas operasi jalannya perusahaan setiap ia berada di Korea. Aku harus selalu mengontrol pekerjaan pengrajin sebelum siap ekspor dan selebihnya mengurus administrasi di kantor yang sekaligus rumah tinggalnya. Aku sendiri tinggal di luar kompleks perumahan itu yang berjarak 1 km dari kompleks perumahan tempat tinggalnya.
    Nah seperti yang sudah kuceritakan di atas, kegemaran Mr. Park terhadap wanita sangat besar. Untuk itu ia mengontrak cewek Indonesia untuk dijadikan “istri” selama di *********** Aku kurang begitu paham berapa kontraknya dan bagaimana kesepakatan kontraknya, yang jelas cewek itu dulunya bekerja di salah satu karaoke yang menjadi langganannya. Sesuai seleranya, cewek yang dijadikan “istri” orangnya montok dan sangat seksi! Aku biasa memanggilnya Mbak Wulan.
    Mbak Wulan orangnya tinggi, bahkan lebih tinggi dariku! Tingginya mungkin ada sekitar 165-an soalnya aku cuma 160-an! Kulitnya putih bersih dan selalu tercium bau wangi parfum berkelas. Ia asli Yogyakarta dan umurnya kira-kira sebaya denganku sekitar 26 tahunan. Dulu ia pernah kuliah di ABA tetapi karena kendala biaya ia drop-out dan bekerja sebagai PR di sebuah karaoke lalu ketemu dengan bossku ini. Ia mau dijadikan “istri” kontrak oleh bossku karena ia butuh biaya untuk membiayai adik-adiknya yang masih sekolah. Praktis setelah menjadi “istri” bossku ia dilarang melayani orang lain, jadi bisa dikatakan ia memble kalau bossku pulang ke Korea.
    Selain aku, ada satu orang staf perempuan yang menjadi bagian administrasi. Aku biasa memanggilnya Titin. Ia seorang lulusan SMK jurusan sekretaris. Ia masih sangat muda. Usianya baru 20 tahun dan baru ikut Mr. Park kurang dari 1 tahun. Titin berasal dari Ngawi dan tinggal bersama kakaknya di dekat kontrakanku. Selain Titin ada lagi 1 orang pembantu, Ceu Entin dari Ciamis dan Mas Pardi, sopir pribadi Mr. Park.
    Mungkin karena sering ditinggal Mr. Park, Mbak Wulan jadi sering kesepian. Ada saja ulahnya yang “mengundang” nafsuku kalau Mr. Park sedang di Korea. Ia sering membuatkan aku kopi ginseng walaupun untuk sekedar membuat kopi sudah ada Ceu Entin. Sialnya ia membawa kopi itu ke ruangan yang dijadikan kantor dengan mengenakan baju ketat tanpa lengan! Sehingga setiap kali menyodorkan cangkir bulu keteknya yang tebal selalu kelihatan jelas! Sungguh merangsang bagi darah mudaku! Soalnya kulitnya yang putih bersih sangat kontras dengan keteknya yang gondrong!
    Apalagi dadanya yang sangat montok nampak tercetak di balik baju ketatnya, sungguh membuat aku selalu salah tingkah. Saat berjalan keluar setelah mengantarkan kopiku, pinggulnya seolah-olah sengaja digoyang bak peragawati kesiangan! Hal ini membuat “adik kecilku” selalu berontak ingin keluar! Aku cuma bisa membayangkan alangkah nikmatnya menyetubuhi Mbak Wulan! Awas lu! Aku mengancam! Kalau bisa jadi milikku tak akan kubiarkan Mbak Wulan pakai celana dalam dan bra! Benar-benar ancaman gila! Habis salah siapa ia selalu bikin aku “cenggur” (Ngaceng tapi nganggur!)
    Suatu siang, saat Mr. Park masih di Korea, seperti biasa sehabis mengontrol pekerjaan pengrajin di daerah Curug aku datang ke kantor dengan Mas Pardi. Aku selalu diantar Mas Pardi yang menyopir kalau kemana-mana. Hari itu kebetulan Titin tidak masuk karena sedang mens hari pertama. Ia selalu sakit perut kalau datang bulan sehingga selalu minta ijin tidak masuk! Praktis di kantor aku sendirian.
    Lagi asyik-asyiknya membuat laporan perkembangan produksi, tiba-tiba telpon di dekatku berdering.
    “Halloo.. Selamat siang” seruku.
    “Yo bo seo.. Ini siapa ya” terdengar suara bahasa Indonesia agak kaku disebarang sana (Kalau menurut pendengaranku bunyinya mirip ‘sopo siro’ yang dalam bahasa Jawa artinya ‘siapa kamu’).
    “Ya.. Ini Iwan Mister! Maaf ini mister siapa ya?”
    “Ya Iwan.. Saya Mr. Kang. Sopire ada?” ternyata yang telpon Mr. Kang teman kental bosku yang sering mabuk-mabukan bersama-sama.
    Maksudnya ia menanyakan sopir. Orang Korea sulit menyebutkan konsonan di belakang sehingga selalu ditambah sendiri sopir jadi sopire.
    “Oh sopire ada mister. Ada yang bisa dibantu mister” jawabku ikut-ikutan menyebut sopire secara spontan.
    “Itu sopire saya pakai. Saya mau ke Jakarta ketemu teman! Saya tidak ada mobil. Sopire boleh datang ke rumah saya ya! “Sebentar saya tanya nona dulu mister! Nanti kalau boleh sopire saya suruh datang ke rumah mister!” maksudku saya mau bilang sama Mbak Wulan kalau Mas Pardi diminta Mr. Kang mengantarnya ke Jakarta.
    “Ya.. Cepat kamu bicara-bicara sama nona. Nanti suruh sopire datang ke rumah ya!”
    “Baik mister ” jawabku
    “Ya.. Gam sa hab ni da” terdengar suara Mr. Kang di seberang dan telpon ditutup.
    Nampaknya Mbak Wulan sangat senang mendengar permintaan Mr. Kang. Dengan segera disuruhnya Mas Pardi berangkat mengantar Mr. Kang ke Jakarta. Mas Pardi pun sangat senang, karena hal ini berarti uang tambahan bagi dia! Dengan mengantar Mr. Kang pasti ia akan mendapatkan uang tambahan yang lumayan. Setelah Mas Pardi berangkat, di rumah tinggal aku, Mbak Wulan dan Ceu Entin. Merasa tidak ada pekerjaan, Ceu Entin minta ijin sama Mbak Wulan untuk main ke rumah saudaranya yang mengontrak di luar kompleks perumahan. Kebetulan pikirku! Mbak Wulan pun seperti memberi angin, diijinkannya Ceu Entin pergi sehingga di rumah tinggal aku dengan Mbak Wulan yang selalu kurindukan!
    Pikiran-pikiran kotorku segera bekerja mencari cara bagaimana memanfaatkan kesempatan emas ini untuk dapat menaklukkan Mbak Wulan! Dasar lagi mujur. Saat itu aku kok inginnya ke WC melulu. Karena tidak ada teman bicara jadi mungkin perasaannya pengin kencing saja. Tanpa syak wasangka aku langsung saja membuka pintu kamar mandi yang walaupun tidak dipakai selalu tertutup. Kamar mandi itu memang biasa dipakai karyawan, karena Mr. Park punya kamar mandi sendiri di kamar tidurnya.
    Aku sangat terkejut saat Mbak Wulan menjerit begitu pintu kubuka. Ternyata Mbak Wulan sedang kencing sambil jongkok menghadap ke pintu. Aku terbengong-bengong terpaku menatap selangkangannya yang terbuka lebar! Baru kali ini aku melihat cewek sedang pipis. Oh indah sekali pemandangannya. Bukit kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut kelihatan memancarkan air seperti semburan jet pump “pedrollo”-nya Basuki. Celah sempit di sela-sela gundukan bukit itu berwarna merah jambu seperti delima merekah. Mbak Wulan pun kaget hingga tidak sempat menutupi aktivitas pribadinya, ia hanya melongo dan tidak menyangka kalau akan ada orang masuk ke kamar mandi itu.
    “Ehh.. Eh.. Awas.. Aku sedang pipis..!” jeritnya terbata-bata.
    “Sorry Mbak.. Aku enggak tahu ada orangnya..” aku tersipu malu.
    “Tutup.. Pintunya” teriaknya lagi melihat aku melotot sambil melihat ke arah selangkangannya.
    Seperti tersadar aku langsung menutup pintu dan kabur masuk ke ruangan kantor lagi. Dadaku bergemuruh tak menentu setelah menyaksikan pemandangan yang luar biasa tadi. Aku cemas jangan-jangan nanti Mbak Wulan marah dan melapor kepada Mr. Park bisa gawat nanti.
    Hatiku tambah mencelos saat aku mendengar panggilannya. Aku bertanya-tanya apa gerangan yang akan aku hadapi. Jangan-jangan aku akan dimaki-maki dan dimarahi. Apa yang harus kulakukan? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatiku.
    “Wan.. Tadi kamu lihat semuanya ya?” selidik Mbak Wulan saat aku mendekat.
    “Ti.. Tidak Mbak.. Ma.. Maaf aku enggak tahu ada Mbak Wulan di situ” jawabku sedikit berbohong. Maksudnya berbohong kalau aku tidak melihat selangkangannya.
    “Bohong.. Pasti kamu tadi lihat aku pipis! Iya kan? Ngaku aja deh..! Mbak engak marah kok” suaranya terdengar biasa. “Iya deh.. Mbak saya ngaku.. Tapi.. Swear saya enggak tahu kalau ada orang di situ” kataku membela diri.
    “Ya.. Benar juga aku yang salah tidak mengunci pintu. Lagian tadi aku terburu-buru dari dapur sedang bikin kopi buat mu terus kepengin pipis jadi enggak sempat ke kamar mandi di kamar Mbak Wulan” kata-katanya melegakan hatiku.
    “Benar Mbak saya minta maaf deh..” plong rasanya lega Mbak Wulan tidak marah.
    “Enggak apa-apa, oh ya itu sudah Mbak bikinkan kopi ginseng ambil aja di dapur!”
    “Terima kasih Mbak..” aku langsung ngeloyor ke dapur yang terletak dibelakang ruang tengah yang dibatasi dinding tanpa pintu.
    Lagi-lagi Mbak Wulan membuat hatiku berdebar karena ia berdiri sangat dekat denganku. Parfum Dunne yang dipakainya semerbak menusuk hidung merangsang birahiku. Apalagi ia hanya memakai gaun baby doll tanpa lengan sehingga bulu keteknya yang lebat kelihatan sangat merangsang saat ia mengangkat lengannya.
    Lagi-lagi terjadi kecelakaan kecil. Saat aku berbalik membawa kopiku aku bertabrakan dengan Mbak Wulan yang akan masuk ke dapur. Akibatnya kopiku tumpah dan sebagian mengenai perut dan pahanya. Ia menjerit karena kopinya cukup panas.
    “Aduhh..” ia menjerit kesakitan.
    “Ee.. So.. Sorry Mbak..” aku gugup dan segera berlari mengambil tissue di meja dapur untuk membersihkan tumpahan kopi yang mengotori gaunnya di bagian perut.
    “Aduhh.. Panass..” desis Mbak Wulan kepanasan.
    Dengan panik aku segera mengelap dan menggosok bagian perutnya yang tersiram kopi dan tanpa sadar Mbak Wulan pun menyingkap gaunnya membuka pahanya yang kepanasan tersiram air kopi tadi. Aku pun segera mengelap pahanya pelan-pelan dengan tissue yang kupegang.
    “Sorryy Mbak.. Aku enggak sengaja” aku semakin gugup karena Mbak Wulan mendesis-desis terus.
    “Cepat ambil nivea creme di meja rias kamar..” desisnya.
    Aku segera berlari masuk ke kamar Mbak Wulan dan mencari-cari krim yang dimintanya. Mungkin karena aku enggak keluar-keluar, Mbak Wulan segera menyusul masuk ke kamar.
    “Itu.. Yang seperti odol yang warnanya putih tutupnya biru” lagi-lagi Mbak Wulan mengangkat lengan menunjuk botol yang dimaksud.
    Bulu keteknya yang lebat sangat merangsang birahiku. Untungnya air kopi yang tumpah tidak terlalu panas karena sempat ditinggal pipis Mbak Wulan tadi sebelum memanggilku untuk mengambilnya, sehingga tidak meninggalkan bekas luka bakar. Ia cuma sedikit kepanasan. Mbak Wulan duduk di tepi tempat tidur dan menyingkap gaunnya ke atas. Aku dengan sukarela membantunya membalur pahanya yang tersiram dengan nivea. Kedua mata Mbak Wulan terpejam dan napasnya sedikit tertahan saat aku membalur pahanya dari arah atas lututnya ke atas. Gaunnya disingkapkan ke atas hingga gundukan kemaluannya yang terbungkus celana dalam putih tampak membayang warna kehitaman. Bahkan dari celah-celah bagian bawah ada beberapa helai rambut kemaluannya yang menjulur keluar. Pahanya sangat lembut dan halus.
    Aku agak gemetar saat menyentuh kulit pahanya yang lembut. Darahku bergolak menghadapi keadaan itu. Namun aku tidak berani memulai. Soalnya resikonya terlalu berat untukku. Aku takut kalau Mbak Wulan mengadu kepada Mr. Park kelak. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Dasar nasib mujur.. Mbak Wulan diam saja saat aku mengelus-elus pahanya walaupun seluruh pahanya sudah selesai kulumuri krim. Matanya masih terpejam.
    Akupun sekarang tidak lagi mengelus, tetapi berganti memijit-mijit pahanya kiri dan kanan bergantian. Jari-jariku merangkak dari atas lutut ke atas hingga pangkal pahanya. Mbak Wulan diam saja bahkan sedikit-demi sedikit mulai menggeser pahanya agak lebih terbuka.
    Aku semakin berani. Jari-jariku sedikit kutekan pada saat memijat daerah pangkal pahanya yang sudah terbuka lebar. Bahkan kadang aku sedikit menyentuhkan tanganku pada gundukan di selangkangannya yang terbungkus celana dalam putih itu dengan gerakan yang seolah-olah tidak sengaja. Napas Mbak Wulan mulai memburu. Dan ia melenguh pelan saat tanganku menyentuh gundukan bukit di selangkangannya. Hal ini membuat aku lupa diri. Aku semakin berani lagi. Dari hanya menyentuh sekarang aku sudah mulai berani memegang bukit kemaluannya, walaupun hanya dari luar CD-nya. Celana dalamnya sudah mulai basah. Tetapi aku tidak berani lebih jauh lagi. Aku hanya meremas lembut dan memijat bukit kemaluannya dari luar CD. Mungkin karena aku ragu-ragu, Mbak Wulan yang sudah terangsang langsung memelukku.
    Bibirnya terbuka dan matanya terpejam. Mendapat reaksi seperti itu keberanianku timbul. Tangan kananku kulingkarkan ke punggung Mbak Wulan dan meraihnya ke pelukanku, tangan kiriku semakin berani menelusup ke dalam celana dalam Mbak Wulan dan meraba-raba bukit kemaluan Mbak Wulan yang sudah semakin basah. Sementara bibirku langsung menyergap bibir Mbak Wulan yang setengah terbuka, lidahku kudorong masuk bibirnya dan menjilat-jilat langit-langit mulutnya. Tangan Mbak Wulan pun tidak tinggal diam. Jari-jarinya membuka kancing kemejaku dan menyusupkan tangannya mengelus dadaku.
    “Hh..” napasku tersengal saat tangan Mbak Wulan meraba-raba dadaku.
    Lidahku dan lidah Mbak Wulan saling berkutat. Jari tanganku mulai menyentuh cairan pekat yang sangat licin di celah-celah gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan. Aku semakin terangsang. Jariku kugesek-gesekkan ke dalam celah hangat di selangkangan Mbak Wulan dan bergerak sepanjang alur sempit di sela-sela gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan dari atas hingga ke bawah.
    “Ohh..” Mbak Wulan mendesis sambil matanya tetap terpejam menerima rangsanganku.
    Pahanya semakin dibuka lebar-lebar sehingga memudahkan jariku masuk lebih dalam lagi. Aku terus menggerak-gerakkan jariku di dalam jepitan bukit kemaluan Mbak Wulan yang semakin licin. Jari-jariku terus mencari dan mencari hingga kutemukan sebentuk tonjolan kecil di ujung atas di celah-celah bukit kemaluan Mbak Wulan. Kugesek tonjolan itu dengan penuh perasaan. Mbak Wulan semakin menggerinjal dalam dekapanku. Napasnya kian memburu. Bibirku digigit Mbak Wulan dengan gemas. Tangan Mbak Wulan pun mulai membuka zipper celanaku dan terus menyusup ke dalam CD GTman-ku. Diremasnya penisku yang sudah mulai mengeluarkan cairan dengan lembut sambil sesekali diurut dan dikocok. Hal ini membuat aku semakin blingsatan. Tangan Mbak Wulan semakin gemas meremas kantung pelirku saat kugerak-gerakkan jariku di tonjolan kecil di celah bukit kemaluannya dengan gerakan memutar.
    “Akhh.. Terusshh.. It.. Ituu.. Yaahh” tubuhnya melonjak-lonjak dalam dekapanku.
    Pantatnya terangkat dan kepalanya terdongak ke belakang. Tangannya semakin kencang meremas biji pelirku hingga kurasakan agak ngilu.
    “Akk. U.. Mau kell.. Luarhh.. Ohh.. Ter.. Russhh” mulutnya terus mendesis.
    Aku pun semakin cepat memutar jariku menggesek tonjolan kecil itu. Akhirnya tubuh Mbak Wulan terhentak dan meliuk-liuk saat mencapai puncak kenikmatannya. Matanya terpejam semakin erat bibirnya digigitnya sendiri dan tangannya semakin erat meremas kantung pelirku.
    “Ohh.. Kamu.. Pintar.. Wann..” desisnya sambil mengatur napas.
    Ia langsung ambruk dan menelentang di tempat tidur. Setelah napasnya agak teratur aku semakin berani lagi. Kutarik CD-nya ke bawah. Mbak Wulan membantuku dengan mengangkat pantatnya sehingga aku mudah meloloskan CD-nya dan melemparkannya ke lantai. Kemudian kutarik kedua kakinya hingga menjulur ke lantai. Dengan telentang di kasur dan kakinya terjulur ke lantai, bukit kemaluan Mbak Wulan nampak semakin membusung. Tanpa membuang-buang waktu aku segera mendekatkan wajahku ke selangkangan Mbak Wulan dan mulai menciumi bukit kemaluannya yang menggiurkan itu.Mbak Wulan yang memang sudah lama tidak disentuh laki-laki sejak “suami”-nya yang notabenenya adalah bossku pulang ke Korea seperti orang yang kehausan saja.
    Tangannya segera menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Bibirku segera menyedot dan menciumi bukit kemaluan Mbak Wulan dengan gemasnya. Rasanya agak asin-asin sedikit seperti ojingo (cumi-cumi) mentah. Lidahku segera kujulurkan dan menjilat bergerak mengikuti alur yang membentang di celah bukit kemaluan Mbak Wulan dari bawah ke atas. Kuulangi geseran lidahku beberapa kali sambil sesekali kudorong dan agak kutekan di tonjolan kecil di sudut atas celah bukit kemaluan Mbak Wulan yang sudah sangat basah.
    Pantat Mbak Wulan selalu terangkat ke atas seolah-olah menyambut dorongan lidahku pada bukit kemaluannya. Kepalaku semakin ditekannya ke selangkangannya hingga aku sulit bernapas. Tubuh Mbak Wulan menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan saat aku yang gemas menyedot tonjolan kecil dicelah bukit kemaluannya.
    “Hhkk.. Ohh.. Terr.. ushh.. hh” ia terus mendesis-desis. Gerakan lidahku kupercepat menggesek tonjolan kecil dicelah bukit kemaluan Mbak Wulan demi melihat ia semakin on.
    Kedua kaki Mbak Wulan bahkan dikaitkannya ke belakang leherku untuk lebih menekan wajahku ke bukit kemaluannya. Aku semakin bersemangat menjilat dan menyedot tonjolan kecil itu yang semakin lama semakin keras seolah mau pecah. Tanganku pun tak tinggal diam! Kedua telapak tanganku menekan dan memijat bukit kemaluan Mbak Wulan yang membusung dengan gemasnya.
    Akhirnya dengan diiringi lenguhan panjang tubuh Mbak Wulan terhentak hentak. Kakinya semakin menekan kepalaku dan pantatnya terangkat ke atas menyambut wajahku yang menekan bukit kemaluannya.
    “Ohh.. Terusshh oohh.. Ohh” tubuhnya semakin liar meronta selama beberapa detik lalu terdiam.
    Kedua kakinya terkulai lemas di kedua pundakku. Tangannya terpentang melebar dan dadanya naik turun mengiringi deru napasnya. Aku sangat terangsang melihat betapa tubuhnya yang putih dihiasi bulu-bulu hitam lebat di selangkangannya dan kedua ketiaknya.
    Dengan cepat aku berdiri dan melepas seluruh pakaianku. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Penisku yang ukurannya sedang berdiri tegak dengan ujung yang mengkilat karena basah oleh cairan. Lalu aku menarik gaun baby doll yang masih melekat di tubuh Mbak Wulan melalui lehernya. Mbak Wulan membantuku dengan menggeser tubuhnya. Sekarang ia hanya mengenakan bra putih tanpa penutup lain menutupi keindahan tubuhnya.
    Aku menindih tubuhnya dan menempatkan diriku di tengah-tengah kedua pahanya. Penisku yang sudah tegang terjepit di antara gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan dan tubuhku sendiri. Tanganku kulingkarkan ke belakang tubuh Mbak Wulan dan kubuka kaitan bra-nya. Kulempar satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya hingga kini aku dan Mbak Wulan sama-sama telanjang tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh. Kugumuli tubuh Mbak Wulan yang masih lemas. Kucium bibir Mbak Wulan dengan gemas. Kudorong lidahku menyusup ke dalam mulut Mbak Wulan yang terbuka dan kugesek-gesekkan lidahku ke langit-langit mulutnya.
    Reaksi Mbak Wulan luar biasa. Dengan ganas ia menyambut bibirku dan menyedot lidahku sekuat tenaga. Tanganku bergerak liar mengelus dan menjamah seluruh tubuh telanjangnya. Tangan Mbak Wulan pun melingkar ke punggungku dan mengelus-elus punggungku. Pantat Mbak Wulan bergeser ke kanan dan ke kiri menyambut tekanan penisku pada bukit kemaluannya.
    “Ughh..” aku sulit bernapas karena lidahku disedot bibir Mbak Wulan. Rasa nikmat menjalar dari ujung kaki ke ubun-ubun.
    Batang penisku yang sudah sangat keras terjepit bukit kemaluan Mbak Wulan yang hangat dan licin.
    Aku berusaha melepaskan lidahku dari sedotan Mbak Wulan. Aku ingin memenuhi obsesiku untuk menciumi ketiaknya yang lebat ditumbuhi bulu keteknya. Obsesiku terpenuhi ketika Mbak Wulan melepaskan sedotannya pada lidahku. Tanpa membuang waktu kubuka lengannya lebar-lebar lalu kedekatkan wajahku ke ketiaknya dan dengan gemas kuciumi ketiaknya. Lidahku menelusuri lengan bagian atas Mbak Wulan hingga ke samping payudaranya yang montok. Sesekali kutekankan wajahku ke ketiaknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sangat lebat. Tubuh Mbak Wulan menggerinjal di bawah dekapanku.
    “Hshh.. Gelii.. Oohh.. Gelii..” ia mendesis kegelian saat kujilati ketiaknya denga gemas.
    Rasain kamu! Siapa suruh punya bulu ketek gondrong begini! Kataku dalam hati sambil terus menggasak ketiaknya.
    “Amp.. Puun.. Su.. Dahh.. Ohh” tubuhnya semakin liar menggerinjal dalam dekapanku.
    Aku tak mau membiarkannya lepas begitu saja. Kuangkat lengan Mbak Wulan yang satu lagi dan kali ini ketiak yang satunya menjadi bulan-bulanan lidahku. Setelah puas memenuhi obsesiku, kini mulutku merambat ke payudaranya. Dengan gemas kusedot payudaranya. Kumasukkan payudaranya sepenuh mungkin ke dalam mulutku.
    “Ohh.. Shh..” tubuhnya semakin melengkung ke atas saat kedua puting payudaranya kumasukkan ke dalam mulutku dan kupermainkan dengan lidahku sepuas-puasnya.
    “Sudahh.. Ohh.. Sekarrangghh.. Auchh..” Mbak Wulan merintih-rintih memohon agar aku segera menyudahi permainan lidahku di kedua payudaranya.
    Aku menyudahi permainan lidahku pada payudaranya. Lidahku sekarang bergeser turun ke arah perutnya yang putih mulus dan masih rata. Kukais-kais lubang pusarnya lalu kugigit-didit bagian bawah pusarnya dengan gerakan cepat hingga membuat tubuh Mbak Wulan terhentak-hentak. Beberapa kali hal itu kulakukan untuk membuat Mbak Wulan terangsang hebat. Teknik ini kuperoleh dari pengalamanku dahulu dengan Mbak Narsih saat aku masih kuliah. Setelah itu lidahku bergeser ke bawah lagi. Aku bangun dan berdiri lagi di lantai. Kuangkat kaki Mbak Wulan sambil membungkuk dan kujilati pangkal pahanya. Lidahku bergeser dari pangkal paha ke bawah terus ke kaki. Kujilati betis Mbak Wulan yang indah lalu seluruh jari-jarinya kujilati satu per satu.
    “Shh.. Ohh.. Kamu.. Heb.. Bathh.. Ohh” Mbak Wulan mendesis dan merintih menikmati permainanku.
    Aku terus bekerja memuaskan hasratku menikmati setiap jengkal tubuh Mbak Wulan sepuasku. Setelah kujilati seluruh jari kakinya, lidahku berpindah ke kaki satunya lagi. Arah gerakan lidahku terbalik dari yang pertama.
    Pertama-tama kujilati seluruh jari kakinya, lalu lidahku merayap ke atas ke betisnya, lalu ke lututnya dan naik lagi hingga ke pangkal pahanya. Jilatan lidahku selalu kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil hingga tubuh Mbak Wulan menggeliat dan pantatnya terangkat-angkat menahan geli.
    Dari pangkal paha lidahku merambat lagi naik ke atas. Lidahku bergeser ke perut Mbak Wulan lalu naik ke bawah payudaranya. Setelah puas melumat kedua payudaranya lidahku kembali bergeser naik ke lehernya yang jenjang. Tubuhnya semakin mengeliat saat lidahku menari-nari diseputar lehernya yang putih mulus. Seluruh bulu tangannya meremang berdiri saat lidahku menjilat-jilat leher bagian belakang. Mata Mbak Wulan terpejam dan mulutnya setengah terbuka menikmati layananku. Kedua tanganku membekap kedua payudaranya yang montok lalu bibirku menyergap mulutnya yang setengah terbuka. Kusedot bibir Mbak Wulan dengan gemas dan kodorong lagi lidahku ke dalam mulutnya.
    Belum puas menikmati keindahan tubuh Mbak Wulan, kubalik tubuh telanjangnya hingga tengkurap. Kutindih tubuhnya dan kembali lidahku tak-henti-hentinya menjelajahi setiap lekuk tubuh bagian belakang. Lidahku menyusur dari tengkuk hingga lutut. Kedua buah pantat Mbak Wulan yang indah pun hampir memerah karena gigitan-gigitan gemasku.
    Karena tidak tahan dengan serbuanku Mbak Wulan memberontak dan bangun. Tubuhku digulingkannya hingga jatuh telentang di kasur. Ditindihnya tubuhku sambil melumat bibirku. Lidahku disedot bibir Mbak Wulan. Tubuhku yang telentang diduduki Mbak Wulan tepat di penisku sehingga penisku terjepit buah pantatnya yang padat dan kenyal.
    Dari menyedot lidahku, mulut Mbak Wulan sekarang balas menjelajahi tubuhku. Kedua putingku disedotnya habis-habisan. Kemudian lidah Mbak Wulan bergeser turun dan menjilati perutku. Lidahnya terus bergerak ke bawah dan dengan diselingi gigitan-gigitan kecil di perut bagian bawahku lidahnya bergeser menjilati ujung penisku.
    “Hahh.. Shh” sekarang giliran aku yang mendesis-desis kenikmatan.
    Ujung penisku hingga ke pangkalnya dijilati lidah Mbak Wulan dengan gemasnya. Pantatku spontan terangkat ke atas saat ujung lidah Mbak Wulan mengai-ngais lubang di ujung penisku. Otot-otot perutku serasa ditarik ke atas.
    Tidak berhenti sampai di situ. Kantung pelirku pu tak luput dari sedotan mulut Mbak Wulan. Nikmat bercampur ngilu rasanya. Lidah Mbak Wulan terus bergerak menyusur urat yang memanjang sepanjang penisku dari pangkal hingga ke ujungnya lalu berhenti di lekukan ujung topi baja kepala penisku dan menjilati lekukan itu hingga aku mendesis nikmat. Secara spontan kupegang kepalanya agar tidak bergeser dari situ. Seperti tahu keinginanku, mulut Mbak Wulan terus merangsek batang penisku sambil tangannya tak henti-hentinya mengurut batang penisku sambil sesekali meremasnya.
    “Ughh.. Ss.. Sudah.. Mbaakk..” desisku tak tahan.
    Kutarik tubuh Mbak Wulan agar naik ke perutku. Lalu Mbak Wulan menghentikan aktivitasnya dan duduk di atas perutku. Diangkatnya pantatnya dan dikangkang-kannya kedua kakinya. Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah bukit kemaluannya.
    “Upff.. Ohh..” aku dan Mbak Wulan mendesis hampir bersamaan saat Mbak Wulan secara perlahan menurunkan pantatnya.
    Perlahan-lahan ujung kepala penisku mulai terbenam dalam jepitan bukit kemaluan Mbak Wulan. Beberapa kali Mbak Wulan menaik-turunkan pantatnya sampai akhirnya seluruh batang penisku melesak ke dalam celah sempit di celah bukit kemaluannya. Hangat sekali rasanya batang penisku terjepit di tengah-tengah celah bukit kemaluannya. Ujung kepala penisku seperti menumbuk sesuatu yang lembut di dalam sana.
    Mbak Wulan terdiam, akupun terdiam menikmati menyatunya tubuh kami. Aku merasakan betapa batang penisku seperti diremas-remas oleh daging yang licin dan hangat. Kepala penisku seperti berkedut-kedut. Mataku seperti berkunang-kunang merasakan aliran kenikmatan yang mulai menjalar.
    Kedua tangan Mbak Wulan bertumpu di dadaku. Kemudian secara berirama Mbak Wulan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan diselingi gerakan memutar. Batang penisku serasa dipilin-pilin, nikmat sekali rasanya. Perlahan-lahan aku merasakan otot-otot perutku seperti ditarik-tarik.
    “Terushh.. Mbaakk.. Aku..” aku sudah hampir tidak dapat mengontrol diriku lagi.
    Tanganku segera bergerak ke belakang tubuh Mbak Wulan dan meraih kedua buah pantatnya. Kuremas pantatnya dan lebih kutekan agar ujung penisku mentok sedalam-dalamnya. Mbak Wulan pun semakin liar menggerakkan pantatnya.
    “Terushh.. Ayyoo.. Kita..” belum selesai Mbak Wulan bicara tiba-tiba tubuhnya berkejat-kejat.
    Gerakannya semakin menggila. Batang penisku yang terjepit di dalam celah bukit kemaluan Mbak Wulan berdenyut semakin keras menahan sperma yang sudah terkumpul di ujung kepala penisku. Tubuhku semakin mengejang. Kuputar pantatku seirama dengan putaran pantat Mbak Wulan yang semakin liar.
    “Akhh..” hampir bersamaan aku dan Mbak Wulan menjerit.
    Kuremas pantat Mbak Wulan dengan gemas dan kutekan lebih ketat. Crat.. Crat.. Cratt.. Crat.. Crrtt.. Akhirnya sperma yang sudah tertahan di ujung kepala penisku tumpah bersamaan dengan denyutan lubang kemaluan Mbak Wulan yang menjepit erat batang penisku. Mbak Wulan masih berkelejatan beberapa saat lalu ambruk di dadaku. Tubuhku dan tubuh Mbak Wulan sudah basah oleh keringat. Napasku masih menderu. Kucium pipi Mbak Wulan sebagai ucapan terima kasih atas kenikmatan yang ia berikan.
    “Sa rang he yo” kubisikan kata-kata sayang dalam bahasa Korea di telinganya dan belai rambutnya yang ******** “I love you..” Mbak Wulan membalas bisikanku sambil mengecup bibirku.
    Mbak Wulan masih menindih tubuhku. Dadanya yang montok menempel ketat di dadaku yang bidang, batang penisku yang sudah mulai mengkerut masih terjepit dalam celah di antara bukit kemaluannya yang hangat. Matanya terpejam seolah meresapi kenikmatan yang baru dilaluinya setelah masa-masa penantian panjang yang sia-sia. Aku masih dapat merasakan adanya aliran cairan pekat yang menetes keluar dari celah kemaluannya mengalir sepanjang batang penisku dan menggumpal di atas rambut-rambut bulu kemaluanku.
    Pikiranku menerawang memikirkan masa depanku. Aku yakin, Mbak Wulan tidak akan mau berhenti selingkuh denganku. Kalau ada yang pertama pasti akan ada yang kedua dan seterusnya. Aku membayangkan pasti suatu saat Mr. Park, “suami”-nya, akan mengetahui perbuatan kami. Ngeri aku membayangkan masa depanku. Bayangan menjadi pengangguran menari-nari di pelupuk mataku. Tapi nasi sudah menjadi bubur.. Sperma sudah telanjur mengucur. Aku harus sanggup mengehentikan perselingkuhan ini. Harus!! Atau masa depanku hancur lebur! Tanpa aku sadari aku ternyata telah terlelap dalam mimpi. Aku tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Wulan. Aku tak tahu berapa lama aku tertidur setelah bertempur dengan Mbak Wulan dan aku tak tahu sejak kapan Mbak Wulan sudah bangun dari pelukanku. Aku tersadar saat dibangunkan Mbak Wulan dan dibuatkan kopi ginseng.
    Segar sekali rasanya bangun tidur sudah dibuatkan kopi. Mbak Wulan nampak sudah sangat segar habis mandi. Rambutnya masih basah sehabis mandi besar. Ia hanya mengenakan kimono sebagai penutupnya. Aku yakin ia belum memakai bra dan CD karena kulihat benda-benda itu masih berserakan di lantai. Setelah menyeruput beberapa teguk kopi ginseng panas aku pun minta ijinnya untu mandi di kamar mandi di dalam kamarnya. Segar sekali rasanya tubuhku saat air hangat mengguyur dari shower yang terpasang di atasku. Aku terkesiap saat asyik-asyiknya menikmati guyuran air yang mengucur deras dari shower tiba-tiba kurasakan ada yang mengelus-elus dan meremas batang penisku.
    Ternyata Mbak Wulan sudah ikut bergabung di kamar mandi dalam keadaan bugil.. Gil tanpa sehelai benangpun menutupi keindahan tubuhnya. Aku terpana melihatnya. Aku hanya mampu melotot memandangi setiap lekuk tubuhnya yang montok. Bukan hanya itu! Mbak Wulan pun lantas menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun cair yang biasa digunakannya. Tubuhku yang licin oleh busa sabun diraba dan dielus oleh belaian tangan Mbak Wulan yang lembut. Dari leherku tangannya bergerak menurun ke bawah hingga pusarku. Batang penisku perlahan-lahan sudah mulai mengeras. Beberapa saat kemudian batang penisku sudah berdiri tegak seperti prajurit yang siap tempur dalam siaga 1.
    “Hh.. Mbaakk..” aku mendesis lirih saat tangan Mbak Wulan dengan lincah bermain-main di daerah penisku. Batang penisku yang licin karena busa menjadi sasaran bulan-bulanan tangan Mbak Wulan. Batang penisku diremas dan diurut dengan pelicin busa sabun.
    “Oohh.. Enaakk mbaakk” desisku berulang-ulang. Aku pun tak kalah gesitnya, kuambil botol sabun dari tangannya dan kubalur tubuh Mbak Wulan dengan sabun cair. Tubuhnya menggerinjal saat tubuhnya yang licin kugosok dengan kedua tanganku. Kedua payudaranya menjadi sasaran pertama tanganku. Aku sudah terlupa akan tekadku untuk menghentikan permainan ini. Yang aku tahu aku harus menuntaskan permainan ini sepuas-puasnya. Urusan lain biar dipikir belakangan!!
    “Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh” desis Mbak Wulan saat tanganku bergerilya di daerah selangkangannya.
    Rambutnya yang lebat memenuhi bukit kemaluannya kugosok seperti layaknya sedang cream-bath. Kuremas dan kupijat gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan hingga ia semakin liar menggerinjal dan semakin liar pula tangannya mengurut batang penisku yang sudah sangat keras.
    “Sekk.. Arangh.. Ohh..” desisnya berusaha menghentikan tanganku.
    Aku pun mengikuti kemauannya. Kuhentikan aksiku meng-creambath rambut kemaluannya dan kubilas seluruh tubuhnya dengan kucuran air shower. Aku diseretnya ke tempat tidurnya lagi setelah mengeringkan tubuh dengan handuk yang tersedia di kamar mandi, dengan menarik batang penisku. Seperti kerbau ditarik penisnya aku mengikuti langkahnya. Mbak Wulan langsung memelukku begitu kami duduk di tempat tidurnya. Bibirnya menyergap bibirku dan lidahnya dijulurkannya menyelusup ke dalam mulutku. Kubalas tindakannya tadi yang menyedot lidahku dengan menyedot lidahnya yang terjulur.
    “Uggh.. Ugh..” ia gelagapan, apa lagi tanganku secera refleks langsung mengarah ke bukit payudaranya dan bermain-main di sana dengan meremas dan memilin kedua putingnya secara bergantian.
    Tangan Mbak Lisa yang masih memegang batang penisku turut meremas apa yang dipegangnya. Ia meremas dan mengocok dengan lembut.
    “Shh.. Ter.. Rushh.. Ohh.. Saa.. Rang.. Hhee..” desahnya terputus-putus menerima rangsanganku Saat tanganku yang sudah puas bermain di dadanya langsung meluncur ke bukit kemaluannya yang sudah mulai basah. Kumasukkan jariku ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang licin dan kokorek-korek liang yang sudah sangat licin itu.
    Tubuhnya mulai gemetar menahan desakan nafsu yang semakin menggelegak.
    Sejurus kemudian kulepas tanganku dari jepitan celah bukit kemaluannya dan kuminta Mbak Wulan untuk merangkak di atas kasur. Segera ia memposisikan diri seperti layaknya anjing yang siap kawin. Pantatnya sedikit menungging ke atas memperlihatkan gundukan bukit di selangkangannya yang terbelah seperti yoyo. Tanpa membuang waktu kudekatkan wajahku ke depan belahan itu dan kutekankan wajahku ke selangkangannya yang terbuka. Kujulurkan lidahku ke celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang tembam. Cairan yang agak asin terasa di lidahku. Aku tak peduli rasa dan baunya.. Biar baunya seperti comberan namun rasanya nikmat seperti durian!!
    Tubuh Mbak Wulan yang menungging semakin indah menggerinjal saat lidahku mengais-ngais di dalam liang sempit di celah bukit kemaluannya. Pantatnya semakin dinaikkan berusaha menekankan bukit kemaluannya ke wajahku. Aku semakin bersemangat mengorek dan mengais liang itu. Kedua tanganku membekap buah pantatnya agar tidak terlalu liar bergerak.
    “Hhaahh.. Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh.. Oohh..” dengan diiringi jeritan histeris tubuhnya tersentak-sentak menahan sesuatu yang meledak-ledak. Ia terus meronta selama beberapa detik lalu tubuhnya terdiam. Ia berusaha mengatur napasnya setelah pendakian yang melelahkan itu.
    Aku tidak memberinya kesempatan. Aku segera naik ke tempat tidur dan dengan posisi berlutut menempatkan diriku di belakang pantatnya yang masih menungging. Kuarahkan batang penisku ke belahan di bukit kemaluannya yang sudah dibasahi cairan pelicin. Dengan pelan kudorong pantatku ke depan hingga ujung kepala penisku menerobos celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Aku segera dapat merasakan betapa batang penisku terjepit daging hangat dan licin. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku menyeruak ke dalam. Setiap satu inci masuk kutarik lagi sedikit lalu kodorong lagi lebih maju! Inilah yang namanya mundur selangkah untuk maju dua langkah.. Seperti kata peribahasa. Hal itu terus kulakukan berulang ulang hingga ujung kepala penisku seperti menumbuk daging lembut di dalam sana.
    “Hkk.. Hh” aku dan Mbak Wulan menahan napas hampir bersamaan. Kudiamkan sejenak batang penisku yang sudah terbenam seluruhnya ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya. Seperti di aba-aba, aku dan Mbak Wulan bergerak mengayunkan pantat secara bersama-sama. Bedanya arahku maju mundur Mbak Wulan arahnya memutar!! Berbeda tapi satu tujuan.. Kenikmatan!! Alangkah harmonisnya!!
    Tanganku yang mencengkeram buah pantat Mbak Wulan selalu menarik kuat-kuat menekan ke arahku saat aku mengayunkan pantatku ke depan. Hingga ujung kepala penisku menghantam mulut rahimnya agak keras. Setiap kali itu pula kudengar Mbak Wulan menjerit “Owghh.. Owghh.. Owghh!!”
    Merasa capai dengan posisi demikian, Mbak Wulan memintaku berganti posisi. Ia meminta untuk memegang kendali permainan dengan bermain di atas. Aku segera menggulingkan tubuhku dan telentang di kasur. Sejenak kemudian Mbak Wulan naik ke atas perutku dan membuka pahanya lebar-lebar. Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Kemudian perlahan lahan pantatnya diturunkan.. Bless..!! Batang penisku langsung tertelan celah bukit kemaluannya hingga amblas sampai pangkalnya.
    “Owghh..” aku dan Mbak Wulan tanpa aba-aba melenguh secara bersamaan.
    Batang penisku serasa diremas dan dipilin sangat nikmat oleh gerakan memutar pantat Mbak Wulan yang berjongkok di atas perutku. Mbak Wulan terus bergerak semakin liar. Payudaranya berayun-ayun indah saat ia bergerak memutar. Tanganku segera meraihnya dan meremas serta memilin kedua putingnya. Kulihat mata Mbak Wulan terpejam dan mulai menggigit bibirnya sendiri. Gerakannya semakin liar dan tubuhnya terhentak-hentak..
    “Akhh.. Ak.. ku.. kell.. luarhh.. Ohh.. ter.. russhh..” ia menggeliat-geliat selama beberapa detik lalu akhirnya ambruk di atas perutku.
    Napasnya terdengar tersengal-sengal seolah-olah habis berlari jauh. Denyut jantungnya terasa berdetak kencang menempel dadaku. Kubiarkan ia mengatur napasnya sebelum aku mengambil giliranku. Setelah ia cukup istirahat segera saja kuangkat pantatnya dan kuganjal dengan dua bantal. Dengan posisi telantang dan terganjal bantal, bukit kemaluannya jadi semakin membusung indah. Kupentang pahanya lebar-lebar dan kuposisikan tubuhku di antara kedua bentangan pahanya. Kucucukkan batang penisku ke dalam celah merah di sela bukit kemaluannya yang berdenyut-denyut kembang kempis. Kodorong pelan-pelang hingga seluruh batang penisku masuk sampai ke pangkalnya. Kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi menyatunya tubuhku dengan tubuhnya.
    “Ehhkk..” Mbak Wulan menjerit keras saat tiba-tiba kutarik batang penisku dari jepitan liang kemaluannya dengan cepat. Namun sebatas ujung kepala penisku masih tetap menancap erat di tempatnya. Kemudian kudorong lagi pantatku ke depan secara pelan hingga masuk seluruhnya..
    Kutarik lagi dengan cepat hingga berulang-ulang. Akibatnya luar biasa!! Tubuh Mbak Wulan seperti terhentak-hentak setiap batang penisku kutarik mundur! Ia selalu menjerit. Payudaranya berguncang terayun-ayun setiap kali tubuhnya terguncang! Aku pun merasakan adanya desakan maha dahsyat yang mulai mengumpul di ujung batang penisku! Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur. Kutindih tubuh Mbak Wulan dengan seluruh berat tubuhku hanya bertumpu pada lututku. Kedua tanganku kutempatkan menyangga kedua buah pantat Mbak Wulan untuk menggenjotnya.
    “Terrushh.. Mbaakk.. Putt.. Tarrhh.. Shh.. Ohh” tubuhku mulai menegang.
    Otot perutku terasa ditarik-tarik dan batang penisku berdenyut-denyut siap memuntahkan semua isi yang sudah menggumpal. Mbak Wulan pun semakin liar memutar pantatnya menyambut setiap tusukanku. Batang penisku seperti digiling oleh daging lembut dan licin. Aku sudah tak kuat lagi menahan gempuran kenikmatan yang sudah mau meledak.
    “Akhh.. Akku.. Kel.. Lu.. Arrghh” akhirnya aku menggeram saat batang penisku mengedut-ngedut dan memuntahkan cairan sperma ke dalam rahim Mbak Wulan! Crott.. Crutt.. Crrtt.. Crrt.. Crtt..! Tubuhku terhentak-hentak di atas perut Mbak Wulan selama beberapa saat hingga akhirnya terdiam. Aku benar-benar lemas tak bertenaga! Napasku kembang kempis tinggal satu-satu saling berlomba dengan napas Mbak Wulan.
    Kubiarkan batang penisku tetap menancap di dalam jepitan liang kemaluan Mbak Wulan hingga kurasakan lubang kemaluan Mbak Wulan berdenyut-denyut seolah memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam batang penisku. Kubiarkan biar tuntas sekalian.. Aku sudah terlalu capai. Akhirnya aku dan Mbak Wulan terkapar sama-sama tak bertenaga. Tenaga kami sudah terkuras habis. Pada saat mataku hampir terpejam, secara samar-samar kulihat sekelebat banyangan melintas di balik pintu. Aku tersadar ternyata sedari tadi kami bercinta pintu dalam keadaan setengah terbuka.
    Pikiranku langsung menduga pasti bayangan itu milik Ceu Entin! Soalnya tidak ada orang lain lagi selain dia! Kang Pardi sedang ke Jakarta dan paling banter tengah malam atau besok pagi baru sampai. Biasa pasti dia harus menunggu Mr. Kang mabuk-mabukan bersama teman-teman Koreanya. Jadi tidak salah pasti tadi karena kami keasyikan bergumul sampai-sampai tidak mendengar kedatangan Ceu Entin yang masuk menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya. Mbak Wulan sendiri matanya sudah terpejam dan ku yakin sudah tertidur kelelahan. Napasnya sangat teratur dan di bibirnya tersungging secercah senyuman. Alangkah damainya..
    Keesokan paginya aku datang ke kantor agak terlambat. Namun suasana kantor masih sepi. Tidak ada orang. Kijang kapsul Mr. Park pun tidak ada. Jangan jangan Mas Pardi belum juga pulang sehabis mengantar Mr. Kang kemarin siang. Rumah nampak lengang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Titin pun nampak belum datang. Pada kemana gerangan orang-orang ini..
    “Eh.. Si Mas baru datang. Tadi pagi non Titin telepon katanya belum bisa masuk hari ini perutnya masih sakit” ternyata ada Ceu Entin yang ada dirumah memberitahuku perihal si Titin.
    “Lalu.. Mas Pardi kemana Ceu?”
    “Eh.. Anu tadi pagi Mas Pardi ngantar non Wulan ke Jakarta mau berobat katanya?”
    “Lho.. Non Wulan memang sakit Ceu?”
    “Iya.. Katanya kulitnya sedikit melepuh karena tersiram air panas kemarin..” lanjut Ceu Entin.
    Wahh.. Ini pasti gara-gara kopi ginseng kemarin pikirku. Terbersit sepercik rasa bersalah pada diriku.
    “Jadi.. Ceu Entin sendirian jaga rumah nih?”
    “Iya Mas..”
    “Nah.. Kalau begitu Ceu Entin bikinin aku kopi ginseng gih..” pintaku.
    “Baik Mas.. Tunggu bentar ya..” spontan Ceu Entin kabur ke dapur.
    Ceu Entin sudah ikut Mr. Park sejak empat tahun lalu atau kira-kira seminggu setelah aku bergabung dengan Mr. Park. Ceu Entin sebelum ikut Mr. Park adalah pembantu Mr. Kang, sehingga soal masakan Korea ia sudah dibilang cukup ahli mengolahnya. Aku sendiri paling doyan sama yang namanya bul go gi atau daging sapi asap. Bahkan karena senengnya aku sudah mampu meracik sendiri bumbu untuk membuatnya dan kadang-kadang aku membuat variasi dengan mengganti daging sapi dengan tunggir ayam. Soal rasa.. Jangan tanya!
    Kembali pada Ceu Entin. Ia tidak begitu cantik tapi juga tidak begitu jelek. Kulitnya bersih khas orang Sunda. Tubuhnya tidak terlalu tinggi hanya berkisar antara 155 cm dengan berat sekitar 47 kilo. Orangnya supel.. Maksudnya benar-benar supel gampang bergaul bukannya “supel” yang bila diplesetkan jadi “suka peler”!!
    Sebagaimana selera Mr. Park, Ceu Entin juga memiliki dada yang cukup montok. Usia Ceu Entin saat itu sekitar 32 tahun. Ia adalah seorang janda yang ditinggal suaminya kawin lagi. Ia sudah mempunyai 1 orang anak yang ikut dengan neneknya di kampung. Jadi secara seksual Ceu Entin cukup memiliki daya tarik yang lumayan lah..!
    Saat Ceu Entin sedang kutak-katik di dapur aku jadi ingat tentang sekelebat bayangan melintas di balik pintu saat aku selesai bergumul dengan Mbak Wulan kemarin. Mumpung sedang sendirian! Aku harus menginterogasinya sekarang. Aku harus tahu sejauh mana ia melihat perselingkuhan kami kemarin. Lalu aku memutuskan menyusul Ceu Entin ke dapur.
    “Ehh.. Ceu Entin.. Kemari sebentar..”
    “Ehh.. Ohh.. Ada apa Mas.. Si Mas ini bikin kaget Ceu Ceu aja..” katanya kenes.
    “Emmhh. Aku mau nanya nih..! Tapi Ceu Entin harus bicara jujur ya..”
    “Bo.. Boleh Mas.. Emang mau nanya apaan? Kok serius amat..”
    “Gini lho Ceu.. Kemarin Ceu-Ceu pulang dari rumah saudara jam berapa?” tanyaku langsung to the point.
    Wajahnya langsung memerah dan tersipu. Aku langsung tahu kalu bayangan kemarin adalah benar-benar dia..
    “Jadi.. Ceu-Ceu kemarin..” wajahku sedikit memerah karena malu bergumul diintip orang.
    “Ma.. Maaf Mas.. Ceu-Ceu enggak sengaja..” katanya dengan penuh rasa bersalah.
    “Ja.. Jadi Ceu Entin sudah melihat saya.. Saya sama Mbak Wulan..” aku tak sanggup meneruskan kata-kataku.
    “I.. Iya Mas..” jawabnya jujur. Wajahnya semakin memerah karena malu ketahuan mengintip.
    “Yachh.. Aku juga yang salah Ceu.. Tapi tolong.. Ceu Entin jangan bilang siapa-siapa ya.. Kasihan Mbak Wulan” kataku memohon.
    “I.. Iya Mas.. Ceu-Ceu janji deh..” katanya penuh pengertian.
    “Terima kasih Ceu, Ceu Entin orang yang paling baik..” gombalku.
    Aku segera memeluk dan mencium pipi Ceu Entin maksudnya ciuman tanda terima kasih atas pengertiannya. Namun Ceu Entin menganggapnya lain. Ceu Entin terdiam dan bahkan memejamkan matanya sambil membuka mulutnya. Napasnya sedikit memburu. Melihat ada peluang terbuka segera saja kuperketat pelukanku pada tubuh Ceu Entin dan kusurukkan wajahku ke lehernya.
    “Ehhkk..” Napasnya terceka, “Mass..” Ia sedikit memberontak saat aku mulai menciumi lehernya.
    Tercium bau aroma sabun terpancar dari tubuhnya. Rupanya ia baru mandi sehingga kulitnya masih segar. Lidahku segera menyerbu sepanjang batang lehernya. Kepalang tanggung.. Pikirku saat itu! Que.. Sera.. Sera! Apa yang terjadi terjadilah!! Pokoknya sikat duluan blehh! Urusan biar dipikir belakangan.. Demikian godaan setan mengilik-kilik batinku! Tubuh Ceu Entin menggelinjang dalam pelukanku. Dadanya yang cukup montok menggesek-gesek dadaku. Aku jadi makin terangsang.
    “Mas.. Mm.. Mau.. Ngapainn..” desis Ceu Entin.
    Aku tidak mempedulikan pertanyaan Ceu Entin. Tanganku yang melingkar di punggungnya segera saja kuarahkan ke pantatnya dan mulai meremas dan mengelus buah pantatnya yang cukup montok. Tubuhnya kian meronta.. Namun tidak ada upaya untuk melepaskan diri dari pelukanku. Aku semakin berani lagi! Segera saja tanganku melepas kaitan roknya di atas pinggulnya dan segera menyusupkan tanganku ke balik roknya dan masuk ke dalam celana dalamnya.
    Sekarang tanganku berkeliaran di seputar buah pantat Ceu Entin. Dengan gemas kuremas dan kupijat-pijat bongkahan buah pantatnya dengan kedua tanganku.
    “Mass..! Ja.. Jang.. Annhh.. Ohh..!!” desisnya. Mulutnya bilang jangan tetapi dari gerakan tubuhnya aku tahu kalau sebenarnya ia juga menginginkannya.
    “Enggak apa apa Ceu.. Aku kangen sama Ceu Entin” bisikku di telinganya dengan rayuan gombalku.
    Mulutku segera mencari bibirnya dan segera kusergap bibirnya yang membuka. Mula-mula ia menutup rapat bibirnya, tetapi tidak lama kumudian ia mulai membalas kuluman bibirku. Lidahnya mulai ikut mendorong-dorong lidahku yang sudah menerobos masuk ke dalam mulutnya. Sedikit bicara.. Banyak bekerja! Itulah ungkapan yang tepat untuk keadaanku dengan Ceu Entin saat itu!
    Tanganku yang berkeliaran di daerah pantat Ceu Entin semakin liar begerak. Sesekali jari-jariku menyentuh daerah belahan diantara kedua bongkahan pantatnya hingga tersentuh rambut kemaluannya yang menyeruak ke bagian belakang. Ceu Entin rupanya sudah menyerah dengan serbuanku. Tubuhnya tidak lagi memberontak tetapi sepenuhnya menyender dalam pelukanku. Roknya yang sudah merosot setengah lutut membuat tanganku semakin leluasa menggerayangi buah pantatnya. Tangan Ceu Entin pun mulai mengelus-elus punggungku.
    “Ja.. Jangan di.. Sin.. Ni.. Masshh” akhirnya Ceu Entin mendesah pasrah dan memintaku untuk pindah tempat.
    Akhirnya dengan tetap kupeluk, tubuh Ceu Entin segera kuseret ke kamarnya yang terletak di samping dapur. Pintu kututup dengan kakiku dan segera kuteruskan aksiku. Kutarik roknya ke bawah hingga terlepas, Ceu Entin membantu upayaku dengan melangkahkan kaki melepaskan roknya yang teronggok di mata kaki. Tubuh Ceu Entin bagian bawah sudah terbuka sama sekali. Tanganku segera meluncur ke depan dan mulai meraba gundukan bukit kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam keriting.
    “Mashh.. Shh.. Ohh..” Ceu Entin mendesah desah saat tanganku mulai meremas-remas gundukan bukit kemaluannya.
    Tanganku segera merasakan adanya cairan lengket yang sudah membasahi celah bukit kemaluannya. Tangan Ceu Entin pun semakin berani. Kini tangannya bergerak meraba-raba tonjolan di celanaku dari luar celana. Aku menggeliat merasakan nikmat betapa batang kemaluanku yang sudah sangat keras diraba-raba tangan halus Ceu Entin.
    Aku sudah sangat bernapsu ingin segera menikmati tubuh Ceu Entin. Napsuku sudah sampai ke ubun-ubun. Segera saja kuhentikan aktivitasku dan kuangkat kaos Ceu Entin dan kulepaskan melalui kepalanya. Bra-nya yang berwarna krem segera saja kulepas dan kulempar entah kemana. Kini tubuh Ceu Entin sudah telanjang bulat di depanku. Ia malu untuk telanjang bulat di depanku segera saja kedua tangannya menutupi dada dan bukit kemaluannya. Wajahnya memerah. Lucu sekali kelihatannya. Mataku segera saja melahap seluruh pemandangan indah yang terpampang di depanku. Tubuh Ceu Entin bersih mulus. Walaupun sudah beranak dua tetapi perutnya masih cukup rata. Pinggangnya yang kecil mencetak tubuhnya menjadi indah.
    Aku segera melucuti pakaianku sendiri dan telanjang bulat di depannya. Pakaianku kubiarkan teronggok di lantai kamar Ceu Entin yang sempit. Kamarnya memang sempit seperti layaknya kamar pembantu di perumahan. Luasnya hanya seukuran 2,5 x 3 mm. Di kamar Ceu Entin tidak ada tempat tidur, kasur busanya yang tipis hanya digelar di lantai dengan dialasi tikar plastik. Satu-satunya perlengkapan yang ada hanyalah lemari kecil yang terbuat dari tripleks sebagai sarana menyimpan pakaiannya.
    Mata Ceu Entin terbelalak melihat batang kemaluanku yang sudah sangat tegak menunjuk langit-langit kamarnya. Tanpa memberi kesempatan lebih banyak buat Ceu Entin untuk melihat seluruh tubuh telanjangku, segera saja tubuh telanjang Ceu Entin yang masih berdiri kuraih dalam pelukanku. Kulingkarkan salah satu tanganku ke belakang dan langsung bergerak lembut mengelus punggungnya.
    Tanganku bergerak menyusur sepanjang tulang punggungnya dan hinggap di pantatnya yang kenyal. Tanganku yang satunya segera menuju buah dadanya yang masih ditutupi tangannya. Kusingkirkan tangannya yang menutupi buah dadanya dan kubimbing ke arah selangkanganku. Mula-mula tangannya agak kaku memegang batang kemaluanku. Sedikit demi sedikit tangannya mulai lincah meremas dan mengurut batang kemaluanku.
    “Ohh.. Enn.. Akkhh Ceu.. Ter.. Rushh” desisku saat tangan Ceu Entin semakin lincah mengurut batang kemaluanku.
    Bibirku kembali menyergap mulutnya dan segera mengulum bibirnya. Lidahku kususupkan ke dalam mulutnya dan mulai mendorong-dorong lidahnya. Lidah Ceu Entin pun membalas serbuan lidahku. Tanganku segera mengarah ke buah dada Ceu Entin dan mulai meremas serta memilin puting buah dadanya.
    “Sshh.. Ohh.. Mass..!” mulut Ceu Entin mendesis-desis saat jari-jariku memilin puting buah dadanya.
    Tangan Ceu Entin semakin liar begerak di salangkanganku. Dari mengurut tangannya beralih mulai meremas biji pelirku dengan gemas. Beberapa jurus kemudian kudorong tubuh Ceu Entin hingga berbaring telentang di kasurnya yang tipis. Tubuhke segera menggumuli tubuh telanjangnya.
    Kusibakkan kedua pahanya lebar-lebar hingga gundukan bukit kemaluan terbuka lebar. Kutindih tubuhnya dengan batang kemaluanku yang keras menempel ketat di gundukan bukit kemaluannya yang sudah semakin basah. Mulutku segera saja menyerbu buah dadanya yang menantang.
    “Emhh.. Ohh.. Masshh..” mulut Ceu Entin tak henti-hentinya mendesis-desis.
    Tangan Ceu Entin meremas-remas rambutku. Tubuhnya menggelinjang dalam tindihan tubuhku sehingga batang kemaluanku yang menempel ketat di bukit kemaluannya tergesek-gesek nikmat. Hangat sekali rasanya! Apalagi keluarnya cairan licin yang keluar dari celah memanjang di bukit kemaluannya menambah lancarnya gesekan batang kemaluanku.
    “Ja.. Jang.. An mass..” desis Ceu Entin sambil mencoba menutupi bukit kemaluannya saat mulutku mulai mendekat ke bukit kemaluannya yang terbuka lebar. “Ceu Ceu Ma.. Malu”
    Aku tak mempedulikan permintaannya. Kupegang tangannya dan kusingkirkan dari bukit kemaluannya, wajahku segera menempel bukit kemaluannya. Tercium aroma khas bau kelamin perempuan yang sangat merangsang gairah kelelakianku.
    Tubuh Ceu Entin terhenyak, pantatnya terangkat menyambut tekanan wajahku saat lidahku mulai menyeruak di celah yang terbentang di antara gundukan bukit kemaluannya. Lidahku semakin menyeruak lebih dalam menggesek-gesek dinding celah kemaluannya.
    “Ahh.. Mass.. Ouch..” Tubuh Ceu Entin menghentak-hentak sementara mulutnya terus mendesis-desis.
    Tangannya yang memegang kepalaku tanpa sadar menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Aku gelagapan karena sulit bernapas. Lidah dan mulutku semakin liar merangsek dan menjilati lubang kemaluannya.
    “Akhh.. Ceu.. Ceu.. Su.. Su.. Dahh..” Ceu Entin tak mampu meneruskan ucapannya.
    Tubuhnya menggelepar hebat. Pantatnya terangkat-angkat menyambut rangsekan wajahku. Kedua kakinya melingkar mengepit punggungku. Tubuhnya semakin bergerak liar selama beberapa saat lalu terdiam. Dadanya turun naik mencoba mengatur napasnya. Matanya terpejam dan bibirnya mengatup rapat menandakan masih mencoba menghayati kenikmatan yang baru saja diraihnya.
    Setelah napasnya mulai teratur, aku segera menempatkan diriku sejajar dengan tubuhnya di antara kedua pahanya yang terbuka. Kuarahkan batang kemaluanku di tengah-tengah celah bukit kemaluannya yang basah dan licin lalu kudorong pantatku pelan-pelan. Bless..! Perlahan-lahan kepala batang kemaluanku mulai menerobos celah sempit hangat di tengah bukit kemaluannya.
    “Ughh..!!” napasku sedikit tertahan merasakan betapa nikmatnya batang kemaluanku terjepit erat dalam lubang kemaluan Ceu Entin.
    Aku merasa kepala batang kemaluanku berdenyut-denyut saat tanpa dikomando pantat Ceu Entin bergerak memutar secara perlahan. Goyang ciranjang dari Ceu Entin begitu melenakan! Napsuku yang sedari tadi sudah berkobar semakin menggebu. Perutku serasa kejang saat batang kemaluanku serasa dipilin di dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin.
    “Ugh.. Ceu.. Terush.. Ceu..” Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur.
    Aliran desakan magma seolah siap meledak dan mengumpul di ujung kepala kemaluanku. Ceu Entin pun menggoyangkan pantatnya dengan semakin menggila.
    “Masshh.. Ter.. Russhh” desahnya sambil memutar pantatnya. Kedua kakinya menggapit pinggangku dengan ketat.
    Mataku seperti kabur menahan gelora kenikmatan yang amat sangat. Aku mengayunkan pantatku sekuat tenaga menghunjamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin. Kepala batang kemaluanku serasa berdenyut-denyut hendak menumpahkan semua tekanan yang menggumpal di dalamnya.
    Crrut.. Crrt.. Crrt.. Crutt!!
    “Arghh.. Ter.. Rushh.. Ceu..” aku menggeram sambil menggigit pundak Ceu Entin saat batang kemaluanku menyemburkan cairan kental ke dalam mulut rahim Ceu Entin.
    Pantat Ceu Entin kuremas kuat-kuat berusaha menekankan bukit kemaluannya ke arah batang kemaluanku agar semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuhku berkejat-kejat di atas perut Ceu Entin. Tubuh Ceu Entin pun bergerak liar. Lubang kemaluannya berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang tertancap dalam didalamnya. Tubuhnya menggelepar dengan liarnya. Akhirnya kami sama-sama terdiam. Napas kami saling berlomba. Kami mencapai orgasme secara bersamaan. Kulirik wajah Ceu Entin, matanya nampak terpejam.
    Kubiarkan batang kemaluanku tetap menancap. Perlahan-lahan aku merasakan jepitan lubang kemaluan Ceu Entin semakin mengendur karena batang kemaluanku mulai mengerut. Akhirnya jepitan lubang kemaluan cue Entin terlepas dengan sendirinya dari batang kemaluanku. Aku menggulingkan tubuhku ke samping tubuh telanjang Ceu Entin dan tetap memeluk tubuh telanjangnya sambil mengatur napas.
    “Ceu Entin heibat sekali.. Aku sayang sama Ceu-Ceu..” bisikku di telinganya.
    “Si Mas juga hebat.. Ceu-Ceu sampai kewalahan melayani si Mas..” balasnya sambil tersenyum malu.
    “Eh.. Ceu-Ceu udah berapa lama enggak beginian” tanyaku. Wajahnya merona karena malu.
    “Terakhir.. Mungkin sudah 6 bulan yang lalu Mas.. Sejak mister kuya membawa non Wulan kesini..” jawabnya agak malu-malu.
    Ia biasa menyebut Mr. Park, bossku, dengan sebutan mister kuya (bahasa Sunda artinya monyet). Hal ini dilakukannya karena sejak Mr. Park membawa Mbak Wulan ke rumah ini ia tidak pernah lagi dijamahnya.
    “Ja.. Jadi Ceu-Ceu sudah pernah sama mister?!” tanyaku kaget.
    “I.. Iya Mas..” jawabnya agak malu.
    “Gimana Ceu rasanya peler Korea?” tanyaku menggoda.
    “Ah.. Si Mas bisa saja..” sambil mencubit batang kemaluanku ia menjawab.
    “Pasti gede ya Ceu..?” kataku terus menggoda..
    “Ahh.. Udah ah.. Ceu-Ceu enggak mau.. Tanya yang lain aja..” jawabnya sambil tangannya meremas batang kemaluanku yang sudah mulai menggeliat bangun.
    “Ih.. Ini nakal.. Sudah dikasih mau minta lagi” katanya sambil meremas batang kemaluanku.
    “Lho.. Kan Ceu-Ceu yang mbangunin.. Tadi masih enak-enak tidur dipegang-pegang.. Jadi ya bangun begini.” kataku menggoda “Pokoknya Ceu-Ceu harus bertanggung jawab nih..” kataku lagi sambil tanganku mulai menggerayangi tubuhnya.
    Hari itu aku dan Ceu Entin bersetubuh beberapa kali hingga benar-benar teler. Berbagai posisi dan gaya kami lakukan. Rupanya Ceu Entin sudah banyak belajar dari Mr. Park soal seks.
    Gara-gara kopi ginseng aku dapat menikmati keindahan tubuh dua wanita di kantor ku. Sejak saat itu atas kesepakatan Ceu Entin dan Mbak Wulan aku diwajibkan memuaskan keinginan mereka secara bergiliran. Aku sendiri sebetulnya senang.. Tapi kalau memikirkan resiko yang harus kutanggung jika suatu saat Mr. Park tahu kalau “istrinya” kuselingkuhi pasti aku dipecat dan kakak sepupuku akan terkena getahnya. Akhirnya dengan berat hati aku mengundurkan diri dari pekerjaanku.
    Aku pamit pada Mr. Park dengan alasan aku ingin kerja di kotaku saja. Hingga saat ini aku masih mencari-cari pekerjaan lagi. Gara-gara kopi ginseng pula akhirnya aku menjadi pengangguran. Nah sekian dulu kisahku. Sampai saat ini aku sedang mencari pekerjaan di mana bossku adalah wanita. Tapi aku belum menemukannya hingga saat ini. Bila ada pengusaha wanita yang butuh asisten aku sangat bersedia membantu. Sampai jumpa di kisah-kisah selanjutnya
     
    Support : Creating Website | @ZZ@M_IP | @ZZ@M_IP
    Copyright © 2014. Cerita Dewasa Terselubungi - All Rights Reserved
    Template Created by Creating Website Published by @ZZ@M_IP
    Proudly powered by Blogger