Headlines News :

    Cerita Sex: Kisah Cintaku Dengan Pak Kades –

     Kisah Cintaku Dengan Pak Kades – Pengalamanku ini bermula sekitar dua tahun yang lalu saat aku baru bekerja di Balai Desa sebagai pembantu Pak Sumantri, kepala desa kami. Pak Sum orang pandai. Ia bergelar Drs. Sebenarnya ia berasal dari Jakarta, namun sudah menetap di desaku cukup lama. Pak Sum berkulit putih, wajahnya ganteng dan berkumis. Ia sangat baik kepadaku. Aku sangat senang.
    cerita-sex-kisah-cintaku-dengan-pak-kades
    Hari pertama aku bekerja, ia memintaku untuk memijitnya di kamarnya di Balai Desa. Begitu sampai di kamarnya, ia memintaku untuk membukakan pakaiannya. Aku merasa aneh sekaligus malu. Namun kulakukan juga. Tubuhnya tegap dan atletis. Namun entah kenapa aku senang melihat dadanya yang berbulu lebat. Ia tersenyum kepadaku. Kemudian ia menyuruhku membukakan celananya sekalian. Aku ragu-ragu untuk melakukannya, namun ia bilang bahwa kakinya pegal dan ingin dipijit juga. Aku berjongkok di hadapannya. Perlahan-lahan kulepaskan ikat pinggangnya. Aku merasa celananya begitu menonjol.
    Kemudian kutarik risleting celananya, kulepaskan celananya ke lantai dan.. aku sangat terkejut melihat penisnya yang bukan hanya tampak menonjol melainkan sudah keluar dari celana dalamnya. penisnya sangat besar dan panjang. Aku bahkan dapat melihat kepala kontolnya yang tampak mengkilat karena air mani. Aku berusaha untuk menahan kegugupanku. Kulihat ia tersenyum kepadaku. Kemudian kupersilakan ia untuk tiduran agar bisa kupijit. Kupijit bagian belakangnya. Ia memintaku untuk mengurut pantatnya. Kemudian ia membalikkan badannya memintaku untuk memijit dadanya juga. Perlahan kupijit dadanya yang berbulu lebat.

    Ia memintaku untuk terus memijitnya ke bagian bawah. Aku sangat gugup. Aku merasa ia akan memintaku untuk memijit kontolnya. Namun untunglah tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamar. Rupanya Pak Marmo, Sekretaris Desa memberitahukan bahwa ada tamu yang menunggu Pak Sum di kantornya. Pak Sum tampak kecewa namun ia kemudian memakai pakaiannya kembali. Saat memakai celananya, ia meminta aku menarik risleting celananya. Tampaknya ia berusaha agar aku memperhatikan kontolnya yang ngaceng. Buru-buru kulakukan itu. Ia tersenyum sambil berkata,
    “Enak betul pijitanmu Kas, besok lagi ya”. Aku hanya mengangguk sambil menarik napas lega.
    Keesokan malamnya, aku menonton televisi di Balai Desa. Sekitar pukul 10 malam, aku dibangunkan Pak Sum. Rupanya aku ketiduran di depan televisi. Lalu Pak Sum menyuruhku agar pindah tidur di kamarnya. Lantaran sudah mengantuk, aku menurutinya. Sekitar tengah malam, Pak Sum membangunkanku. Aku terkejut melihatnya. Ia sudah telanjang, hanya mengenakan celana dalam. Kemudian ia membuka celana dalamnya dan memperlihatkan kontolnya kepadaku. Aku terkesiap melihat kontolnya yang sangat besar, panjang dan berbulu lebat. Kemudian ia berusaha membuka bajuku. Aku berusaha menolak, namun ia terus memaksa.
    Akhirnya aku menyerah, kubiarkan ia membuka bajuku, bahkan kemudian celana panjangku. Ia tampak senang melihat celana dalamku, lalu kemudian mengelus dan meremasnya. Pak Sum kemudian menindih tubuhku. Dadanya yang berbulu lebat menindih dadaku. Ia kemudian mencumbu bibirku. Aku berusaha untuk menghindar namun ia terus melakukannya. Aku menyerah, kubiarkan ia menciumi bibirku. Ciumannya sungguh menggebu-gebu. Mula-mula aku merasa risih, merasakan bibir dan kumisnya dibibirku. Lalu ia menciumi leherku, kemudian dada dan bahkan ketiakku. Aku merasa aneh namun aku diam saja. Ia terus menciumiku, perutku bahkan kemudian.. Celana dalamku.
    Aku terkejut ketika ia menciumi celana dalamku dengan penuh nafsu. Ia kemudian berusaha untuk membukanya. Aku berusaha mencegahnya namun ia berkata,
    “Ayolah Kas, nggak apa-apa, kamu pasti suka” sambil terus memaksa.
    Aku membiarkan ia membukanya. Ia tampak senang melihat kontolku. Ia menggenggam kontolku yang rupanya juga sudah ngaceng. Kemudian ia menciuminya. Astaga, tak bisa kupercaya melihatnya mencium dan menjilati kontolku dengan penuh nafsu. Mula-mula pelirku, kemudian terus naik ke batang kontolku. Akhirnya sampailah ia ke bagian kepala kontolku. Ia melirik ke arahku sambil tersenyum. Aku menahan nafas menanti apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia menundukkan kepalanya dan.. Mencumbui kepala kontolku. Aku tak bisa melukiskan betapa nikmat rasanya merasakan lidah dan bibirnya menjilat dan mencumbu kepala kontolku. Aku memejamkan mata, rasanya aku berada di awang-awang. Ia pun tampak sangat menikmatinya.
    Kemudian ia memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya. Ia menghisap dan mempermainkan batang kontolku di dalam mulutnya. Tanpa sadar aku mendesah penuh kenikmatan. Ia terus menghisap kontolku. Gerakannya bervariasi. Kadang-kadang lembut, kadang ia bahkan menggigitnya pelan-pelan. Aku sungguh merasa nikmat. Kemudian akupun merasa kenikmatanku memuncak. Akhirnya aku mengeluarkan air maniku. Aku memejamkan mata. Kupikir Pak Sum akan berhenti menghisap kontolku. Namun ternyata ia terus menghisapnya. Bahkan ia terus menjilati kepala kontolku sampai benar-benar bersih dari air maniku. Akhirnya ia berhenti. Kemudian ia membaringkan tubuhnya disampingku. Ia tersenyum sambil mengelus kepalaku dan berkata,
    “Bagaimana Kas, enak kan?” Aku hanya mengangguk. Ia kemudian menindih tubuhku sambil berkata,
    “Mau lagi?” Aku terdiam, tubuhku agak lemas.
    Namun ia terus merangsangku. Ia membimbing tanganku agar mengelus bulu dadanya. Kemudian ke kontolnya yang sangat besar itu. Dia menyuruhku untuk menggenggamnya. Aku merasa kontolku kembali gaceng. Kemudian ia memeluk dan membalikkan posisi kami sehingga kini akulah yang berada di atas tubuhnya. Ia menyuruhku untuk melakukan persis seperti yang dilakukannya kepadaku. Aku agak ragu untuk melakukannya. Perlahan kutundukkan kepalaku, ia langsung mencumbu bibirku. Aku tak lagi menolak bahkan akulah yang kemudian dengan penuh nafsu menciumi bibirnya, lehernya terus ke dadanya yang berbulu lebat. Kuciumi dan kuelus dadanya juga ketiaknya. Tubuhnya sangat harum menggairahkan. Bahkan kujilati dan kuhisap puting susunya.
    Ia tampak terkejut sekaligus senang. Akhirnya aku sampai ke kontolnya. Kupegang kontolnya. Oohh.. Kontolnya sangat besar dan panjang. Panjangnya sekitar 25 cm diameternya sekitar 7 cm. Kulihat kepala kontolnya sudah mengkilat karena basah oleh air maninya. Perlahan kudekatkan kepalaku untuk menciuminya, kemudian kucium dan kujilat dengan penuh nafsu. Pantas saja Pak Sum sangat ingin menciumi kontolku karena rasanya sangat nikmat. Kuciumi pelernya lalu naik ke atas, kuciumi bulu jembutnya yang halus kemudian batang kontolnya. Kepala kontolnya yang besar sungguh membuatku terangsang. Kujilati kepala kontolnya itu. Baunya benar-benar membuatku mabuk kepayang. Kulihat Pak Sum memejamkan matanya karena merasakan nikmat.
    Kemudian aku menghisap kontolnya. Namun karena begitu besar dan panjang, mulutku hanya bisa menghisap sekitar separuh saja. Itupun mulutku terasa penuh karena ukuran kontolnya luar biasa besar. Kupermainkan kontolnya agar ia mengeluarkan air maninya. Namun ia memang luar biasa. Sesudah hampir satu jam pun ia belum juga mencapai puncak kenikmatan. Aku tak putus asa. Kuhisap terus kontolnya sambil menggenggam dan mempermainkan kontolnya. Kemudian aku melepaskan hisapanku. Kupegang dan kudekatkan kontolku ke kontolnya. Kugesek-gesekkan kepala kontolnya dengan punyaku. Ia mendesah penuh kenikmatan. Lalu aku kembali menghisap kontolnya. Usahaku berhasil, tak lama kemudian ia mengerang lalu aku merasakan mulutku dibanjiri air maninya yang kental. Kuhisap dan kutelan air maninya. Rasanya agak sedikit asin tapi baunya sungguh membuatku mabuk kepayang.
    Kemudian kujilati kembali kepala kontolnya yang semakin basah karena air mani sampai bersih. Kemudian kubaringkan tubuhku disisinya. Ia menatapku dan memujiku sambil berkata,
    “Kamu luar biasa, Kas”. Aku memejamkan mataku. Kupikir ia sudah lelah.
    Namun rupanya ia belum puas. Tangannya kembali mengarahkan tanganku agar memegang kontolnya. Astaga.. Ia memang luar biasa. Kontolnya masih tetap besar dan keras seperti semula. Kuremas kontolnya. Kemudian ia menyuruhku membalikkan badan dan menungging. Mula-mula aku tak mengerti apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia memegang pantatku lalu kurasakan ia menggesekkan kontolnya ke pantatku. Kurasakan kontolnya yang besar di pantatku dan aku merasa nikmat. Namun rupanya Pak Sum tidak hanya sekedar ingin menggesek-gesekkan kontolnya ke pantatku karena kemudian kurasakan ia berusaha memasukkannya ke anusku perlahan-lahan. Semula kupikir hal itu tidak mungkin karena kontolnya yang sangat besar. Namun aku salah. Ternyata kontolnya bisa masuk.
    Lalu ia memelukku dan mengeluarmasukkan kontolnya persis seperti sedang mengentot. Mula-mula memang terasa sakit dan aneh. Namun kemudian ternyata rasanya nikmat dan aku menikmatinya. Aku sangat terangsang. Apalagi tangannya juga meraba-raba tubuhku dan meremas kontolku. Ia juga menciumi leherku sambil terus mengentotiku. Kurasakan ia mengguncang-guncang tubuhku semakin lama semakin cepat. Akhirnya ia mendesah, rupanya ia telah mencapai puncaknya. Kurasakan kali ini pantatku dibanjiri oleh air maninya. Namun ia tidak langsung berhenti. Ia masih terus mengentotiku selama beberapa menit. Kemudian akhirnya ia mencabut kontolnya lalu berkata..
    “Ayo Kas, sekarang giliran kamu”. Aku terkejut, namun aku mengerti apa yang harus kulakukan.
    Ia menungging lalu kuarahkan kontolku ke pantatnya. Perlahan kumasukkan kontolku ke dalam anusnya. Mungkin karena kontolku lebih kecil, aku dapat memasukkannya lebih mudah. Kemudian aku mulai mengentotinya. Kupeluk badannya, kuelus dadanya yang berbulu lebat. Kuraba pula kontolnya. Ia sungguh luar biasa. Kontolnya masih tetap keras. Aku rasakan aku semakin terangsang. Kemudian aku merasa bahwa aku akan kembali mengeluarkan air mani. Benar saja. Tak lama kemudian aku mengeluarkannya didalam pantat Pak Sum. Aku tak kuat lagi. Kucabut kontolku. Tubuhku benar-benar lelah. Kubaringkan tubuhku. Ia kemudian berbaring di sisiku. Ia berbisik,
    “Sudah capek Kas? Tidurlah. Ini sudah hampir pagi. Besok kita lanjutkan ya”. Aku mengangguk.
    Ia kemudian memelukku. Nikmat sekali merasakan dadanya yang berbulu lebat. Akupun tertidur dalam pelukannya. Sejak saat itu, setiap kami bisa berduaan, pasti kami menghabiskan waktu dengan berhubungan seks. Kami melakukannya di mana saja. Selain di kamarnya, kami juga melakukannya di kamar mandi, di mobilnya bahkan pernah di sebuah toko waktu Pak Sum mengajakku ke Jakarta. Ia ingin membelikanku pakaian. Sewaktu aku sedang mencoba celana panjang baru di kamar ganti sebuah toko, ia masuk dan kemudian melihat aku sedang membuka celanaku.
    Lalu ia membuka celana dalamku dan menghisap kontolku. Aku terkejut dan sangat gugup namun ia terus melakukannya sampai aku membasahi mulutnya dengan air maniku. Sesudah itu bahkan ia juga menyuruhku menghisap kontolnya. Begitulah kehidupan seksku dengan Pak Sum. Aku benar-benar berbahagia. Tak kusangka berhubungan seks dengan sesama lelaki dapat terasa begitu nikmat. Kami melakukannya tanpa mengenal waktu dan tak pernah merasa bosan. Ia sangat sayang kepadaku. Aku pun sangat mencintainya. Kami berjanji akan terus bersama, selamanya. –

    Cerita Sex: Ibu Tiriku Yang Angkuh

     – Cerita Sex: Ibu Tiriku Yang Angkuh – Perkenalkan Nama ku Brian dan panggil aja Brian, Hari Minggu ini sebenarnya aku sedikit malas dengan permintaan ayahku agar aku mengantar Bu Yuli yang saat itu menjadi ibu tiriku paska pernikahan ayahku 4 bulan lalu dengannya, Ia adalah istri ketiga ayahku. Karena Bu Yuli orangnya sangat judes, pelit dan sombong, aku sangat membencinya. Ia sebenarnya sangat aduhai namun apa kata aku tak menyukainya karena dialah biang kerok terjadinya perceraian antara ibu dan ayah kandungku.
    cerita-sex-ibu-tiriku-yang-angkuh
    Bu Yuli, seorang wanita muda yang sebenarnya lebih tepat menjadi kakakku, karena usianya hanya 4 tahun lebih tua dari aku yang kini berusia 23 Tahun dan dia tidak begitu akrab dengan aku (berselisih masalah keuangan) hanya saja aku menyayangi ayahku, aku menerima dia di rumah ayahku sebagai istri ke 3 ayahku. Sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Setelah mengantarnya sampai dirumah Bu Yuli, ternyata di rumah bu yuli yang lama tampak sepi, aku nyelonong aja masuk dan duduk di ruang tamu yang berdekatan dengan kamar ibu tiriku itu.
    Sekitar 30 menit aku menunggu, Bu Yuli keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya, dia hanya mengenakan selembar handuk yang dililitkan ditubuhnya. Sehingga aku sekilas dapat melihat paha mulus Ibu Tiriku yang montok itu. Keadaan itu membuatku berniat menidurinya.
    Sebagai laki-laki normal dan sudah biasa bersetubuh dengan wanita, nafsu birahiku bergejolak disuguhi pemandangan seperti itu. Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti langkah ibu tiriku masuk ke kamar. (Diam-diam tapi pasti)

    Bu Yuli yang sedang berdiri sambil melepaskan handuk yang melilit ditubuhnya sama sekali tak menyangka kehadiranku yang ikut masuk ke kamarnya. Bu Yuli sangat terkejut saat aku mulai memeluk dengan kuat tubuhnya sambil menciumi lehernya dari belakang. Bu Yuli berteriak keras, tetapi dengan cekatan tangan ku yang kuat membekap mulutnya.
    Aku mendorong tubuhnya keranjang hingga jatuh dan terlentang lalu menindihnya. Bu Yuli memberontak tapi sia-sia, aku terlalu kuat baginya. Dengan mudah aku meringkusnya. Aku menyumpal mulutnya dengan tanganku untuk beberapa saat. Aku menelikung kedua tangannya kebelakang dan menahan dengan kuat kedua kaki nya. Memaksanya agar lebih menikmati permainan yang baru akan di mulai.
    Bu Yuli mulai putus asa dan memohan agar tidak dipaksa melayani nafsuku. Aku tahu kalau dia sudah kehabisan tenaga, dengan santai aku mulai menciumi dan menjilati kedua buah dada nya, secara bergantian. Bentuk tubuhnya berbeda dengan cewek-cewek yang pernah ku tiduri. Lebih padat dengan ukuran dada yang pas di genggaman tanganku.
    Cukup lama aku menjilati kedua buah dada ibu tiriku itu, dan kini wajah ku merangkaki perutnya dengan mulut yang terus menjilati bagian tubuhnya. Tanganku meraba-raba selangkangan dan mencucuk-cucuk lubang vaginanya yang menggunduk dan tampak montok. Sesaat kemudian aku memindahkan jilatanku keselangkangannya.
    “AHHH… Jangan Yan, Tolong jangan lakukan itu” pintanya
    Aku tak peduli apa yang terlontar dari mulut si berengsek itu, Kedua tangannya ku buka lebar-lebar dan kembali ku hisap payudaranya dan ku gigit tonjolan dadanya.
    “Jangan Brian, Ampun..” Pintanya sambil menangis
    Desahan dan permohonan kembali terjadi ketika ku lumat seluruh buah dadanya sebelah kanan dan ku masukan hingga hampir seluruh mulutku. Ia mulai kehabisan akal untuk melarangku dan kini dia hanya bisa pasrah dan menangis.
    “Enak bukan..?” Tanya ku Nakal sambil tersenyum
    Bu Yuli hanya diam dan menangis, ia kini mulai terangsang dan mendesah-desah, saat lidah ku menyapu setiap puting susunya dan turun ke selangkangannya. Setiap jilatanku begitu dahsyat melebihi ayahku. Kini lidahku ku arahkan ke bibir vaginanya dan ku gigit tonjolan klentitnya
    “Uhhhh, Sakit Brian..” desahan bu Yuli dengan lantang
    Tak ku hentikan sampai disitu, ku sedot klentitnya perlahan-lahan sambil memainkan lidahku ke bibir vaginanya. Tampak sekilas wajah bu Yuli menikmati alur permainanku yang semakin lama semakin buas. Ku hentikan sejenak permainanku dan ku beranjak meninggalkan kamarnya. Aku segera ke dapur mencari air untuk mengkonsumsi obat GAZA yang telah ku beli jauh-jauh hari di toko online. Setelah menelan sebutir obat kuat, aku kembali ke kamar. Ternyata kamar bu Yuli telah di kunci dari dalam, Dengan marah ku gedor-gedor pintunya. Tanpa memberikan waktu untuknya berfikir meloloskan diri dariku, segera ku dobrak dengan seluruh tenaga. Tak beberapa lama kemudian pintu pun terbuka.
    Aku sempat gugup ketika melihat bu Yuli sedang memegang ponselnya dan mencari beberapa nomer yang akan di hubungi, ku dekatinya dengan perlahan sambil menanggalka pakaianku. Aku tersenyum padana, tampak mukanya semakin ketakutan melihat rudalku yang kini menegang dan bisa untuk mengangkat beban seberat 1 KG itu. Tanpa ku suruh, ia pun mulai melepaskan genggaman HPnya dan mulai mundur ke dinding.
    “Kenapa sayang..? Mau lapor papa..?? Silahkan” kataku sambil mendekatinya.
    Dia hanya menggelengkan kepalanya, Aku segera mendekatnya dan langsung memeluknya sambil menciumi bibirnya. Ia menolak ciuman ku namun ku pegang erat pipinya dan mencekiknya.
    “Jangan sakitin aku Yan..” Pintanya dengan nafas tersenggal-senggal
    Aku mulai mengurangi cekikanku dan ku ciumi lagi bibirnya. Ciuman ku berikut ini di terima dengan pasrah sambil tetap berdiri. Ciumanku kulai turun ke lehernya, payudaranya dan kini sampai di vaginanya. Ku angkat kaki kirinya ke atas tempat tidur dan ia hanya mengikuti gaya yang ku inginkan. Vaginanya tampak terbuka dan tanpa panjang lebar ku sodorkan lidahku ke liang vaginanya.
    “AHHHH…..!!” Desahannya dengan mata sedikit terpejam dan memegang kepalaku.
    Ku sedot dan ku jilati seluruh bagian vaginanya yang merah merekah dan berbulu tipis itu. Perlahan Bu Yuli merasakan lubang vaginanya mulai basah. Aku yang tahu kalau Bu Yuli sudah terangsang, semakin bersemangat menjilati dan menyedot-nyedot klitorisnya.
    Nafas Bu Yuli ngos-ngosan menahan nafsu birahinya. Aku sangat lihai merangsang Bu Yuli. Membuat suasana menjadi berbalik. Kini Bu Yuli sudah tak sabar lagi menunggu ku untuk segera meneroboskan penisku ke liang vaginanya.
    Beberapa saat kemudian aku menyudahi jilatanku pada vaginanya. Aku mulai merebahkannya di kasur dengan kakinya yang masih menyentuh lantai. Tampaknya Bu Yuli sudah tak sabar lagi meraih dan mengocok-ngocok penis ku, kemudian Bu Yuli mengarahkan penis ku ke lubang vaginanya.
    “Eittzzz… jangan terburu-buru sayang” pintaku sambil mulai mendekatkan penisku ke mulutnya.
    Ku sodorkan penisku dan ia mulai mengulumnya perlahan-lahan. Ku sentakkan penisku hingga ke tenggorokannya dan tampak bu Yuli kehabisan nafas. Aku tak menghiraukannya, ku tekan dalam-dalam penisku dan kutahan.
    “OCChhhh…” Terdengar suara desiran keluar dari mulut ibu tiriku itu.
    Aku semakin bersemangat untuk mengulanginya lagi. Ku ulang beberapa kali gaya tersebut dan AHHHHH.. seburan lahar ku tepat masuk ke tenggorokannya. Ia berusaha melepaskan penisku dari mulutnya namun semua itu sia-sia, aku semakin menekannya dalam-dalam dan 3 kali semburan membuatnya harus menelan spermaku yang kental dan nikmat itu.
    Ku lepaskan perlahan-lahan penisku dari mulutnya dan kini ku dekatkan penisku ke bagian belahan dadanya dan ku goyangkan maju mundur. Penisku masih menegang akibat obat kuat yang ku konsumsi. Ku remas kedua buah dadanya yang masih ranum itu dan kutempelkan kuat-kuat ke penisku seraya mengoyangkan penisku maju dan mundur.
    “Cukup Biran, Jangan kasar dong. Please” Pintanya sambil menahan perih di bagian payudaranya.
    Aku berhenti sejenak dan mengulanginya lagi. Setelah puas memainkan Tits Job tersebut, aku mulai mengarahkan penisku ke vaginanya yang sedari tadi basah. Ku tekan kepala penisku perlahan-lahan sampai bagian kepala penisku mulai terbenam sebagian dan CLUPPPZZZ, kutekan kuat-kuat hingga seluruh penisku masuk kelubang vaginanya..
    “AHHHHHHHH…!!!!” Rintihan ibu tiriku seraya memegang kedua pergelangan tanganku.
    Sejenak ku biarkan penisku terbenam sambil kuarahkan bibirku ke bagian lehernya dan menjilati lekuk lehernya yang berkeringa itu. Hampir 30 detik kudiamkan penisku di lubangnya dan kini mulai kusentak dan ku pompa vaginanya dengan irama yang semakin tinggi. Kedua tangan bu Yuli memegang dan menjambak perlahan2 rambutku. Lidahnya mulai nakal menelusuri leherku seperti tak mau kalah dengan permainanku. Desis dan sesahannya semakin menjadi-jadi. Aku pun terus mencium lehernya dan sesekali mengarahkan lidahku ke arah telinganya dengan desahan-desahan yang membuatnya semakin merinding dan bertambah nafsu. Genjotan penisku masih semakin menjadi-jadi. Tak ku beri dia kesempatan untuk beristirahat, kini tanganku mengarah ke bukit kembarnya seraya meremasnya dengan begitu nafsu.
    “Uhhhhh.. Pelan Brian, Yeaghhh, uhhh, pelan dong” desahnya dengan nada terengah-engah sambil memejamkan mata.
    Hampir sejam bermain dengan gaya ini dan kini ku mulai hampir mencapai orgasme. Genjotanku mulai kupercepat dan tangan bu yuli mulai memelukku dengan erat. Tak habis akal untuk mempermainkannya, kali ini ku gigit bagian Kuping tepat di lubang antingnya.
    “UHHHHH…” Desisnya
    Ku arahkan lidahku keleher dan kugigit lagi lehernya, kali ini dengan sedikit bejat dan kuat. Genjotanku masih sekuat tadi, dan bu yuli hanya bisa mendesah dan terus mendesah. Saat tubuhku mulai menegang, ia pun berusaha melepaskan penisku dari memeknya tapi ku tak beri dia kesempatan untuk melakukan itu dan CROOOOOOTTTTTTTT…CROOOOOOTTTT…CROOOOOTTTT..
    Tumpahan spermaku di liang vaginanya membuatnya melototin aku tanda tak terima dengan perilakuku. Aku benamkan penisku untuk beberapa saat dan ku genjot lagi, kali ini dengan irama yang membuatnya kalang kabut nikmat bukan kepalang. 5 Menit ku genjot dan AHHHHHHHHHH…..UUUFFFFTTT…!! Desahan mautnya pun keluar dari mulut seksinya tanda dia telah mencapai surga dunia orgasmenya.
    Segera ku tarik keluar penisku dan menunggu cairan spermaku menetes keluar dari lubang vaginanya dan mulai ku oleskan cairan sperma yang menetes ke penisku. Aku melihat ia mulai lemas tak berdaya. Ku pegang rambutnya da kutarik kepalanya mengarah kepenisku dan ku paksa dia mengoral penisku. Ia tak bisa menolak keinginanku, dengan tubuh lemas ia melakukan oral dengan baik dan masih penuh nafsu. Ia tak menyangka ketika ia ku suruh berbalik membelakangiku dan Kusentakan penisku tepat keliang anusnya…
    “Ahhhhh.. Jangan disitu Brian, Sakit…!!” Jeritnya sambil melirik ke belakang menatap ku.
    Dengan nafsunya ku tekan kuat-kuat ke liang anusnya dan memompanya. Sempit banget anus ibu tiriku ini. Ia gak bisa menolaknya dan hanya menerima ujaman penisku di lubang anusnya. Ia merasa sakit yang sangat namun hanya bisa memohon dan menangis. 10 menit melakukan anal seks yang dahsyat dengannya dan akhirnya CROOOOOT..CROTTT.. Spermaku mulai keluar tak terelakkan masuk ke anusnya. Ku diamin beberapa saat dan kulepas penisku dari lubang anusnya.
    Ku balikan badannya dan ku minta di mengoral lagi penisku untuk yang terakhir. Setelah selesai mengulum penisku, aku menuju kamar mandi. Dia hanya menangis terseduh2 dan ku ancam kalau sampai bokap ku tau apa yang kulakukan dengannya, maka aku tak segan-segan membunuhnya.
    Kejadian ini sering terulang kembali saat suasana rumahku mulai sepi dan lenggang. Aku melakukan hubungan ini selalu dengan memaksanya melakukan hal-hal yang belum diketahui dan dengan cara dipaksa. Ia sekarang malah senang dengan perlakuanku itu dan sering memintaku untuk menyiksanya sebelum di Ngentot. –

    Cerita Sex: Mbak Wulan –

    Cerita Sex: Mbak Wulan – Saat ini aku sudah lulus dan sudah berkali-kali melamar pekerjaan ke sana-kemari namun belum ada hasil. Semua lamaran yang kukirimkan selalu kandas. Pernah aku dipanggil oleh sebuah perusahaan untuk test di Surabaya. Aku pun berangkat ke Surabaya dan lolos tes penyaringan pertama. Saat itu sainganku tinggal 5 orang untuk memperebutkan satu posisi, yaitu bagian pemasaran. Akan tetapi rupanya keberuntungan belum berpihak kepadaku. Aku harus gigit jari untuk kesekian kalinya, karena aku dinyatakan gagal pada saat wawancara.
    cerita-sex-mbak-wulan
    cerita sex-Sedih dan putus asa rasanya. Aku merasa seolah-olah hidup ini tidak berguna. Aku menjadi malas untuk melamar lagi. Toh paling-paling gagal. Pernah pula ada yang menawari untuk mengisi lowongan menjadi PNS. Tetapi orang tuaku harus menyediakan 75 juta untuk pegawai dengan ijasah sarjana! Gila..!! Jaman susah begini darimana mendapatkan 75 juta! Sedangkan uang 75 ribu perak aja enggak punya! Bagaimana mau bayar 75 juta buat jadi PNS! Memang boleh dibayar pakai daun! Ada-ada saja orang gila yang menawari pekerjaan tapi harus bayar! Hanya orang goblok aja yang mau bayar segitu! Masak mau kerja untuk nyari uang malah harus bayar! Dunia sudah terbalik memang, orang kerja bukannya dapat uang malah kehilangan uang!
    Sejak saat itu aku jadi alergi sama yang namanya PNS! Paling mereka pada jadi PNS boleh dapat nyogok! Tidak seperti dulu, menjadi pegawai benar-benar didasari oleh kompetensi dan kapabilitas! Kalau sekarang bulshit, kalau ada yang bilang masuk PNS tanpa sogokan! Makanya tidak mengherankan kalau mereka saat ini sibuk nyari pungli dan korupsi buat ngembaliin modal saat nyogok dulu! Habis kalau mengandalkan gaji saja entah kapan balik modal alias kerja makan gaji uang sendiri!
    Padahal kalau dipikir-pikir uang 75 juta mending buat modal usaha apa kek! Jual cabai kek atau yang paling gampang dan enggak bakalan rugi buat modal untuk buka panti pijat! Ditanggung dapat gaji lebih besar dari PNS dan tiap hari bisa minta dipijat gratis.. Tis.. Tis.. Tis! Iya nggak? Nah berhubung aku enggak punya 75 juta ya terpaksa gigit jari aja sambil mijat-mijat kepala sendiri!

    Saat lagi pusing-pusingnya mikirin susahnya nyari kerja tiba-tiba ada telpon dari kakak sepupuku yang ada di Jakarta kalau koleganya seorang pengusaha dari Korea membutuhkan asisten yang bisa bahasa Inggris untuk membantunya. Spontan aku merasa memperoleh harapan baru! Dunia yang tadinya kulihat gelap sekarang kembali cerah! Dengan semangat 45 esoknya aku segera berangkat ke Jakarta dengan kereta Senja Bengawan! Yah.. Saat ini aku baru mampu menggunakan kereta ini, walaupun tidak nyaman tetapi sangat membantu dengan harga tiket yang sangat terjangkau.
    Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di Stasiun Tanah Abang. Lalu dengan naik Kopaja jurusan Tanah Abang-Ciledug aku meneruskan perjalanan ke rumah kakak sepupuku di daerah Ciledug. Kemudian setelah mandi dan sarapan aku ikut kakaku berangkat ke kantornya untuk diperkenalkan dengan koleganya yang membutuhkan asisten.
    Oh iya aku belum sempat memperkenalkan kakak sepupuku. Kakak sepupuku ini adalah anak dari kakaknya bapakku. Mas Kris aku biasa memanggilnya demikian sudah beristri dan punya dua anak laki-laki yang masih balita. Ia kira-kira 7 tahun di atasku. Istrinya, Mbak Sarah adalah gadis dari Bali. Darah balinya masih kelihatan dari bentuk matanya yang sebesar jengkol. Nah Mas Kris ku ini sehari-harinya bekerja di salah satu perusahaan dagang milik orang Korea di Jakarta sehingga ia mempunyai banyak kenalan orang Korea, yang merupakan teman bosnya. Akhirnya saat-saat yang mendebarkan pun tiba. Aku diperkenalkan dengan Mr. Park seorang importir rotan. Ia membutuhkan asisten karena dalam waktu dekat ia akan membuka perusahaan dagang di Jakarta. Ia sangat membutuhkan orang yang dipercaya untuk membantunya karena ia akan selalu mondar-mandir Jakarta-Seoul sehingga perlu mencari asisten yang dapat dipercayanya jika ia tidak ada. Orang Korea terkenal diiplin dan ketat.
    Makanya mereka akan mencari orang berdasarkan referensi dari teman-teman Koreanya. Kakak sepupuku termasuk orang yang cukup dipercaya oleh orang Korea karena ia sudah bekerja ikut orang Korea selama 10 tahunan dan tidak pernah berganti-ganti boss. Makanya tidak mengherankan kalau ia diminta tolong mencarikan kenalan yang bisa dipercaya. Dan atas kejujurannya aku pun ikut memperoleh keberuntungan. Entah dengan cara apa aku nanti dapat membalas jasa kakak sepupuku ini.
    Singkat cerita, aku saat ini bekerja ikut Mr. Park. Aku membantunya menterjemahkan saat ia bertemu dengan para pengrajin rotan, baik dari daerah Bogor, Tangerang maupun dari Cirebon, Solo atau Jepara. Aku sangat beruntung karena dengan ikut Mr. Park aku jadi tambah pengalaman mengunjungi kota-kota sentra kerajinan rotan di Cirebon, Jepara bahkan ke kotaku Solo. Tidak terasa sudah empat tahun aku bekerja ikut Mr. Park. Rupanya Mr. Park cukup percaya kepadaku hingga aku pernah diajaknya jalan-jalan ke Korea dan ke Malaysia. Sekali lagi aku sangat beruntung! Bayangkan tanpa harus keluar 75 juta buat nyogok, aku bisa jalan-jalan ke luar negeri lagi!
    Mr. Park sudah punya punya istri dan tiga orang anak di Korea. Anaknya yang paling besar bahkan sudah kuliah di USA. Aku sendiri sudah kenal dengan mereka saat aku diajak ke Korea dulu. Oh ya umur Mr. Park sekarang mungkin sekitar 51 tahunan. Tetapi ia tampak lebih muda dibandingkan usianya. Orangnya tidak galak bahkan cenderung suka membanyol. Salah satu banyolan konyol yang sering membuat para pengrajin terpingkal-pingkal adalah ucapan selamat paginya yang dimirip-miripkan dengan parikan bahasa Jawa. Ia selalu mengucapkan
    “Hallo.. Good morning selamat pagi.. Memek kambing bulat persegi” kalau bertemu dengan pengrajin yang menjadi langganannya.
    Spontan ucapannya selalu ditimpali dengan gurauan-gurauan jorok dari para pengrajin. Tapi itulah justru yang membuat dia awet muda. Salah satu kegemaran Mr. Park kalau datang ke Indonesia adalah mengunjungi diskotek dan karaoke. Aku selalu diajak ke mana ia pergi. Sehingga aku banyak kenal dengan PR diskotek-diskotek yang ada di sekitar Tangerang ini. Soal kegemarannya akan wanita jangan ditanya! Ia pasti akan minta ditemani PR yang bertubuh montok dan berdada besar. Karena setiap masuk diskotek ia selalu meminta kepada Mami (koordinator PR) begini.
    “Hallo.. Mami.. Saya mau nona yang ininya besar.. Banyak air.. Baguse” sambil tangannya menunjuk dadanya waktu bilang ininya… lalu mangacungkan jempolnya!
    Aku jadi selalu ketawa sendiri kalau mendengar ia memesan nona kepada Mami di diskotek atau karaoke. Maksudnya ia minta ditemani gadis yang montok. Katanya cewek montok “ja gung”-nya enak! Ja gung itu bahasa Korea artinya memek! Bukannya jagung yang biasa dibakar atau direbus disini! Sayang dong kalau dibakar atau direbus! Lebih enak dijadikan sashimi! Ha.. Ha.. Ha!
    Demi efisiensi biaya, Mr. Park mengontrak rumah di daerah Serpong yang berfungsi sekalugus sebagai kantor. Mr. Park tinggal di Indonesia paling lama sekitar 10 hari, selanjutnya dua bulan atau tiga bulan sekali ia baru datang ke *********** Sebagai orang kepercayaan Mr. Park, aku harus bertanggungjawab atas operasi jalannya perusahaan setiap ia berada di Korea. Aku harus selalu mengontrol pekerjaan pengrajin sebelum siap ekspor dan selebihnya mengurus administrasi di kantor yang sekaligus rumah tinggalnya. Aku sendiri tinggal di luar kompleks perumahan itu yang berjarak 1 km dari kompleks perumahan tempat tinggalnya.
    Nah seperti yang sudah kuceritakan di atas, kegemaran Mr. Park terhadap wanita sangat besar. Untuk itu ia mengontrak cewek Indonesia untuk dijadikan “istri” selama di *********** Aku kurang begitu paham berapa kontraknya dan bagaimana kesepakatan kontraknya, yang jelas cewek itu dulunya bekerja di salah satu karaoke yang menjadi langganannya. Sesuai seleranya, cewek yang dijadikan “istri” orangnya montok dan sangat seksi! Aku biasa memanggilnya Mbak Wulan.
    Mbak Wulan orangnya tinggi, bahkan lebih tinggi dariku! Tingginya mungkin ada sekitar 165-an soalnya aku cuma 160-an! Kulitnya putih bersih dan selalu tercium bau wangi parfum berkelas. Ia asli Yogyakarta dan umurnya kira-kira sebaya denganku sekitar 26 tahunan. Dulu ia pernah kuliah di ABA tetapi karena kendala biaya ia drop-out dan bekerja sebagai PR di sebuah karaoke lalu ketemu dengan bossku ini. Ia mau dijadikan “istri” kontrak oleh bossku karena ia butuh biaya untuk membiayai adik-adiknya yang masih sekolah. Praktis setelah menjadi “istri” bossku ia dilarang melayani orang lain, jadi bisa dikatakan ia memble kalau bossku pulang ke Korea.
    Selain aku, ada satu orang staf perempuan yang menjadi bagian administrasi. Aku biasa memanggilnya Titin. Ia seorang lulusan SMK jurusan sekretaris. Ia masih sangat muda. Usianya baru 20 tahun dan baru ikut Mr. Park kurang dari 1 tahun. Titin berasal dari Ngawi dan tinggal bersama kakaknya di dekat kontrakanku. Selain Titin ada lagi 1 orang pembantu, Ceu Entin dari Ciamis dan Mas Pardi, sopir pribadi Mr. Park.
    Mungkin karena sering ditinggal Mr. Park, Mbak Wulan jadi sering kesepian. Ada saja ulahnya yang “mengundang” nafsuku kalau Mr. Park sedang di Korea. Ia sering membuatkan aku kopi ginseng walaupun untuk sekedar membuat kopi sudah ada Ceu Entin. Sialnya ia membawa kopi itu ke ruangan yang dijadikan kantor dengan mengenakan baju ketat tanpa lengan! Sehingga setiap kali menyodorkan cangkir bulu keteknya yang tebal selalu kelihatan jelas! Sungguh merangsang bagi darah mudaku! Soalnya kulitnya yang putih bersih sangat kontras dengan keteknya yang gondrong!
    Apalagi dadanya yang sangat montok nampak tercetak di balik baju ketatnya, sungguh membuat aku selalu salah tingkah. Saat berjalan keluar setelah mengantarkan kopiku, pinggulnya seolah-olah sengaja digoyang bak peragawati kesiangan! Hal ini membuat “adik kecilku” selalu berontak ingin keluar! Aku cuma bisa membayangkan alangkah nikmatnya menyetubuhi Mbak Wulan! Awas lu! Aku mengancam! Kalau bisa jadi milikku tak akan kubiarkan Mbak Wulan pakai celana dalam dan bra! Benar-benar ancaman gila! Habis salah siapa ia selalu bikin aku “cenggur” (Ngaceng tapi nganggur!)
    Suatu siang, saat Mr. Park masih di Korea, seperti biasa sehabis mengontrol pekerjaan pengrajin di daerah Curug aku datang ke kantor dengan Mas Pardi. Aku selalu diantar Mas Pardi yang menyopir kalau kemana-mana. Hari itu kebetulan Titin tidak masuk karena sedang mens hari pertama. Ia selalu sakit perut kalau datang bulan sehingga selalu minta ijin tidak masuk! Praktis di kantor aku sendirian.
    Lagi asyik-asyiknya membuat laporan perkembangan produksi, tiba-tiba telpon di dekatku berdering.
    “Halloo.. Selamat siang” seruku.
    “Yo bo seo.. Ini siapa ya” terdengar suara bahasa Indonesia agak kaku disebarang sana (Kalau menurut pendengaranku bunyinya mirip ‘sopo siro’ yang dalam bahasa Jawa artinya ‘siapa kamu’).
    “Ya.. Ini Iwan Mister! Maaf ini mister siapa ya?”
    “Ya Iwan.. Saya Mr. Kang. Sopire ada?” ternyata yang telpon Mr. Kang teman kental bosku yang sering mabuk-mabukan bersama-sama.
    Maksudnya ia menanyakan sopir. Orang Korea sulit menyebutkan konsonan di belakang sehingga selalu ditambah sendiri sopir jadi sopire.
    “Oh sopire ada mister. Ada yang bisa dibantu mister” jawabku ikut-ikutan menyebut sopire secara spontan.
    “Itu sopire saya pakai. Saya mau ke Jakarta ketemu teman! Saya tidak ada mobil. Sopire boleh datang ke rumah saya ya! “Sebentar saya tanya nona dulu mister! Nanti kalau boleh sopire saya suruh datang ke rumah mister!” maksudku saya mau bilang sama Mbak Wulan kalau Mas Pardi diminta Mr. Kang mengantarnya ke Jakarta.
    “Ya.. Cepat kamu bicara-bicara sama nona. Nanti suruh sopire datang ke rumah ya!”
    “Baik mister ” jawabku
    “Ya.. Gam sa hab ni da” terdengar suara Mr. Kang di seberang dan telpon ditutup.
    Nampaknya Mbak Wulan sangat senang mendengar permintaan Mr. Kang. Dengan segera disuruhnya Mas Pardi berangkat mengantar Mr. Kang ke Jakarta. Mas Pardi pun sangat senang, karena hal ini berarti uang tambahan bagi dia! Dengan mengantar Mr. Kang pasti ia akan mendapatkan uang tambahan yang lumayan. Setelah Mas Pardi berangkat, di rumah tinggal aku, Mbak Wulan dan Ceu Entin. Merasa tidak ada pekerjaan, Ceu Entin minta ijin sama Mbak Wulan untuk main ke rumah saudaranya yang mengontrak di luar kompleks perumahan. Kebetulan pikirku! Mbak Wulan pun seperti memberi angin, diijinkannya Ceu Entin pergi sehingga di rumah tinggal aku dengan Mbak Wulan yang selalu kurindukan!
    Pikiran-pikiran kotorku segera bekerja mencari cara bagaimana memanfaatkan kesempatan emas ini untuk dapat menaklukkan Mbak Wulan! Dasar lagi mujur. Saat itu aku kok inginnya ke WC melulu. Karena tidak ada teman bicara jadi mungkin perasaannya pengin kencing saja. Tanpa syak wasangka aku langsung saja membuka pintu kamar mandi yang walaupun tidak dipakai selalu tertutup. Kamar mandi itu memang biasa dipakai karyawan, karena Mr. Park punya kamar mandi sendiri di kamar tidurnya.
    Aku sangat terkejut saat Mbak Wulan menjerit begitu pintu kubuka. Ternyata Mbak Wulan sedang kencing sambil jongkok menghadap ke pintu. Aku terbengong-bengong terpaku menatap selangkangannya yang terbuka lebar! Baru kali ini aku melihat cewek sedang pipis. Oh indah sekali pemandangannya. Bukit kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut kelihatan memancarkan air seperti semburan jet pump “pedrollo”-nya Basuki. Celah sempit di sela-sela gundukan bukit itu berwarna merah jambu seperti delima merekah. Mbak Wulan pun kaget hingga tidak sempat menutupi aktivitas pribadinya, ia hanya melongo dan tidak menyangka kalau akan ada orang masuk ke kamar mandi itu.
    “Ehh.. Eh.. Awas.. Aku sedang pipis..!” jeritnya terbata-bata.
    “Sorry Mbak.. Aku enggak tahu ada orangnya..” aku tersipu malu.
    “Tutup.. Pintunya” teriaknya lagi melihat aku melotot sambil melihat ke arah selangkangannya.
    Seperti tersadar aku langsung menutup pintu dan kabur masuk ke ruangan kantor lagi. Dadaku bergemuruh tak menentu setelah menyaksikan pemandangan yang luar biasa tadi. Aku cemas jangan-jangan nanti Mbak Wulan marah dan melapor kepada Mr. Park bisa gawat nanti.
    Hatiku tambah mencelos saat aku mendengar panggilannya. Aku bertanya-tanya apa gerangan yang akan aku hadapi. Jangan-jangan aku akan dimaki-maki dan dimarahi. Apa yang harus kulakukan? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatiku.
    “Wan.. Tadi kamu lihat semuanya ya?” selidik Mbak Wulan saat aku mendekat.
    “Ti.. Tidak Mbak.. Ma.. Maaf aku enggak tahu ada Mbak Wulan di situ” jawabku sedikit berbohong. Maksudnya berbohong kalau aku tidak melihat selangkangannya.
    “Bohong.. Pasti kamu tadi lihat aku pipis! Iya kan? Ngaku aja deh..! Mbak engak marah kok” suaranya terdengar biasa. “Iya deh.. Mbak saya ngaku.. Tapi.. Swear saya enggak tahu kalau ada orang di situ” kataku membela diri.
    “Ya.. Benar juga aku yang salah tidak mengunci pintu. Lagian tadi aku terburu-buru dari dapur sedang bikin kopi buat mu terus kepengin pipis jadi enggak sempat ke kamar mandi di kamar Mbak Wulan” kata-katanya melegakan hatiku.
    “Benar Mbak saya minta maaf deh..” plong rasanya lega Mbak Wulan tidak marah.
    “Enggak apa-apa, oh ya itu sudah Mbak bikinkan kopi ginseng ambil aja di dapur!”
    “Terima kasih Mbak..” aku langsung ngeloyor ke dapur yang terletak dibelakang ruang tengah yang dibatasi dinding tanpa pintu.
    Lagi-lagi Mbak Wulan membuat hatiku berdebar karena ia berdiri sangat dekat denganku. Parfum Dunne yang dipakainya semerbak menusuk hidung merangsang birahiku. Apalagi ia hanya memakai gaun baby doll tanpa lengan sehingga bulu keteknya yang lebat kelihatan sangat merangsang saat ia mengangkat lengannya.
    Lagi-lagi terjadi kecelakaan kecil. Saat aku berbalik membawa kopiku aku bertabrakan dengan Mbak Wulan yang akan masuk ke dapur. Akibatnya kopiku tumpah dan sebagian mengenai perut dan pahanya. Ia menjerit karena kopinya cukup panas.
    “Aduhh..” ia menjerit kesakitan.
    “Ee.. So.. Sorry Mbak..” aku gugup dan segera berlari mengambil tissue di meja dapur untuk membersihkan tumpahan kopi yang mengotori gaunnya di bagian perut.
    “Aduhh.. Panass..” desis Mbak Wulan kepanasan.
    Dengan panik aku segera mengelap dan menggosok bagian perutnya yang tersiram kopi dan tanpa sadar Mbak Wulan pun menyingkap gaunnya membuka pahanya yang kepanasan tersiram air kopi tadi. Aku pun segera mengelap pahanya pelan-pelan dengan tissue yang kupegang.
    “Sorryy Mbak.. Aku enggak sengaja” aku semakin gugup karena Mbak Wulan mendesis-desis terus.
    “Cepat ambil nivea creme di meja rias kamar..” desisnya.
    Aku segera berlari masuk ke kamar Mbak Wulan dan mencari-cari krim yang dimintanya. Mungkin karena aku enggak keluar-keluar, Mbak Wulan segera menyusul masuk ke kamar.
    “Itu.. Yang seperti odol yang warnanya putih tutupnya biru” lagi-lagi Mbak Wulan mengangkat lengan menunjuk botol yang dimaksud.
    Bulu keteknya yang lebat sangat merangsang birahiku. Untungnya air kopi yang tumpah tidak terlalu panas karena sempat ditinggal pipis Mbak Wulan tadi sebelum memanggilku untuk mengambilnya, sehingga tidak meninggalkan bekas luka bakar. Ia cuma sedikit kepanasan. Mbak Wulan duduk di tepi tempat tidur dan menyingkap gaunnya ke atas. Aku dengan sukarela membantunya membalur pahanya yang tersiram dengan nivea. Kedua mata Mbak Wulan terpejam dan napasnya sedikit tertahan saat aku membalur pahanya dari arah atas lututnya ke atas. Gaunnya disingkapkan ke atas hingga gundukan kemaluannya yang terbungkus celana dalam putih tampak membayang warna kehitaman. Bahkan dari celah-celah bagian bawah ada beberapa helai rambut kemaluannya yang menjulur keluar. Pahanya sangat lembut dan halus.
    Aku agak gemetar saat menyentuh kulit pahanya yang lembut. Darahku bergolak menghadapi keadaan itu. Namun aku tidak berani memulai. Soalnya resikonya terlalu berat untukku. Aku takut kalau Mbak Wulan mengadu kepada Mr. Park kelak. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Dasar nasib mujur.. Mbak Wulan diam saja saat aku mengelus-elus pahanya walaupun seluruh pahanya sudah selesai kulumuri krim. Matanya masih terpejam.
    Akupun sekarang tidak lagi mengelus, tetapi berganti memijit-mijit pahanya kiri dan kanan bergantian. Jari-jariku merangkak dari atas lutut ke atas hingga pangkal pahanya. Mbak Wulan diam saja bahkan sedikit-demi sedikit mulai menggeser pahanya agak lebih terbuka.
    Aku semakin berani. Jari-jariku sedikit kutekan pada saat memijat daerah pangkal pahanya yang sudah terbuka lebar. Bahkan kadang aku sedikit menyentuhkan tanganku pada gundukan di selangkangannya yang terbungkus celana dalam putih itu dengan gerakan yang seolah-olah tidak sengaja. Napas Mbak Wulan mulai memburu. Dan ia melenguh pelan saat tanganku menyentuh gundukan bukit di selangkangannya. Hal ini membuat aku lupa diri. Aku semakin berani lagi. Dari hanya menyentuh sekarang aku sudah mulai berani memegang bukit kemaluannya, walaupun hanya dari luar CD-nya. Celana dalamnya sudah mulai basah. Tetapi aku tidak berani lebih jauh lagi. Aku hanya meremas lembut dan memijat bukit kemaluannya dari luar CD. Mungkin karena aku ragu-ragu, Mbak Wulan yang sudah terangsang langsung memelukku.
    Bibirnya terbuka dan matanya terpejam. Mendapat reaksi seperti itu keberanianku timbul. Tangan kananku kulingkarkan ke punggung Mbak Wulan dan meraihnya ke pelukanku, tangan kiriku semakin berani menelusup ke dalam celana dalam Mbak Wulan dan meraba-raba bukit kemaluan Mbak Wulan yang sudah semakin basah. Sementara bibirku langsung menyergap bibir Mbak Wulan yang setengah terbuka, lidahku kudorong masuk bibirnya dan menjilat-jilat langit-langit mulutnya. Tangan Mbak Wulan pun tidak tinggal diam. Jari-jarinya membuka kancing kemejaku dan menyusupkan tangannya mengelus dadaku.
    “Hh..” napasku tersengal saat tangan Mbak Wulan meraba-raba dadaku.
    Lidahku dan lidah Mbak Wulan saling berkutat. Jari tanganku mulai menyentuh cairan pekat yang sangat licin di celah-celah gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan. Aku semakin terangsang. Jariku kugesek-gesekkan ke dalam celah hangat di selangkangan Mbak Wulan dan bergerak sepanjang alur sempit di sela-sela gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan dari atas hingga ke bawah.
    “Ohh..” Mbak Wulan mendesis sambil matanya tetap terpejam menerima rangsanganku.
    Pahanya semakin dibuka lebar-lebar sehingga memudahkan jariku masuk lebih dalam lagi. Aku terus menggerak-gerakkan jariku di dalam jepitan bukit kemaluan Mbak Wulan yang semakin licin. Jari-jariku terus mencari dan mencari hingga kutemukan sebentuk tonjolan kecil di ujung atas di celah-celah bukit kemaluan Mbak Wulan. Kugesek tonjolan itu dengan penuh perasaan. Mbak Wulan semakin menggerinjal dalam dekapanku. Napasnya kian memburu. Bibirku digigit Mbak Wulan dengan gemas. Tangan Mbak Wulan pun mulai membuka zipper celanaku dan terus menyusup ke dalam CD GTman-ku. Diremasnya penisku yang sudah mulai mengeluarkan cairan dengan lembut sambil sesekali diurut dan dikocok. Hal ini membuat aku semakin blingsatan. Tangan Mbak Wulan semakin gemas meremas kantung pelirku saat kugerak-gerakkan jariku di tonjolan kecil di celah bukit kemaluannya dengan gerakan memutar.
    “Akhh.. Terusshh.. It.. Ituu.. Yaahh” tubuhnya melonjak-lonjak dalam dekapanku.
    Pantatnya terangkat dan kepalanya terdongak ke belakang. Tangannya semakin kencang meremas biji pelirku hingga kurasakan agak ngilu.
    “Akk. U.. Mau kell.. Luarhh.. Ohh.. Ter.. Russhh” mulutnya terus mendesis.
    Aku pun semakin cepat memutar jariku menggesek tonjolan kecil itu. Akhirnya tubuh Mbak Wulan terhentak dan meliuk-liuk saat mencapai puncak kenikmatannya. Matanya terpejam semakin erat bibirnya digigitnya sendiri dan tangannya semakin erat meremas kantung pelirku.
    “Ohh.. Kamu.. Pintar.. Wann..” desisnya sambil mengatur napas.
    Ia langsung ambruk dan menelentang di tempat tidur. Setelah napasnya agak teratur aku semakin berani lagi. Kutarik CD-nya ke bawah. Mbak Wulan membantuku dengan mengangkat pantatnya sehingga aku mudah meloloskan CD-nya dan melemparkannya ke lantai. Kemudian kutarik kedua kakinya hingga menjulur ke lantai. Dengan telentang di kasur dan kakinya terjulur ke lantai, bukit kemaluan Mbak Wulan nampak semakin membusung. Tanpa membuang-buang waktu aku segera mendekatkan wajahku ke selangkangan Mbak Wulan dan mulai menciumi bukit kemaluannya yang menggiurkan itu.Mbak Wulan yang memang sudah lama tidak disentuh laki-laki sejak “suami”-nya yang notabenenya adalah bossku pulang ke Korea seperti orang yang kehausan saja.
    Tangannya segera menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Bibirku segera menyedot dan menciumi bukit kemaluan Mbak Wulan dengan gemasnya. Rasanya agak asin-asin sedikit seperti ojingo (cumi-cumi) mentah. Lidahku segera kujulurkan dan menjilat bergerak mengikuti alur yang membentang di celah bukit kemaluan Mbak Wulan dari bawah ke atas. Kuulangi geseran lidahku beberapa kali sambil sesekali kudorong dan agak kutekan di tonjolan kecil di sudut atas celah bukit kemaluan Mbak Wulan yang sudah sangat basah.
    Pantat Mbak Wulan selalu terangkat ke atas seolah-olah menyambut dorongan lidahku pada bukit kemaluannya. Kepalaku semakin ditekannya ke selangkangannya hingga aku sulit bernapas. Tubuh Mbak Wulan menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan saat aku yang gemas menyedot tonjolan kecil dicelah bukit kemaluannya.
    “Hhkk.. Ohh.. Terr.. ushh.. hh” ia terus mendesis-desis. Gerakan lidahku kupercepat menggesek tonjolan kecil dicelah bukit kemaluan Mbak Wulan demi melihat ia semakin on.
    Kedua kaki Mbak Wulan bahkan dikaitkannya ke belakang leherku untuk lebih menekan wajahku ke bukit kemaluannya. Aku semakin bersemangat menjilat dan menyedot tonjolan kecil itu yang semakin lama semakin keras seolah mau pecah. Tanganku pun tak tinggal diam! Kedua telapak tanganku menekan dan memijat bukit kemaluan Mbak Wulan yang membusung dengan gemasnya.
    Akhirnya dengan diiringi lenguhan panjang tubuh Mbak Wulan terhentak hentak. Kakinya semakin menekan kepalaku dan pantatnya terangkat ke atas menyambut wajahku yang menekan bukit kemaluannya.
    “Ohh.. Terusshh oohh.. Ohh” tubuhnya semakin liar meronta selama beberapa detik lalu terdiam.
    Kedua kakinya terkulai lemas di kedua pundakku. Tangannya terpentang melebar dan dadanya naik turun mengiringi deru napasnya. Aku sangat terangsang melihat betapa tubuhnya yang putih dihiasi bulu-bulu hitam lebat di selangkangannya dan kedua ketiaknya.
    Dengan cepat aku berdiri dan melepas seluruh pakaianku. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Penisku yang ukurannya sedang berdiri tegak dengan ujung yang mengkilat karena basah oleh cairan. Lalu aku menarik gaun baby doll yang masih melekat di tubuh Mbak Wulan melalui lehernya. Mbak Wulan membantuku dengan menggeser tubuhnya. Sekarang ia hanya mengenakan bra putih tanpa penutup lain menutupi keindahan tubuhnya.
    Aku menindih tubuhnya dan menempatkan diriku di tengah-tengah kedua pahanya. Penisku yang sudah tegang terjepit di antara gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan dan tubuhku sendiri. Tanganku kulingkarkan ke belakang tubuh Mbak Wulan dan kubuka kaitan bra-nya. Kulempar satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya hingga kini aku dan Mbak Wulan sama-sama telanjang tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh. Kugumuli tubuh Mbak Wulan yang masih lemas. Kucium bibir Mbak Wulan dengan gemas. Kudorong lidahku menyusup ke dalam mulut Mbak Wulan yang terbuka dan kugesek-gesekkan lidahku ke langit-langit mulutnya.
    Reaksi Mbak Wulan luar biasa. Dengan ganas ia menyambut bibirku dan menyedot lidahku sekuat tenaga. Tanganku bergerak liar mengelus dan menjamah seluruh tubuh telanjangnya. Tangan Mbak Wulan pun melingkar ke punggungku dan mengelus-elus punggungku. Pantat Mbak Wulan bergeser ke kanan dan ke kiri menyambut tekanan penisku pada bukit kemaluannya.
    “Ughh..” aku sulit bernapas karena lidahku disedot bibir Mbak Wulan. Rasa nikmat menjalar dari ujung kaki ke ubun-ubun.
    Batang penisku yang sudah sangat keras terjepit bukit kemaluan Mbak Wulan yang hangat dan licin.
    Aku berusaha melepaskan lidahku dari sedotan Mbak Wulan. Aku ingin memenuhi obsesiku untuk menciumi ketiaknya yang lebat ditumbuhi bulu keteknya. Obsesiku terpenuhi ketika Mbak Wulan melepaskan sedotannya pada lidahku. Tanpa membuang waktu kubuka lengannya lebar-lebar lalu kedekatkan wajahku ke ketiaknya dan dengan gemas kuciumi ketiaknya. Lidahku menelusuri lengan bagian atas Mbak Wulan hingga ke samping payudaranya yang montok. Sesekali kutekankan wajahku ke ketiaknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sangat lebat. Tubuh Mbak Wulan menggerinjal di bawah dekapanku.
    “Hshh.. Gelii.. Oohh.. Gelii..” ia mendesis kegelian saat kujilati ketiaknya denga gemas.
    Rasain kamu! Siapa suruh punya bulu ketek gondrong begini! Kataku dalam hati sambil terus menggasak ketiaknya.
    “Amp.. Puun.. Su.. Dahh.. Ohh” tubuhnya semakin liar menggerinjal dalam dekapanku.
    Aku tak mau membiarkannya lepas begitu saja. Kuangkat lengan Mbak Wulan yang satu lagi dan kali ini ketiak yang satunya menjadi bulan-bulanan lidahku. Setelah puas memenuhi obsesiku, kini mulutku merambat ke payudaranya. Dengan gemas kusedot payudaranya. Kumasukkan payudaranya sepenuh mungkin ke dalam mulutku.
    “Ohh.. Shh..” tubuhnya semakin melengkung ke atas saat kedua puting payudaranya kumasukkan ke dalam mulutku dan kupermainkan dengan lidahku sepuas-puasnya.
    “Sudahh.. Ohh.. Sekarrangghh.. Auchh..” Mbak Wulan merintih-rintih memohon agar aku segera menyudahi permainan lidahku di kedua payudaranya.
    Aku menyudahi permainan lidahku pada payudaranya. Lidahku sekarang bergeser turun ke arah perutnya yang putih mulus dan masih rata. Kukais-kais lubang pusarnya lalu kugigit-didit bagian bawah pusarnya dengan gerakan cepat hingga membuat tubuh Mbak Wulan terhentak-hentak. Beberapa kali hal itu kulakukan untuk membuat Mbak Wulan terangsang hebat. Teknik ini kuperoleh dari pengalamanku dahulu dengan Mbak Narsih saat aku masih kuliah. Setelah itu lidahku bergeser ke bawah lagi. Aku bangun dan berdiri lagi di lantai. Kuangkat kaki Mbak Wulan sambil membungkuk dan kujilati pangkal pahanya. Lidahku bergeser dari pangkal paha ke bawah terus ke kaki. Kujilati betis Mbak Wulan yang indah lalu seluruh jari-jarinya kujilati satu per satu.
    “Shh.. Ohh.. Kamu.. Heb.. Bathh.. Ohh” Mbak Wulan mendesis dan merintih menikmati permainanku.
    Aku terus bekerja memuaskan hasratku menikmati setiap jengkal tubuh Mbak Wulan sepuasku. Setelah kujilati seluruh jari kakinya, lidahku berpindah ke kaki satunya lagi. Arah gerakan lidahku terbalik dari yang pertama.
    Pertama-tama kujilati seluruh jari kakinya, lalu lidahku merayap ke atas ke betisnya, lalu ke lututnya dan naik lagi hingga ke pangkal pahanya. Jilatan lidahku selalu kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil hingga tubuh Mbak Wulan menggeliat dan pantatnya terangkat-angkat menahan geli.
    Dari pangkal paha lidahku merambat lagi naik ke atas. Lidahku bergeser ke perut Mbak Wulan lalu naik ke bawah payudaranya. Setelah puas melumat kedua payudaranya lidahku kembali bergeser naik ke lehernya yang jenjang. Tubuhnya semakin mengeliat saat lidahku menari-nari diseputar lehernya yang putih mulus. Seluruh bulu tangannya meremang berdiri saat lidahku menjilat-jilat leher bagian belakang. Mata Mbak Wulan terpejam dan mulutnya setengah terbuka menikmati layananku. Kedua tanganku membekap kedua payudaranya yang montok lalu bibirku menyergap mulutnya yang setengah terbuka. Kusedot bibir Mbak Wulan dengan gemas dan kodorong lagi lidahku ke dalam mulutnya.
    Belum puas menikmati keindahan tubuh Mbak Wulan, kubalik tubuh telanjangnya hingga tengkurap. Kutindih tubuhnya dan kembali lidahku tak-henti-hentinya menjelajahi setiap lekuk tubuh bagian belakang. Lidahku menyusur dari tengkuk hingga lutut. Kedua buah pantat Mbak Wulan yang indah pun hampir memerah karena gigitan-gigitan gemasku.
    Karena tidak tahan dengan serbuanku Mbak Wulan memberontak dan bangun. Tubuhku digulingkannya hingga jatuh telentang di kasur. Ditindihnya tubuhku sambil melumat bibirku. Lidahku disedot bibir Mbak Wulan. Tubuhku yang telentang diduduki Mbak Wulan tepat di penisku sehingga penisku terjepit buah pantatnya yang padat dan kenyal.
    Dari menyedot lidahku, mulut Mbak Wulan sekarang balas menjelajahi tubuhku. Kedua putingku disedotnya habis-habisan. Kemudian lidah Mbak Wulan bergeser turun dan menjilati perutku. Lidahnya terus bergerak ke bawah dan dengan diselingi gigitan-gigitan kecil di perut bagian bawahku lidahnya bergeser menjilati ujung penisku.
    “Hahh.. Shh” sekarang giliran aku yang mendesis-desis kenikmatan.
    Ujung penisku hingga ke pangkalnya dijilati lidah Mbak Wulan dengan gemasnya. Pantatku spontan terangkat ke atas saat ujung lidah Mbak Wulan mengai-ngais lubang di ujung penisku. Otot-otot perutku serasa ditarik ke atas.
    Tidak berhenti sampai di situ. Kantung pelirku pu tak luput dari sedotan mulut Mbak Wulan. Nikmat bercampur ngilu rasanya. Lidah Mbak Wulan terus bergerak menyusur urat yang memanjang sepanjang penisku dari pangkal hingga ke ujungnya lalu berhenti di lekukan ujung topi baja kepala penisku dan menjilati lekukan itu hingga aku mendesis nikmat. Secara spontan kupegang kepalanya agar tidak bergeser dari situ. Seperti tahu keinginanku, mulut Mbak Wulan terus merangsek batang penisku sambil tangannya tak henti-hentinya mengurut batang penisku sambil sesekali meremasnya.
    “Ughh.. Ss.. Sudah.. Mbaakk..” desisku tak tahan.
    Kutarik tubuh Mbak Wulan agar naik ke perutku. Lalu Mbak Wulan menghentikan aktivitasnya dan duduk di atas perutku. Diangkatnya pantatnya dan dikangkang-kannya kedua kakinya. Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah bukit kemaluannya.
    “Upff.. Ohh..” aku dan Mbak Wulan mendesis hampir bersamaan saat Mbak Wulan secara perlahan menurunkan pantatnya.
    Perlahan-lahan ujung kepala penisku mulai terbenam dalam jepitan bukit kemaluan Mbak Wulan. Beberapa kali Mbak Wulan menaik-turunkan pantatnya sampai akhirnya seluruh batang penisku melesak ke dalam celah sempit di celah bukit kemaluannya. Hangat sekali rasanya batang penisku terjepit di tengah-tengah celah bukit kemaluannya. Ujung kepala penisku seperti menumbuk sesuatu yang lembut di dalam sana.
    Mbak Wulan terdiam, akupun terdiam menikmati menyatunya tubuh kami. Aku merasakan betapa batang penisku seperti diremas-remas oleh daging yang licin dan hangat. Kepala penisku seperti berkedut-kedut. Mataku seperti berkunang-kunang merasakan aliran kenikmatan yang mulai menjalar.
    Kedua tangan Mbak Wulan bertumpu di dadaku. Kemudian secara berirama Mbak Wulan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan diselingi gerakan memutar. Batang penisku serasa dipilin-pilin, nikmat sekali rasanya. Perlahan-lahan aku merasakan otot-otot perutku seperti ditarik-tarik.
    “Terushh.. Mbaakk.. Aku..” aku sudah hampir tidak dapat mengontrol diriku lagi.
    Tanganku segera bergerak ke belakang tubuh Mbak Wulan dan meraih kedua buah pantatnya. Kuremas pantatnya dan lebih kutekan agar ujung penisku mentok sedalam-dalamnya. Mbak Wulan pun semakin liar menggerakkan pantatnya.
    “Terushh.. Ayyoo.. Kita..” belum selesai Mbak Wulan bicara tiba-tiba tubuhnya berkejat-kejat.
    Gerakannya semakin menggila. Batang penisku yang terjepit di dalam celah bukit kemaluan Mbak Wulan berdenyut semakin keras menahan sperma yang sudah terkumpul di ujung kepala penisku. Tubuhku semakin mengejang. Kuputar pantatku seirama dengan putaran pantat Mbak Wulan yang semakin liar.
    “Akhh..” hampir bersamaan aku dan Mbak Wulan menjerit.
    Kuremas pantat Mbak Wulan dengan gemas dan kutekan lebih ketat. Crat.. Crat.. Cratt.. Crat.. Crrtt.. Akhirnya sperma yang sudah tertahan di ujung kepala penisku tumpah bersamaan dengan denyutan lubang kemaluan Mbak Wulan yang menjepit erat batang penisku. Mbak Wulan masih berkelejatan beberapa saat lalu ambruk di dadaku. Tubuhku dan tubuh Mbak Wulan sudah basah oleh keringat. Napasku masih menderu. Kucium pipi Mbak Wulan sebagai ucapan terima kasih atas kenikmatan yang ia berikan.
    “Sa rang he yo” kubisikan kata-kata sayang dalam bahasa Korea di telinganya dan belai rambutnya yang ******** “I love you..” Mbak Wulan membalas bisikanku sambil mengecup bibirku.
    Mbak Wulan masih menindih tubuhku. Dadanya yang montok menempel ketat di dadaku yang bidang, batang penisku yang sudah mulai mengkerut masih terjepit dalam celah di antara bukit kemaluannya yang hangat. Matanya terpejam seolah meresapi kenikmatan yang baru dilaluinya setelah masa-masa penantian panjang yang sia-sia. Aku masih dapat merasakan adanya aliran cairan pekat yang menetes keluar dari celah kemaluannya mengalir sepanjang batang penisku dan menggumpal di atas rambut-rambut bulu kemaluanku.
    Pikiranku menerawang memikirkan masa depanku. Aku yakin, Mbak Wulan tidak akan mau berhenti selingkuh denganku. Kalau ada yang pertama pasti akan ada yang kedua dan seterusnya. Aku membayangkan pasti suatu saat Mr. Park, “suami”-nya, akan mengetahui perbuatan kami. Ngeri aku membayangkan masa depanku. Bayangan menjadi pengangguran menari-nari di pelupuk mataku. Tapi nasi sudah menjadi bubur.. Sperma sudah telanjur mengucur. Aku harus sanggup mengehentikan perselingkuhan ini. Harus!! Atau masa depanku hancur lebur! Tanpa aku sadari aku ternyata telah terlelap dalam mimpi. Aku tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Wulan. Aku tak tahu berapa lama aku tertidur setelah bertempur dengan Mbak Wulan dan aku tak tahu sejak kapan Mbak Wulan sudah bangun dari pelukanku. Aku tersadar saat dibangunkan Mbak Wulan dan dibuatkan kopi ginseng.
    Segar sekali rasanya bangun tidur sudah dibuatkan kopi. Mbak Wulan nampak sudah sangat segar habis mandi. Rambutnya masih basah sehabis mandi besar. Ia hanya mengenakan kimono sebagai penutupnya. Aku yakin ia belum memakai bra dan CD karena kulihat benda-benda itu masih berserakan di lantai. Setelah menyeruput beberapa teguk kopi ginseng panas aku pun minta ijinnya untu mandi di kamar mandi di dalam kamarnya. Segar sekali rasanya tubuhku saat air hangat mengguyur dari shower yang terpasang di atasku. Aku terkesiap saat asyik-asyiknya menikmati guyuran air yang mengucur deras dari shower tiba-tiba kurasakan ada yang mengelus-elus dan meremas batang penisku.
    Ternyata Mbak Wulan sudah ikut bergabung di kamar mandi dalam keadaan bugil.. Gil tanpa sehelai benangpun menutupi keindahan tubuhnya. Aku terpana melihatnya. Aku hanya mampu melotot memandangi setiap lekuk tubuhnya yang montok. Bukan hanya itu! Mbak Wulan pun lantas menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun cair yang biasa digunakannya. Tubuhku yang licin oleh busa sabun diraba dan dielus oleh belaian tangan Mbak Wulan yang lembut. Dari leherku tangannya bergerak menurun ke bawah hingga pusarku. Batang penisku perlahan-lahan sudah mulai mengeras. Beberapa saat kemudian batang penisku sudah berdiri tegak seperti prajurit yang siap tempur dalam siaga 1.
    “Hh.. Mbaakk..” aku mendesis lirih saat tangan Mbak Wulan dengan lincah bermain-main di daerah penisku. Batang penisku yang licin karena busa menjadi sasaran bulan-bulanan tangan Mbak Wulan. Batang penisku diremas dan diurut dengan pelicin busa sabun.
    “Oohh.. Enaakk mbaakk” desisku berulang-ulang. Aku pun tak kalah gesitnya, kuambil botol sabun dari tangannya dan kubalur tubuh Mbak Wulan dengan sabun cair. Tubuhnya menggerinjal saat tubuhnya yang licin kugosok dengan kedua tanganku. Kedua payudaranya menjadi sasaran pertama tanganku. Aku sudah terlupa akan tekadku untuk menghentikan permainan ini. Yang aku tahu aku harus menuntaskan permainan ini sepuas-puasnya. Urusan lain biar dipikir belakangan!!
    “Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh” desis Mbak Wulan saat tanganku bergerilya di daerah selangkangannya.
    Rambutnya yang lebat memenuhi bukit kemaluannya kugosok seperti layaknya sedang cream-bath. Kuremas dan kupijat gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan hingga ia semakin liar menggerinjal dan semakin liar pula tangannya mengurut batang penisku yang sudah sangat keras.
    “Sekk.. Arangh.. Ohh..” desisnya berusaha menghentikan tanganku.
    Aku pun mengikuti kemauannya. Kuhentikan aksiku meng-creambath rambut kemaluannya dan kubilas seluruh tubuhnya dengan kucuran air shower. Aku diseretnya ke tempat tidurnya lagi setelah mengeringkan tubuh dengan handuk yang tersedia di kamar mandi, dengan menarik batang penisku. Seperti kerbau ditarik penisnya aku mengikuti langkahnya. Mbak Wulan langsung memelukku begitu kami duduk di tempat tidurnya. Bibirnya menyergap bibirku dan lidahnya dijulurkannya menyelusup ke dalam mulutku. Kubalas tindakannya tadi yang menyedot lidahku dengan menyedot lidahnya yang terjulur.
    “Uggh.. Ugh..” ia gelagapan, apa lagi tanganku secera refleks langsung mengarah ke bukit payudaranya dan bermain-main di sana dengan meremas dan memilin kedua putingnya secara bergantian.
    Tangan Mbak Lisa yang masih memegang batang penisku turut meremas apa yang dipegangnya. Ia meremas dan mengocok dengan lembut.
    “Shh.. Ter.. Rushh.. Ohh.. Saa.. Rang.. Hhee..” desahnya terputus-putus menerima rangsanganku Saat tanganku yang sudah puas bermain di dadanya langsung meluncur ke bukit kemaluannya yang sudah mulai basah. Kumasukkan jariku ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang licin dan kokorek-korek liang yang sudah sangat licin itu.
    Tubuhnya mulai gemetar menahan desakan nafsu yang semakin menggelegak.
    Sejurus kemudian kulepas tanganku dari jepitan celah bukit kemaluannya dan kuminta Mbak Wulan untuk merangkak di atas kasur. Segera ia memposisikan diri seperti layaknya anjing yang siap kawin. Pantatnya sedikit menungging ke atas memperlihatkan gundukan bukit di selangkangannya yang terbelah seperti yoyo. Tanpa membuang waktu kudekatkan wajahku ke depan belahan itu dan kutekankan wajahku ke selangkangannya yang terbuka. Kujulurkan lidahku ke celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang tembam. Cairan yang agak asin terasa di lidahku. Aku tak peduli rasa dan baunya.. Biar baunya seperti comberan namun rasanya nikmat seperti durian!!
    Tubuh Mbak Wulan yang menungging semakin indah menggerinjal saat lidahku mengais-ngais di dalam liang sempit di celah bukit kemaluannya. Pantatnya semakin dinaikkan berusaha menekankan bukit kemaluannya ke wajahku. Aku semakin bersemangat mengorek dan mengais liang itu. Kedua tanganku membekap buah pantatnya agar tidak terlalu liar bergerak.
    “Hhaahh.. Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh.. Oohh..” dengan diiringi jeritan histeris tubuhnya tersentak-sentak menahan sesuatu yang meledak-ledak. Ia terus meronta selama beberapa detik lalu tubuhnya terdiam. Ia berusaha mengatur napasnya setelah pendakian yang melelahkan itu.
    Aku tidak memberinya kesempatan. Aku segera naik ke tempat tidur dan dengan posisi berlutut menempatkan diriku di belakang pantatnya yang masih menungging. Kuarahkan batang penisku ke belahan di bukit kemaluannya yang sudah dibasahi cairan pelicin. Dengan pelan kudorong pantatku ke depan hingga ujung kepala penisku menerobos celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Aku segera dapat merasakan betapa batang penisku terjepit daging hangat dan licin. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku menyeruak ke dalam. Setiap satu inci masuk kutarik lagi sedikit lalu kodorong lagi lebih maju! Inilah yang namanya mundur selangkah untuk maju dua langkah.. Seperti kata peribahasa. Hal itu terus kulakukan berulang ulang hingga ujung kepala penisku seperti menumbuk daging lembut di dalam sana.
    “Hkk.. Hh” aku dan Mbak Wulan menahan napas hampir bersamaan. Kudiamkan sejenak batang penisku yang sudah terbenam seluruhnya ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya. Seperti di aba-aba, aku dan Mbak Wulan bergerak mengayunkan pantat secara bersama-sama. Bedanya arahku maju mundur Mbak Wulan arahnya memutar!! Berbeda tapi satu tujuan.. Kenikmatan!! Alangkah harmonisnya!!
    Tanganku yang mencengkeram buah pantat Mbak Wulan selalu menarik kuat-kuat menekan ke arahku saat aku mengayunkan pantatku ke depan. Hingga ujung kepala penisku menghantam mulut rahimnya agak keras. Setiap kali itu pula kudengar Mbak Wulan menjerit “Owghh.. Owghh.. Owghh!!”
    Merasa capai dengan posisi demikian, Mbak Wulan memintaku berganti posisi. Ia meminta untuk memegang kendali permainan dengan bermain di atas. Aku segera menggulingkan tubuhku dan telentang di kasur. Sejenak kemudian Mbak Wulan naik ke atas perutku dan membuka pahanya lebar-lebar. Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Kemudian perlahan lahan pantatnya diturunkan.. Bless..!! Batang penisku langsung tertelan celah bukit kemaluannya hingga amblas sampai pangkalnya.
    “Owghh..” aku dan Mbak Wulan tanpa aba-aba melenguh secara bersamaan.
    Batang penisku serasa diremas dan dipilin sangat nikmat oleh gerakan memutar pantat Mbak Wulan yang berjongkok di atas perutku. Mbak Wulan terus bergerak semakin liar. Payudaranya berayun-ayun indah saat ia bergerak memutar. Tanganku segera meraihnya dan meremas serta memilin kedua putingnya. Kulihat mata Mbak Wulan terpejam dan mulai menggigit bibirnya sendiri. Gerakannya semakin liar dan tubuhnya terhentak-hentak..
    “Akhh.. Ak.. ku.. kell.. luarhh.. Ohh.. ter.. russhh..” ia menggeliat-geliat selama beberapa detik lalu akhirnya ambruk di atas perutku.
    Napasnya terdengar tersengal-sengal seolah-olah habis berlari jauh. Denyut jantungnya terasa berdetak kencang menempel dadaku. Kubiarkan ia mengatur napasnya sebelum aku mengambil giliranku. Setelah ia cukup istirahat segera saja kuangkat pantatnya dan kuganjal dengan dua bantal. Dengan posisi telantang dan terganjal bantal, bukit kemaluannya jadi semakin membusung indah. Kupentang pahanya lebar-lebar dan kuposisikan tubuhku di antara kedua bentangan pahanya. Kucucukkan batang penisku ke dalam celah merah di sela bukit kemaluannya yang berdenyut-denyut kembang kempis. Kodorong pelan-pelang hingga seluruh batang penisku masuk sampai ke pangkalnya. Kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi menyatunya tubuhku dengan tubuhnya.
    “Ehhkk..” Mbak Wulan menjerit keras saat tiba-tiba kutarik batang penisku dari jepitan liang kemaluannya dengan cepat. Namun sebatas ujung kepala penisku masih tetap menancap erat di tempatnya. Kemudian kudorong lagi pantatku ke depan secara pelan hingga masuk seluruhnya..
    Kutarik lagi dengan cepat hingga berulang-ulang. Akibatnya luar biasa!! Tubuh Mbak Wulan seperti terhentak-hentak setiap batang penisku kutarik mundur! Ia selalu menjerit. Payudaranya berguncang terayun-ayun setiap kali tubuhnya terguncang! Aku pun merasakan adanya desakan maha dahsyat yang mulai mengumpul di ujung batang penisku! Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur. Kutindih tubuh Mbak Wulan dengan seluruh berat tubuhku hanya bertumpu pada lututku. Kedua tanganku kutempatkan menyangga kedua buah pantat Mbak Wulan untuk menggenjotnya.
    “Terrushh.. Mbaakk.. Putt.. Tarrhh.. Shh.. Ohh” tubuhku mulai menegang.
    Otot perutku terasa ditarik-tarik dan batang penisku berdenyut-denyut siap memuntahkan semua isi yang sudah menggumpal. Mbak Wulan pun semakin liar memutar pantatnya menyambut setiap tusukanku. Batang penisku seperti digiling oleh daging lembut dan licin. Aku sudah tak kuat lagi menahan gempuran kenikmatan yang sudah mau meledak.
    “Akhh.. Akku.. Kel.. Lu.. Arrghh” akhirnya aku menggeram saat batang penisku mengedut-ngedut dan memuntahkan cairan sperma ke dalam rahim Mbak Wulan! Crott.. Crutt.. Crrtt.. Crrt.. Crtt..! Tubuhku terhentak-hentak di atas perut Mbak Wulan selama beberapa saat hingga akhirnya terdiam. Aku benar-benar lemas tak bertenaga! Napasku kembang kempis tinggal satu-satu saling berlomba dengan napas Mbak Wulan.
    Kubiarkan batang penisku tetap menancap di dalam jepitan liang kemaluan Mbak Wulan hingga kurasakan lubang kemaluan Mbak Wulan berdenyut-denyut seolah memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam batang penisku. Kubiarkan biar tuntas sekalian.. Aku sudah terlalu capai. Akhirnya aku dan Mbak Wulan terkapar sama-sama tak bertenaga. Tenaga kami sudah terkuras habis. Pada saat mataku hampir terpejam, secara samar-samar kulihat sekelebat banyangan melintas di balik pintu. Aku tersadar ternyata sedari tadi kami bercinta pintu dalam keadaan setengah terbuka.
    Pikiranku langsung menduga pasti bayangan itu milik Ceu Entin! Soalnya tidak ada orang lain lagi selain dia! Kang Pardi sedang ke Jakarta dan paling banter tengah malam atau besok pagi baru sampai. Biasa pasti dia harus menunggu Mr. Kang mabuk-mabukan bersama teman-teman Koreanya. Jadi tidak salah pasti tadi karena kami keasyikan bergumul sampai-sampai tidak mendengar kedatangan Ceu Entin yang masuk menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya. Mbak Wulan sendiri matanya sudah terpejam dan ku yakin sudah tertidur kelelahan. Napasnya sangat teratur dan di bibirnya tersungging secercah senyuman. Alangkah damainya..
    Keesokan paginya aku datang ke kantor agak terlambat. Namun suasana kantor masih sepi. Tidak ada orang. Kijang kapsul Mr. Park pun tidak ada. Jangan jangan Mas Pardi belum juga pulang sehabis mengantar Mr. Kang kemarin siang. Rumah nampak lengang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Titin pun nampak belum datang. Pada kemana gerangan orang-orang ini..
    “Eh.. Si Mas baru datang. Tadi pagi non Titin telepon katanya belum bisa masuk hari ini perutnya masih sakit” ternyata ada Ceu Entin yang ada dirumah memberitahuku perihal si Titin.
    “Lalu.. Mas Pardi kemana Ceu?”
    “Eh.. Anu tadi pagi Mas Pardi ngantar non Wulan ke Jakarta mau berobat katanya?”
    “Lho.. Non Wulan memang sakit Ceu?”
    “Iya.. Katanya kulitnya sedikit melepuh karena tersiram air panas kemarin..” lanjut Ceu Entin.
    Wahh.. Ini pasti gara-gara kopi ginseng kemarin pikirku. Terbersit sepercik rasa bersalah pada diriku.
    “Jadi.. Ceu Entin sendirian jaga rumah nih?”
    “Iya Mas..”
    “Nah.. Kalau begitu Ceu Entin bikinin aku kopi ginseng gih..” pintaku.
    “Baik Mas.. Tunggu bentar ya..” spontan Ceu Entin kabur ke dapur.
    Ceu Entin sudah ikut Mr. Park sejak empat tahun lalu atau kira-kira seminggu setelah aku bergabung dengan Mr. Park. Ceu Entin sebelum ikut Mr. Park adalah pembantu Mr. Kang, sehingga soal masakan Korea ia sudah dibilang cukup ahli mengolahnya. Aku sendiri paling doyan sama yang namanya bul go gi atau daging sapi asap. Bahkan karena senengnya aku sudah mampu meracik sendiri bumbu untuk membuatnya dan kadang-kadang aku membuat variasi dengan mengganti daging sapi dengan tunggir ayam. Soal rasa.. Jangan tanya!
    Kembali pada Ceu Entin. Ia tidak begitu cantik tapi juga tidak begitu jelek. Kulitnya bersih khas orang Sunda. Tubuhnya tidak terlalu tinggi hanya berkisar antara 155 cm dengan berat sekitar 47 kilo. Orangnya supel.. Maksudnya benar-benar supel gampang bergaul bukannya “supel” yang bila diplesetkan jadi “suka peler”!!
    Sebagaimana selera Mr. Park, Ceu Entin juga memiliki dada yang cukup montok. Usia Ceu Entin saat itu sekitar 32 tahun. Ia adalah seorang janda yang ditinggal suaminya kawin lagi. Ia sudah mempunyai 1 orang anak yang ikut dengan neneknya di kampung. Jadi secara seksual Ceu Entin cukup memiliki daya tarik yang lumayan lah..!
    Saat Ceu Entin sedang kutak-katik di dapur aku jadi ingat tentang sekelebat bayangan melintas di balik pintu saat aku selesai bergumul dengan Mbak Wulan kemarin. Mumpung sedang sendirian! Aku harus menginterogasinya sekarang. Aku harus tahu sejauh mana ia melihat perselingkuhan kami kemarin. Lalu aku memutuskan menyusul Ceu Entin ke dapur.
    “Ehh.. Ceu Entin.. Kemari sebentar..”
    “Ehh.. Ohh.. Ada apa Mas.. Si Mas ini bikin kaget Ceu Ceu aja..” katanya kenes.
    “Emmhh. Aku mau nanya nih..! Tapi Ceu Entin harus bicara jujur ya..”
    “Bo.. Boleh Mas.. Emang mau nanya apaan? Kok serius amat..”
    “Gini lho Ceu.. Kemarin Ceu-Ceu pulang dari rumah saudara jam berapa?” tanyaku langsung to the point.
    Wajahnya langsung memerah dan tersipu. Aku langsung tahu kalu bayangan kemarin adalah benar-benar dia..
    “Jadi.. Ceu-Ceu kemarin..” wajahku sedikit memerah karena malu bergumul diintip orang.
    “Ma.. Maaf Mas.. Ceu-Ceu enggak sengaja..” katanya dengan penuh rasa bersalah.
    “Ja.. Jadi Ceu Entin sudah melihat saya.. Saya sama Mbak Wulan..” aku tak sanggup meneruskan kata-kataku.
    “I.. Iya Mas..” jawabnya jujur. Wajahnya semakin memerah karena malu ketahuan mengintip.
    “Yachh.. Aku juga yang salah Ceu.. Tapi tolong.. Ceu Entin jangan bilang siapa-siapa ya.. Kasihan Mbak Wulan” kataku memohon.
    “I.. Iya Mas.. Ceu-Ceu janji deh..” katanya penuh pengertian.
    “Terima kasih Ceu, Ceu Entin orang yang paling baik..” gombalku.
    Aku segera memeluk dan mencium pipi Ceu Entin maksudnya ciuman tanda terima kasih atas pengertiannya. Namun Ceu Entin menganggapnya lain. Ceu Entin terdiam dan bahkan memejamkan matanya sambil membuka mulutnya. Napasnya sedikit memburu. Melihat ada peluang terbuka segera saja kuperketat pelukanku pada tubuh Ceu Entin dan kusurukkan wajahku ke lehernya.
    “Ehhkk..” Napasnya terceka, “Mass..” Ia sedikit memberontak saat aku mulai menciumi lehernya.
    Tercium bau aroma sabun terpancar dari tubuhnya. Rupanya ia baru mandi sehingga kulitnya masih segar. Lidahku segera menyerbu sepanjang batang lehernya. Kepalang tanggung.. Pikirku saat itu! Que.. Sera.. Sera! Apa yang terjadi terjadilah!! Pokoknya sikat duluan blehh! Urusan biar dipikir belakangan.. Demikian godaan setan mengilik-kilik batinku! Tubuh Ceu Entin menggelinjang dalam pelukanku. Dadanya yang cukup montok menggesek-gesek dadaku. Aku jadi makin terangsang.
    “Mas.. Mm.. Mau.. Ngapainn..” desis Ceu Entin.
    Aku tidak mempedulikan pertanyaan Ceu Entin. Tanganku yang melingkar di punggungnya segera saja kuarahkan ke pantatnya dan mulai meremas dan mengelus buah pantatnya yang cukup montok. Tubuhnya kian meronta.. Namun tidak ada upaya untuk melepaskan diri dari pelukanku. Aku semakin berani lagi! Segera saja tanganku melepas kaitan roknya di atas pinggulnya dan segera menyusupkan tanganku ke balik roknya dan masuk ke dalam celana dalamnya.
    Sekarang tanganku berkeliaran di seputar buah pantat Ceu Entin. Dengan gemas kuremas dan kupijat-pijat bongkahan buah pantatnya dengan kedua tanganku.
    “Mass..! Ja.. Jang.. Annhh.. Ohh..!!” desisnya. Mulutnya bilang jangan tetapi dari gerakan tubuhnya aku tahu kalau sebenarnya ia juga menginginkannya.
    “Enggak apa apa Ceu.. Aku kangen sama Ceu Entin” bisikku di telinganya dengan rayuan gombalku.
    Mulutku segera mencari bibirnya dan segera kusergap bibirnya yang membuka. Mula-mula ia menutup rapat bibirnya, tetapi tidak lama kumudian ia mulai membalas kuluman bibirku. Lidahnya mulai ikut mendorong-dorong lidahku yang sudah menerobos masuk ke dalam mulutnya. Sedikit bicara.. Banyak bekerja! Itulah ungkapan yang tepat untuk keadaanku dengan Ceu Entin saat itu!
    Tanganku yang berkeliaran di daerah pantat Ceu Entin semakin liar begerak. Sesekali jari-jariku menyentuh daerah belahan diantara kedua bongkahan pantatnya hingga tersentuh rambut kemaluannya yang menyeruak ke bagian belakang. Ceu Entin rupanya sudah menyerah dengan serbuanku. Tubuhnya tidak lagi memberontak tetapi sepenuhnya menyender dalam pelukanku. Roknya yang sudah merosot setengah lutut membuat tanganku semakin leluasa menggerayangi buah pantatnya. Tangan Ceu Entin pun mulai mengelus-elus punggungku.
    “Ja.. Jangan di.. Sin.. Ni.. Masshh” akhirnya Ceu Entin mendesah pasrah dan memintaku untuk pindah tempat.
    Akhirnya dengan tetap kupeluk, tubuh Ceu Entin segera kuseret ke kamarnya yang terletak di samping dapur. Pintu kututup dengan kakiku dan segera kuteruskan aksiku. Kutarik roknya ke bawah hingga terlepas, Ceu Entin membantu upayaku dengan melangkahkan kaki melepaskan roknya yang teronggok di mata kaki. Tubuh Ceu Entin bagian bawah sudah terbuka sama sekali. Tanganku segera meluncur ke depan dan mulai meraba gundukan bukit kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam keriting.
    “Mashh.. Shh.. Ohh..” Ceu Entin mendesah desah saat tanganku mulai meremas-remas gundukan bukit kemaluannya.
    Tanganku segera merasakan adanya cairan lengket yang sudah membasahi celah bukit kemaluannya. Tangan Ceu Entin pun semakin berani. Kini tangannya bergerak meraba-raba tonjolan di celanaku dari luar celana. Aku menggeliat merasakan nikmat betapa batang kemaluanku yang sudah sangat keras diraba-raba tangan halus Ceu Entin.
    Aku sudah sangat bernapsu ingin segera menikmati tubuh Ceu Entin. Napsuku sudah sampai ke ubun-ubun. Segera saja kuhentikan aktivitasku dan kuangkat kaos Ceu Entin dan kulepaskan melalui kepalanya. Bra-nya yang berwarna krem segera saja kulepas dan kulempar entah kemana. Kini tubuh Ceu Entin sudah telanjang bulat di depanku. Ia malu untuk telanjang bulat di depanku segera saja kedua tangannya menutupi dada dan bukit kemaluannya. Wajahnya memerah. Lucu sekali kelihatannya. Mataku segera saja melahap seluruh pemandangan indah yang terpampang di depanku. Tubuh Ceu Entin bersih mulus. Walaupun sudah beranak dua tetapi perutnya masih cukup rata. Pinggangnya yang kecil mencetak tubuhnya menjadi indah.
    Aku segera melucuti pakaianku sendiri dan telanjang bulat di depannya. Pakaianku kubiarkan teronggok di lantai kamar Ceu Entin yang sempit. Kamarnya memang sempit seperti layaknya kamar pembantu di perumahan. Luasnya hanya seukuran 2,5 x 3 mm. Di kamar Ceu Entin tidak ada tempat tidur, kasur busanya yang tipis hanya digelar di lantai dengan dialasi tikar plastik. Satu-satunya perlengkapan yang ada hanyalah lemari kecil yang terbuat dari tripleks sebagai sarana menyimpan pakaiannya.
    Mata Ceu Entin terbelalak melihat batang kemaluanku yang sudah sangat tegak menunjuk langit-langit kamarnya. Tanpa memberi kesempatan lebih banyak buat Ceu Entin untuk melihat seluruh tubuh telanjangku, segera saja tubuh telanjang Ceu Entin yang masih berdiri kuraih dalam pelukanku. Kulingkarkan salah satu tanganku ke belakang dan langsung bergerak lembut mengelus punggungnya.
    Tanganku bergerak menyusur sepanjang tulang punggungnya dan hinggap di pantatnya yang kenyal. Tanganku yang satunya segera menuju buah dadanya yang masih ditutupi tangannya. Kusingkirkan tangannya yang menutupi buah dadanya dan kubimbing ke arah selangkanganku. Mula-mula tangannya agak kaku memegang batang kemaluanku. Sedikit demi sedikit tangannya mulai lincah meremas dan mengurut batang kemaluanku.
    “Ohh.. Enn.. Akkhh Ceu.. Ter.. Rushh” desisku saat tangan Ceu Entin semakin lincah mengurut batang kemaluanku.
    Bibirku kembali menyergap mulutnya dan segera mengulum bibirnya. Lidahku kususupkan ke dalam mulutnya dan mulai mendorong-dorong lidahnya. Lidah Ceu Entin pun membalas serbuan lidahku. Tanganku segera mengarah ke buah dada Ceu Entin dan mulai meremas serta memilin puting buah dadanya.
    “Sshh.. Ohh.. Mass..!” mulut Ceu Entin mendesis-desis saat jari-jariku memilin puting buah dadanya.
    Tangan Ceu Entin semakin liar begerak di salangkanganku. Dari mengurut tangannya beralih mulai meremas biji pelirku dengan gemas. Beberapa jurus kemudian kudorong tubuh Ceu Entin hingga berbaring telentang di kasurnya yang tipis. Tubuhke segera menggumuli tubuh telanjangnya.
    Kusibakkan kedua pahanya lebar-lebar hingga gundukan bukit kemaluan terbuka lebar. Kutindih tubuhnya dengan batang kemaluanku yang keras menempel ketat di gundukan bukit kemaluannya yang sudah semakin basah. Mulutku segera saja menyerbu buah dadanya yang menantang.
    “Emhh.. Ohh.. Masshh..” mulut Ceu Entin tak henti-hentinya mendesis-desis.
    Tangan Ceu Entin meremas-remas rambutku. Tubuhnya menggelinjang dalam tindihan tubuhku sehingga batang kemaluanku yang menempel ketat di bukit kemaluannya tergesek-gesek nikmat. Hangat sekali rasanya! Apalagi keluarnya cairan licin yang keluar dari celah memanjang di bukit kemaluannya menambah lancarnya gesekan batang kemaluanku.
    “Ja.. Jang.. An mass..” desis Ceu Entin sambil mencoba menutupi bukit kemaluannya saat mulutku mulai mendekat ke bukit kemaluannya yang terbuka lebar. “Ceu Ceu Ma.. Malu”
    Aku tak mempedulikan permintaannya. Kupegang tangannya dan kusingkirkan dari bukit kemaluannya, wajahku segera menempel bukit kemaluannya. Tercium aroma khas bau kelamin perempuan yang sangat merangsang gairah kelelakianku.
    Tubuh Ceu Entin terhenyak, pantatnya terangkat menyambut tekanan wajahku saat lidahku mulai menyeruak di celah yang terbentang di antara gundukan bukit kemaluannya. Lidahku semakin menyeruak lebih dalam menggesek-gesek dinding celah kemaluannya.
    “Ahh.. Mass.. Ouch..” Tubuh Ceu Entin menghentak-hentak sementara mulutnya terus mendesis-desis.
    Tangannya yang memegang kepalaku tanpa sadar menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Aku gelagapan karena sulit bernapas. Lidah dan mulutku semakin liar merangsek dan menjilati lubang kemaluannya.
    “Akhh.. Ceu.. Ceu.. Su.. Su.. Dahh..” Ceu Entin tak mampu meneruskan ucapannya.
    Tubuhnya menggelepar hebat. Pantatnya terangkat-angkat menyambut rangsekan wajahku. Kedua kakinya melingkar mengepit punggungku. Tubuhnya semakin bergerak liar selama beberapa saat lalu terdiam. Dadanya turun naik mencoba mengatur napasnya. Matanya terpejam dan bibirnya mengatup rapat menandakan masih mencoba menghayati kenikmatan yang baru saja diraihnya.
    Setelah napasnya mulai teratur, aku segera menempatkan diriku sejajar dengan tubuhnya di antara kedua pahanya yang terbuka. Kuarahkan batang kemaluanku di tengah-tengah celah bukit kemaluannya yang basah dan licin lalu kudorong pantatku pelan-pelan. Bless..! Perlahan-lahan kepala batang kemaluanku mulai menerobos celah sempit hangat di tengah bukit kemaluannya.
    “Ughh..!!” napasku sedikit tertahan merasakan betapa nikmatnya batang kemaluanku terjepit erat dalam lubang kemaluan Ceu Entin.
    Aku merasa kepala batang kemaluanku berdenyut-denyut saat tanpa dikomando pantat Ceu Entin bergerak memutar secara perlahan. Goyang ciranjang dari Ceu Entin begitu melenakan! Napsuku yang sedari tadi sudah berkobar semakin menggebu. Perutku serasa kejang saat batang kemaluanku serasa dipilin di dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin.
    “Ugh.. Ceu.. Terush.. Ceu..” Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur.
    Aliran desakan magma seolah siap meledak dan mengumpul di ujung kepala kemaluanku. Ceu Entin pun menggoyangkan pantatnya dengan semakin menggila.
    “Masshh.. Ter.. Russhh” desahnya sambil memutar pantatnya. Kedua kakinya menggapit pinggangku dengan ketat.
    Mataku seperti kabur menahan gelora kenikmatan yang amat sangat. Aku mengayunkan pantatku sekuat tenaga menghunjamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin. Kepala batang kemaluanku serasa berdenyut-denyut hendak menumpahkan semua tekanan yang menggumpal di dalamnya.
    Crrut.. Crrt.. Crrt.. Crutt!!
    “Arghh.. Ter.. Rushh.. Ceu..” aku menggeram sambil menggigit pundak Ceu Entin saat batang kemaluanku menyemburkan cairan kental ke dalam mulut rahim Ceu Entin.
    Pantat Ceu Entin kuremas kuat-kuat berusaha menekankan bukit kemaluannya ke arah batang kemaluanku agar semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuhku berkejat-kejat di atas perut Ceu Entin. Tubuh Ceu Entin pun bergerak liar. Lubang kemaluannya berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang tertancap dalam didalamnya. Tubuhnya menggelepar dengan liarnya. Akhirnya kami sama-sama terdiam. Napas kami saling berlomba. Kami mencapai orgasme secara bersamaan. Kulirik wajah Ceu Entin, matanya nampak terpejam.
    Kubiarkan batang kemaluanku tetap menancap. Perlahan-lahan aku merasakan jepitan lubang kemaluan Ceu Entin semakin mengendur karena batang kemaluanku mulai mengerut. Akhirnya jepitan lubang kemaluan cue Entin terlepas dengan sendirinya dari batang kemaluanku. Aku menggulingkan tubuhku ke samping tubuh telanjang Ceu Entin dan tetap memeluk tubuh telanjangnya sambil mengatur napas.
    “Ceu Entin heibat sekali.. Aku sayang sama Ceu-Ceu..” bisikku di telinganya.
    “Si Mas juga hebat.. Ceu-Ceu sampai kewalahan melayani si Mas..” balasnya sambil tersenyum malu.
    “Eh.. Ceu-Ceu udah berapa lama enggak beginian” tanyaku. Wajahnya merona karena malu.
    “Terakhir.. Mungkin sudah 6 bulan yang lalu Mas.. Sejak mister kuya membawa non Wulan kesini..” jawabnya agak malu-malu.
    Ia biasa menyebut Mr. Park, bossku, dengan sebutan mister kuya (bahasa Sunda artinya monyet). Hal ini dilakukannya karena sejak Mr. Park membawa Mbak Wulan ke rumah ini ia tidak pernah lagi dijamahnya.
    “Ja.. Jadi Ceu-Ceu sudah pernah sama mister?!” tanyaku kaget.
    “I.. Iya Mas..” jawabnya agak malu.
    “Gimana Ceu rasanya peler Korea?” tanyaku menggoda.
    “Ah.. Si Mas bisa saja..” sambil mencubit batang kemaluanku ia menjawab.
    “Pasti gede ya Ceu..?” kataku terus menggoda..
    “Ahh.. Udah ah.. Ceu-Ceu enggak mau.. Tanya yang lain aja..” jawabnya sambil tangannya meremas batang kemaluanku yang sudah mulai menggeliat bangun.
    “Ih.. Ini nakal.. Sudah dikasih mau minta lagi” katanya sambil meremas batang kemaluanku.
    “Lho.. Kan Ceu-Ceu yang mbangunin.. Tadi masih enak-enak tidur dipegang-pegang.. Jadi ya bangun begini.” kataku menggoda “Pokoknya Ceu-Ceu harus bertanggung jawab nih..” kataku lagi sambil tanganku mulai menggerayangi tubuhnya.
    Hari itu aku dan Ceu Entin bersetubuh beberapa kali hingga benar-benar teler. Berbagai posisi dan gaya kami lakukan. Rupanya Ceu Entin sudah banyak belajar dari Mr. Park soal seks.
    Gara-gara kopi ginseng aku dapat menikmati keindahan tubuh dua wanita di kantor ku. Sejak saat itu atas kesepakatan Ceu Entin dan Mbak Wulan aku diwajibkan memuaskan keinginan mereka secara bergiliran. Aku sendiri sebetulnya senang.. Tapi kalau memikirkan resiko yang harus kutanggung jika suatu saat Mr. Park tahu kalau “istrinya” kuselingkuhi pasti aku dipecat dan kakak sepupuku akan terkena getahnya. Akhirnya dengan berat hati aku mengundurkan diri dari pekerjaanku.
    Aku pamit pada Mr. Park dengan alasan aku ingin kerja di kotaku saja. Hingga saat ini aku masih mencari-cari pekerjaan lagi. Gara-gara kopi ginseng pula akhirnya aku menjadi pengangguran. Nah sekian dulu kisahku. Sampai saat ini aku sedang mencari pekerjaan di mana bossku adalah wanita. Tapi aku belum menemukannya hingga saat ini. Bila ada pengusaha wanita yang butuh asisten aku sangat bersedia membantu. Sampai jumpa di kisah-kisah selanjutnya

    Cerita Sex: Bonus Asuransi

    – Cerita Sex: Bonus Asuransi – Tahun 1997 ada sebuah kenangan indah di daerah wisata Kopeng masuk wilayah Kabupaten Salatiga di Jawa Tengah dan waktu itu aku masih bekerja di salah satu perusahaan jasa pelayaran di Semarang.
    cerita-sex-bonus-asuransi
    Pak Bram, sebut saja begitu adalah pimpinan tempatku bekerja, dan beliau saat itu berusia kurang lebih 48 tahunan namun potensi seksualnya masih hebat. Aku sendiri menempati posisi deputy dari Pak Bram dan semua sepak terjangnya sudah ada pada tanganku semua dan aku tetap menjaga kepercayaannya padaku. Itulah kenapa sekretarisnya selalu berganti-ganti dan selalu muda dan cantik-cantik padahal menurutku perusahaan yang tidak begitu besar itupun belum membutuhkan seorang sekretaris. Hanya saja saat jam istirahat dan menjelang kepulangan Pak Bram, si sekretaris tadi disibukkan dengan acara office party.
    Cerita Sex – Kalau sudah jam-jam sibuknya Pak Bram itu, kami seluruh kantor tidak berani mengganggu acaranya yang membutuhkan waktu, biasanya rata rata 45 menit sampai 1 jam. Dan entah apa yang mereka lakukan berdua dengan sekretarisnya selama itu, namun yang jelas setiap kali office party itu berakhir, Pak Bram kelihatan lebih fresh dan sebaliknya sekretarisnya nampak sedikit kusut dan menampakkan ekspresi kurang puas. Seluruh telepon yang minta sambung ke Pak Bram pasti tidak akan disambungkan dengan alasan keluar kantor atau lunch.
    Suatu hari datanglah seorang agen asuransi seorang wanita untuk menawarkan jasa ke kantor kami, dan saat itulah Pak Bram melihat wanita itu dan diminta masuk ke ruangannya.
    “Saya Sofi,” wanita itu memperkenalkan dirinya.
    “Bram,” seraya mengulurkan tangannnya.
    “Saya Prasetyo,” sahutku memperkenalkan diriku.
    Singkatnya Pak Bram nampaknya tertarik dengan jasa asuransi itu dan mengikut sertakan seluruh karyawan perusahaan tempat kami bekerja. Dan saat itu juga Pak Bram menandatangani perjanjian dengan
    perusahaan asuransi dari Mbak Sofi.
    “Every thing is OK, jika ada apa-apa hubungi saja Pak Pras, yach,” kata Pak Bram mengakhiri perjanjian kami.
    Aku akui memang wanita itu pandai dan menarik sekali cara perkenalannya atau kami sudah terlena oleh kemolekan tubuh wanita ini. Seminggu kemudian Mbak Sofi mengantar polis-polis ke perusahaan kami dan kebetulan Pak Bram sedang dinas ke Jakarta dan kali ini aku yang harus menemui.

    “Maaf Pak Bram lagi ke Jakarta, silakan duduk! mau minum apa?” kataku menyambut mereka di ruanganku.
    “Apa saja dech yang segar,” sahut Sofi.
    “Oh iya, Pak Pras, kenalkan ini asisten saya, namanya Yeni,” kata Sofi memperkenalkan rekan kerjanya.
    Acara serah terima polis berlangsung begitu cepat dan sejenak kami hening dan terdiam tiba-tiba, suasana terlihat kaku.
    “Wow, selera Mas Pras boleh juga,” kata Sofi tiba-tiba.
    “Em, emangnya kenapa Mbak?” tanyaku semakin akrab saja.
    “Tuh…” kata Sofi sambil menunjuk ke arah kalender meja yang bergambar cewek bule polos dengan pose mengundah nafsu yang melihatnya.
    “Yach maklumlah aku khan laki-laki Mbak, nanti kalo gambarnya cowok wah.., lha bisa berabe,” sahutku sekenanya.
    “Begini Pak Pras, selain menyampaikan polis kami ke sini juga ingin memberikan bonus untuk perusahaan ini karena omzetnya besar sekali,” kata Sofi di sela-sela gurauan kami.
    “Baik nanti saya sampaikan ke Pak Bram, terus…” pembicaraanku di sela oleh Sofi.
    “Begini Pak Pras nanti kita bicarakan di dinner party, kita akan kasih tau tempatnya,” kata Sofi sambil menatap tajam ke arahku.
    Besok adalah hari Sabtu, biasanya kantor kami masuk setengah hari, dan siang nanti aku harus jemput Boss yang datang bersama sekretarisnya. Dalam perjalanan HP-ku berdering dan nampaknya dari Sofi.
    “Prasetyo di sini,” jawabku.
    “Mas Pras, entar malem bisa khan? tempatnya rahasia, nanti sore kita jemput di kantor,” kata Sofi.
    “Apaan sich pakai rahasia segala,” tanyaku yang membuat Pak Bram penasaran.
    “Sebentar Fi, aku lagi bersama Pak Bram dan Mbak Niken,” jawabku.
    “Pak Bram, ini dari Sofi mengajak makan malem entar malem, dan mereka akan membicarakan soal bonus, akan tapi dia merahasiakan tempatnya,” aku menyampaikan pesan Sofi semua ke Pak Bram.
    “Mas, aku ikutan yach,” rengek Niken manja.
    “Hem emhh…” sahut Boss tuaku.
    “OK, Mbak Sofi nanti sekalian Mbak Niken juga ikutan,” aku menyambung pembicaraan ke Sofi. Sofi terdiam sejenak lalu, “Its OK, Yeni juga kau ajak kok, pokoknya siiplah, bye,” Sofi menutup pembicaraan kami.
    Kami berbalik arah atas perintah Pak Bram untuk menuju kantor karena sebentar lagi sore dari pada ke rumah Pak Bram nanti urusan sama istrinya bisa berabe. Kantor sudah lengang karena sudah pada pulang sejak pukul 13.00 tadi dan tinggal kami bertiga serta satpam penjaga kantor.Begitu sampai di kantor Bram dan Niken rupanya tidak dapat menahan gejolak birahinya dan dengan terburu-buru masuk ke ruangan Bram namun pintu masih terbuka sedikit. Akhirnya aku tahu apa yang dilakukan Bram dengan sekretaris-sekretarisnya dahulu, juga dengan Niken dengan mata kepalaku sendiri.
    Desahan nikmat Bram semakin keras dari ruanganku yang kebetulan bersebelahan, demikian pula desah Niken.
    “Niken, aahhmmm.. mmmpphh… hisepph… aaaghhh…” desah Bram membuat birahiku perlahan bangkit dan menjalar ke selangkanganku untuk mengacungkan diri.
    “Braaamm… gelliii,” desah Niken kemudian. Namun yang aku dengar hanya desah dan dengusan nafas Bram yang tenggelam dalam birahinya, dan kemana desah manja Niken? tanyaku dalam hati. Beberapa saat kemudian,
    “Nikenhhh… ahhgghhh.. kku.. kell…” kata Bram terbata-bata menahan laju spermanya.
    “Aaaghhh…” teriak Bram keras menyemburkan spermanya diiringi suara gaduh dari ruangannya, sepertinya benturan kursi dengan meja.
    “Emmmpphhh…” Niken mendesah lirih. Sebentar kemudian terdengar orang mengguyurkan shower, pasti si Niken lagi bersih- bersih, tebakku. Lalu ruangan itu kembali hening, hanya obrolan-obrolan pelan dari ruangan itu, kadang aku dengar suara tertawa kecil dari Niken.
    “Pras, sini lho jangan bengong di situ,” suara Bram keras memanggilku saat aku mulai menjelajah internet di PC-ku.
    “Sebentar Boss,” sahutku dan dengan sengaja aku buat lama agar mereka sempat merapikan pakaian masing-masing.
    Lebih kurang tiga menit berlalu aku baru berani mengetuk pintu Boss yang terbuka sedikit namun aku masih ragu-ragu.
    “Masuk Pras, kemarilah kita berpesta,” kata Bram datar.
    Alangkah terkejutnya aku ketika masuk ke ruangan itu melihat Niken tergolek bugil di meja Bram, sementara Bram masih menghisap puting Niken, dan jari tengahnya bekerja di vagina Niken yang terlihat basah oleh sperma Bram. Sperma Bram nampaknya cukup banyak sampai meleleh di meja di sela-sela bongkahan pantat Niken yang padat kenyal.
    “Mmm.. maaf Pak,” kataku tergagap, namun aku melihat Niken tidak bereaksi dan masih merem melek oleh permainan jari Bram di vaginannya.
    “Pras, ayo bantu aku puasin Niken, aku udah lumayan capek \ Pras,” kata Bram datar dan tidak aku perkirakan sebelumnya.
    Melihat pemandangan sedap itu penisku tegang seketika dan berereksi maksimal dan membayangkan bagaimana kalau vagina sempit itu aku jejali dengan penisku sepanjang 16,5 cm dengan diameter 4 cm.
    “Jangan bengong, tunggu apa lagi!” teriak Bram.
    Aku menghampiri mereka berdua dan sedikit takut juga pada Bram meski sebelumnya aku pernah threesome waktu kuliah dulu dengan teman-temanku. Akan tetapi yang aku hadapi ini situasinya lain, karena dia adalah Boss-ku dan sekretarisnya.
    Niken menatapku penuh harap dan dari mimiknya aku tahu dia sangat mengharapkan permainan seksnya, tidak ada pada satu pihak dan kesimpulanku Niken belum menggapai orgasmenya. Aku menghampiri Niken dari sisi meja lainnya kemudian aku kecup mesra sekali bibirnya sambil kubelai lembut rambutnya. Kami bercumbu lama sekali dan di sela-selanya kadang Niken mendesah oleh permainan jari Bram, rasanya tidak menarik lagi baginya.
    “Emmhhh.. Prasshh…” desah Niken yang tampak semakin gelisah menggapai orgasmenya yang gagal bersama Bram.
    Aku maklum, memang seusia Bram itu nafsu kuda tenaga ayam karena usia. Tangan Niken mulai menggapai zipper lantas dengan cepat Niken mengeluarkan isi celanaku yaitu batang pejal yang hangat.
    “Prasshh… aaakhh…” Niken menggapai-gapai kepalaku untuk segera menghisap putingnya, sementara tangan kirinya mengocok dengan lembut penis kesayanganku.
    “Pras.. ayooo!” rengek Niken, namun aku melirik ke arah Boss-ku yang tampak seperti anak kecil di tetek ibunya.
    Tampak olehku penis Bram lucu bentuknya, kecil sekali, pantas saja Niken masih terangsang.
    Bram memberiku isyarat agar aku segera melakukan permintaan Niken, lalu aku pelorotkan sedikit celanaku. Aku kemudian berjalan ke sisi lain meja dan mengatur posisi untuk segera melakukan penetrasi ke vagina Niken.
    “Aoohh mmpphh… aaaghh…” Niken menggumam ketika setengah penisku dengan mudah membongkar rongga rahimnya yang licin oleh sisa sperma Bram.
    “Ahhggh ssshhh.. aaaghkkk…” Niken tampak meringis ketika aku membenamkan seluruh batang penisku ke vaginanya dan terasa olehku ujung penisku mendesak rahim atasnya.
    Aku diamkan sesaat lamanya penisku tenggelam dalam rahimnya dan menikmati kehangatan yang terpancar dari genital kami masing-masing. Kemudian aku kocok penisku perlahan dan lembut agar kehangatan dan kasarnya lebih terasa bergesek dengan bibir vaginannya. Niken tampaknya suka dengan apa yang kulakukan, terlebih saat Bram mulai memainkan bukit indah di dadanya dimana putingnya masih nature dan kenyal.
    “Aaahgghh… ssshhh… sshhh… aagghhh…” Niken mulai menggelinjang lembut menyambut apa yang ia harapkan. “Prasssh… aagghh.. kuu… agghh… aaakkhh…” sampai juga Niken pada momen yang diharapkannya. Akan tetapi Niken masih menguasai orgasmenya, sehingga ia tidak larut dalam kenikmatan pertamanya.
    Aku memberinya waktu untuk beristirahat, dan ketika aku hendak mengambilkan air mineral, buru-buru Bram mencegahnya dan ia memberiku isyarat agar tetap di dekat Niken, kali ini Bram yang melayani kami.
    Setelah itu ia ke bathtub dan berendam air hangat di sana. Aku mengambil tissue di meja Bram dan aku sapukan lembut di bibir vagina Niken yang basah oleh cairannya sendiri dan sisa-sisa terakhir sperma Bram. Aku jongkok di sisi meja, lalu aku buka lebar-lebar kedua kaki Niken, nampaklah kini bongkahan daging kemerahan yang rambutnya tercukur habis lagi bersih. Kutempelkan bibirku di bibir vaginanya untuk melakukan oral seks, dan ketika aku buka bibir vaginanya dengan telunjuk dan jari tengahku terciumlah bau harum yang khas dari Niken.
    Aku menjilat dari pangkal anus Niken sampai sisi vagina bagian depan begitu berulang-ulang dan aku sela dengan gelitik ujung lidahku di mulut vaginanya.
    “Ooogghhk.. aaagghhmm.. punnhh.. aaahh… Prassstth… aaaghh…” Niken melonjak-lonjak, pinggulnya goyang kiri-kanan di atas meja berlapis kaca. Bokong Niken leluasa bergerak karena sperma Bram dan mani Niken sendiri bercampur meleleh di permukaan kaca meja tersebut.
    Setelah agak lama oral seks terhadap Niken aku lalu berdiri dan melepas semua pakaianku yang sedari tadi belum sempat terlepas. Niken membuka lebar-lebar kedua pahanya dan memegangi kedua tungkainya, matanya terpejam menyambut sensasi yang segera ia rasakan. Kedua bibirnya yang seksi itu ia buka memancing birahiku untuk segera menyetubuhinya.
    Aku remas sendiri penisku dan semakin mengeras dan panjang saja di hadapan Niken, kemudian perlahan aku tempelkan di mulut vagina Niken. Tepat saat Niken menyibakkan rambutnya aku hujamkan pelan memasuki rongga rahimnya.
    “Prassshh… aaaooookkh mmmphh… mmpfff…” gumam Niken.
    “Mmmpphh… puaskan aku yach sayang…” rengek Niken manja.
    “Slerphh…” 16,5 cm penisku kembali menjejali rahim Niken.
    Aku membiarkannya diam terbenam di rahim Niken sambil memainkan otot- otot penisku untuk memberi rasa geli pada Niken.
    “Prasshhh… ooaaakhh… aakhhh… mmpphhh.. nikmat sekali, pintar kamu Pras…” puji Niken.
    “Mau yang lebih nikmat say..?” tanyaku.
    “Mpphhh…” Niken hanya memejamkan matanya menyambut apa yang akan aku lakukan atas vaginanya.
    Pelan namun pasti aku mulai mengocok lagi lubang rahimnya yang masih perat dan sempit itu.
    “Aaaghh… aaghhh… ssshhh mmfffh… terusshh… aaannggghh…” ceracau Niken.
    Aku sedikit menarik dadaku agar tubuhku tegap berdiri dengan begitu kepala penisku akan dengan mudah menyentuh G-spot-nya.
    “Aaakkhhh.. yacchhh.. yaahh… mmpphhh… aaanggghhh yaahhh,” Niken semakin tenggelam dalam irama birahinya. Ia meremas sendiri kedua payudaranya dan kadang putingnya ia tarik sambil dipilin-dilepas lagi dan diulangi lagi berulang sehingga ia sendiri semakin tenggelam dalam ritme yang mengasyikkan ini.
    “Aaaghkku.. agh ahhk… aaahh… aahh.. aamphh…” Niken melepas kedua tangannya dari dadanya dan berpegangan erat pada kedua sisi meja.
    Kepalanya oleng seperti orang kesurupan lalu dadanya ia busungkan, pinggulnya bergelinjang penuh dengan gairah birahi yang mendalam. Kami semakin jauh tenggelam dalam irama permainan ini dan tak menghiraukan lagi Bram yang dengan santainya menyaksikan permainan panas kami. Namun ketika Niken mulai tak dapat menguasai dirinya tampaknya Bram horny juga karena aku melihat tangan kanannya terlihat mengocok penisnya sendiri dan yang
    kiri memegang segelas Sampanye.
    “Nikeenn.. aak… aahhh…” aku tak sanggup menahan laju spermaku dan bersamaan itu pula.
    “Prassshhh.. aaakh… aaaghhh…” Niken menjerit dan memegang erat kedua sisi meja, pinggulnya ia hentakkan kencang-
    kencang dan dikombinasikan dengan goyangannya. Apa yang Niken lakukan membuatku semakin tak tahan, dan sedetik kemudian aku memancarkan maniku banyak sekali.
    “Aaagghh…” desahku keras. Rupanya denyutan penisku saat maniku memancar menyebabkan Niken kegelian dan buru-buru ia bangun lalu mendekapku erat-erat.
    Kami berdekapan mesra sampai tetes maniku terakhir aku rasakan. Sekejap aku melihat wajah Bram terlihat tegang dan kedua giginya terkatup rapat, sementara tangan kanannya terlihat semakin cepat mengocok penisnya dan tiga detik kemudian ia terlihat puas melempar senyum ke kami.
    “Hem.. udah puas Nik?” suara Bram itu mengagetkan kami. Niken menoleh ke arah Bram di bathtub lalu menganggukkan kepalanya, lalu kami french kiss lama bak sepasang kekasih.
    “Terima kasih Pras, entar malem pasti lebih hot,” bisik Niken.
    “Ha..” aku terkejut.
    “Udah ach entar tau sendiri,” bisik Niken.
    “Hayoo… rencana busuk apa itu kok bisik-bisik?” tanya Bram berkelakar.
    Niken tersenyum kecut lalu menyusul Bram ke bathtub. Setelah merapikan pakaianku, aku kembali ke ruanganku lalu mandi dan aku teridur di kursi kerjaku. Singkat dan tak kuduga sebelumnya percintaanku dengan Niken namun masih terasa gigitannya itulah kesimpulanku saat bercinta dengan Niken di ruang Bram.
    Tak terasa sudah jam lima sore saat aku terjaga namun kulihat ruangan Bram tertutup rapat, khawatir janji dengan Sofi molor maka pintu aku ketuk pelan dan kudengar suara Niken mempersilakan aku masuk.
    “Masuk Pras!” suara Niken mempersilakan aku masuk.
    “Mana Pak Bram?” tanyaku saat melihat Niken.
    “Sedang keluar,” kata Niken setengah mendesah.
    “Kenapa..?” aku membalasnya dengan setengah berbisik di belakang telinga Niken.
    “Masih terasa mengganjal di sini Mas..” Niken menunjuk ke selangkangannya yang ia buka melebar.
    “Punya Mas besar dan panjang sich dan pokoknya mmmpphhh…” imbuh Niken seraya mengusap-usap vaginanya sendiri dan membuat gerakan bak disetubuhi.
    “Akh udah ah, entar ketahuan Bram lho,” kataku sambil membimbing Niken berdiri.
    Kemudian kami bersiap menyambut Sofi dan Bram yang akan menjemput kami petang ini. Kami duduk di lantai atas kantor kami sambil minum ginseng yang dibelikan oleh security kami. Tampak di luar masih terlihat kesibukan pelabuhan yang tak pernah akan berhenti, kami pun terlibat obrolan santai. Akhirnya aku tahu bahwa Niken menolak kalau dituduh simpanan Bram dan yang ia lakukan hanyalah demi uang dan karir. Ia mau berbuat begitu karena dikhianati oleh pacar yang amat disayanginya yang tega menghamili gadis lain. Dari Niken juga aku tahu bahwa Bram itu orangnya “Edi Tansil” alias Ejakulasi Dini Tanpa Hasil.
    “Baru diisep dua kali aja sudah ngecritt.. alias maninya muncrat,” kata Niken pada suatu kesempatan. Kasihan benar kamu Niken, bisikku dalam hati. Lalu aku menarik nafas dalam-dalam.
    “Oh iya Niken, apa maksud kamu tadi itu?” selidikku.
    “Yang mana?” tanya Niken lupa.
    “Itu lho, katanya nanti malem akan lebih hot!” sahutku. Niken termenung sesaat.
    “Sebetulnya ini rahasia dari Bram, cuma karena tadi aku sangat puas dengan permainan Mas Pras akhirnya aku kelepasan ngomong,” jelas Niken.
    “Begini Mas Pras, sebetulnya Bram sudah tahu kalau Sofi akan memberikan bonus dalam rangka aplikasi asuransi kemarin,” imbuh Niken.
    “Terus…” tanyaku penasaran.
    Niken sepertinya keberatan, lantas terdiam lalu berdiri dan meghisap dalam-dalam filter kesukaannya. Matanya menerawang jauh ke laut lepas seolah ingin menumpahkan semua beban hidupnya di sana.
    “Nik..! kamu baik-baik saja kan?” aku bertanya pada Niken dan menghampirinya lalu kudekap Niken di samping kiriku.
    “Nggak! nggak apa-apa kok Mas,” tukas Niken membalikkan badannya menghadapku.
    “Tapi wajah kamu kok keruh begitu..?” aku mencoba agar dia mau curhat padaku.
    “Mas Pras! tapi ini sangat rahasia, jadi tolong simpan untuk Mas Pras saja,” pinta Niken.
    Aku tidak berkata sepatah katapun karena aku rasa Niken sudah percaya kepadaku.
    “Begini Mas…!” Niken mulai curhatnya kepadaku panjang lebar yang intinya sikap Bram yang mulai terlihat mencampakkan Niken seperti baru saja terjadi antara aku, Niken dan Bram dimana Bram mengijinkan Niken aku setubuhi.
    “Habis manis sepah dibuang,” kata Niken penuh kekesalan.
    “Niken! dunia ini tidak hanya milik Bram atau milik kamu ataupun milik aku saja, tetapi dunia ini luas,” hiburku.
    Secara jujur aku akui bahwa akhir-akhir ini aku juga merasa kesal dengan Bram yang semakin otoriter saja dan ini bertentangan dengan pribadiku.
    “Sebenarnya aku sudah punya perusahaan sendiri yang aku percayakan pada salah seorang sahabatku.
    Sekarang masih tahap trial running dan membutuhkan accounting officer, kebetulan Niken kan background-nya accounting punya dan kala Niken bersedia Niken boleh berkarir di sana,” kucoba memberi Niken alternatif yang baik.
    “Tapi…” Niken tampaknya ragu namun segera aku yakinkan.
    “Nik! apakah aku seperi Bram dan… emhh, entah apa yang terjadi tadi tiba-tiba aku tak sanggup menolaknya?” kutatap matanya dalam-dalam untuk meyakinkannya, lalu aku yakinkan lagi dengan sebuah kecupan mesra di dahinya.
    “Aku tahu dan maklum kepada Mas Pras sebagai lelaki muda dan…” Niken berhenti bicara sejenak seperti berpikir sesuatu.
    “Dan jantan…” tukas Niken dengan senyum manisnya yang merebak membuat wajahnya kembali bersinar.
    Niken menghisap dalam-dalam kretek filternya mild-nya, lalu mencampakkan puntungnya ke vas bunga dekat jendela.
    “Mas, acara nanti malam adalah rencana Bram agar dapat berkencan dengan si Sofi dan Yeni bersama kita,” jelas Niken.
    “Bersama kita…” aku terheran.
    “Yach fivesome lah… dan sudah jadi rahasia umun kan ada beberapa jasa semacam itu yang memberikan bonus service yang hot,” kata Niken datar.
    “Tapi Mas Pras nggak usah kuwatir, aku akan melampiaskan semua kekesalanku atas Bram pada Mas Pras, so siap-siap saja yach,” ancam Niken dengan senyumnya yang seksi yang semakin membuat hatiku
    berbunga.
    “Dan Mas Pras akan jadi raja malam ini,” ejek Niken.
    “Gila kali…” kataku pelan dan tiba-tiba saja HP-ku berdering.
    “Yes Boss…” jawabku pada Bram.
    “Aku sampai di Gajah Mada nich, jadi siap-siap saja, sekali celup masih bisa kok Pras,” kelakar Bram.
    Aku tidak merespon kalimat terakhir Bram tadi hingga Bram menutup pembicaraan kami.
    “Oh iya, kalian langsung saja ke Kopeng (Bram menyebut nama salah satu wisma), kita ketemu di sana,” ajak Bram.
    “Ok, Niken ayo kita bersiap.” Aku menggandeng Niken menuruni tangga kantor kami menuju Kijang kesukaanku.
    Dalam perjalanan ke Salatiga aku mempersilakan Niken untuk istirahat agar badannya kembali bugar. 1 jam perjalanan aku dan Niken tiba di wisma yang dimaksud oleh Bram, Niken masih tampak terlelap, aku mencoba membangunkannya dengan cara mengecup lembut bibirnya.
    “Mpphhh.. udah nyampai yach…” Niken mulai tersadar dari tidurnya.
    Wisma itu besar sekali dan terletak agak jauh dari jalan raya Salatiga-Magelang, mempunyai 4 kamar sekelas president suite. Melihat bangunannya ini termasuk bangunan baru namun ber-arsitek mirip bangunan lama. Bram sudah sampai duluan bersama Sofi dan Yeni yang nampak mesra di kiri dan kanan Bram di koridor depan. Melihat kedatangan kami Sofi lalu berdiri dan menyambut kedatangan aku dan Niken.
    “Have a hot party,” katanya sambil mengerlingkan nakal matanya.
    “Ayo kita santap malam!” ajak Sofi ke ruag tengah.
    Ruangan tengah berhias lampu kristal mahal dan interiornya tertata rapi berhampar permadani merah menambah hangatnya suasana meski udara di sana terasa menggigit sampai ke tulang. Kami lantas makan bersama dan dilanjutkan berenang di warm water pool dan setelah itu acara jalan-jalan sekitar wisma itu menghirup udara segar pegunungan bercampur aroma sayuran khas pegunungan.
    “Nich room service-nya, bila perlu apa-apa tekan saja extention 9 untuk room service atau membutuhkan sesuatu,” kata Sofi ketika kami melewati sebuah bangunan saat kembali ke wisma.
    Kami duduk-duduk di ruang depan, sementara Sofi sibuk dengan mempersiapkan ruangan tengah. Niken sedari tadi bergelayut manja padaku tampak acuh dengan Bram di depan kami yang merangkul mesra Yeni. Tampak sesekali Bram
    mencium bibir Yeni bahkan terang-terangan meremas selangkangan Yeni di depan Niken, Yeni sendiri rupanya juga sudah
    “on” berat tak memperdulikan sekitarnya.
    “Ternyata brengsek juga si Bram ini, tidak peduli perasaan Niken,” makiku dalam hati.
    Semakin lama sikap Bram semakin cuek saja, akhirnya aku menarik Niken untuk ke teras samping yang menghadap ke kebun sayuran. Kami berbicang ringan di sana tentang sejuknya dan betapa indahnya alam ini kira-kira setengah jam kami habiskan waktu untuk ngobrol. Aku dan Niken lalu masuk kembali ke ruangan semula dan aku amati wajah Yeni semakin kelihatan horny sekali, demikian juga Bram, namun mereka (Bram dan Yeni) tak dapat memulai sendiri pestanya harus bersama-sama. Wajah Yeni tidak begitu cantik namun bodinya yahut banget, dadanya membusung, tubuhnya putih mulus terawat, tungkainya lancir berkombinasi dengan pantatnya yang bulat padat menandakan bahwa power sex-nya pastilah meletup-letup dan aku yakin Bram hanya sekali goyang sudah kelojotan.
    Diam-diam aku lebih bergairah jika melihat Yeni dari pada Sofi, apalagi melihat dahinya yang sedikit nonong tentu bongkahan selangkangannya juga tebal dan luas. Perfectly, bathinku. Darah lelakiku semakin berdesir kencang. Sofi sendiri orangnya montok berisi tapi tidak dapat dikatakan gemuk, tepatnya adalah semok alias seksi dan montok, kulitnya kuning dan rambutnya pendek sebahu.
    Pukul 19.00 Sofi mempersilakan kami untuk memasuki arena dan perlahan tirai penutup koridor sutera merah itu tertutup demikian pula untuk tirai jendela lainnya dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi hangat. “Inilah bonus itu Mas Pras,” bisik Niken di sela-sela langkah kami ke ruang tengah. Benar-benar bonus yang hebat dan aku tidak pernah habis pikir akan hal ini, lantai ruangan tengah yang tadi beralaskan karpet merah kini berlapis kain satin lembut, entah apa maksud dari interior ini, aku masih bertanya dalam hati.
    Kami sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan dandan secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-laki dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit.
    Aku melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang tersedia bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini kelihatan lebih lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi petunjuk kepada yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada nude party. Aku terperangah ketika melihat Niken baru saja keluar dari washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi, wajah ketiganya anggun berhias bibir sensual yang merah menantang dan masing-masing punya kelebihan, si cantik yaitu Niken, si hyperseks yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau harum lebih menyeruak ke ruangan, dan aku melihat Bram jakunnya semakin cepat naik-turun pertanda birahinya sudah di ubun-ubun.
    Sofi dan Yeni menghampiri Bram, sementara Niken mendekat ke arahku, aku melihat Bram bergelayut mesra di dada Yeni karena Bram orangnya agak pendek sedangkan Yeni memakai sepatu hak tinggi. Aku dan Niken tersenyum geli saat Bram menyusu Yeni sambil berjalan ke arah meja ke ruangan itu karena kelihatan lucu. Musik mengalun lembut menambah
    hangat suasana pesta ini dan aku semakin tenggelam dalam rengkuhan bibir Niken. Di setiap sudut ruangan ada monitor 29 inchi menampilkan film seks sehingga menambah panas suasana pesta ini.
    Udara pun tak lagi terasa dingin justru semakin terasa amat panas oleh cepatnya aliran darah kami masing masing. Aku dan Niken mengambil segelas sampanye lalu saling suap sambil berdansa mesra, saling dekap saling cumbu dan saling pagut. Tubuh kami seimbang karena Niken menggunakan sepatu berhak tinggi sehingga pinggul kami pun tepat bersentuhan. Kedua telor penisku terasa mengusap lembut bibir luar vagina Niken membuat kami kadang merinding kegelian bercampur nikmat.
    Bram yang sedari tadi tampak sudah tak tahan ingin segera menyetubuhi Yeni meminta Yeni mengambilkan buah anggur hijau di tengah meja. Karena letak buah anggur itu di tengah meja maka praktis Yeni harus menungging saat mengambilnya. Namun bukanlah Bram kalau tidak berbuat begitu, karena begitu Yeni terlihat mengangkat tumitnya maka merekahlah vagina Yeni lalu buru-buru Bram jongkok dan mencumbui vagina Yeni dari arah belakang.
    “Aaaghhh…” Yeni tampak kaget namun menikmatinya dan acara “mengambil anggur” itupun berubah menjadi acara “jilat kacang”.
    Yeni memang pandai memasang umpan atas Bram, dia menikmati jilatan demi jilatan Bram dengan desahannya. Bram memang banyak makan garam, karena dengan permainan lidah Bram, Yeni semakin mendesah hebat dan diikuti lenguhan-lenguhan nikmat. Bram menjilat dari lubang anus yang sedikit memerah ke depan menuju bibir sampai sudut bibir vagina bagian depan kemudian berhenti memainkan ujung lidahnya di klitoris Yeni.
    “Aaaoohh sshhh.. oohhss hhh.. oohh.. ssshhh.. aagg… oohhghh,” Yeni rupanya mendekati orgasmenya.
    Sofi kemudian mendekati Yeni dan jongkok di antara Yeni dan meja, dan dengan sigap sudah terlihat memainkan buah dada Yeni bagian kiri dan yang kanan ia hisap dalam-dalam. Tangan Bram mulai menggapai meraba-raba punggung bagian atas kemudian ke bawah berulang-ulang. Yeni terperangah nikmat apalagi Bram kini mulai menusukkan dua jari tangannya ke vaginanya. Dengan cepat Yeni tak mampu menahan sensasi itu, lalu Yeni pun melenguh panjang, wajahnya mendongak meregang orgasmenya.
    “Aaoughh mmpphhh.. aaahkk.. aahhk.. aampphh.. sshitthhogghhh.. sshhh…” ceracau Yeni, matanya mendelik kemudian terpejam, pinggulnya ia putar-putar mengikuti irama lidah Bram.
    Demikian pula pantatnya dihetakkan lembut seirama tusukan jari Bram yang semakin cepat temponya dan tak teratur.
    “Aaooghh.. aaashh sshhh… mmmpphh… aaahhggh,” Yeni melenguh menikmati detik-detik terakhir orgasmenya.
    Yeni kemudian menyibakkan rambutnya dan membimbing Sofi untuk duduk di meja, lantas dengan sigap Sofi segera membuka lebar-lebar sudut kakinya. Yeni mulai memainkan ujung lidahnya belahan vagina Sofi.
    “Oogghh.. Yenn… ssshhh… aahh mmpphh… hangat Yennhh…” gumam Sofi. Sekembali Bram dari minum ia lalu menghampiri Sofi dan terlihat mencumbui Sofi dengan lembut.
    “Oogghh.. Mas… Brammh… aakhkh… mmpphff…” mulut Sofi tersumpal oleh bibir Bram.Sofi melenguh, kadang mendesah manja, membuat aku dan Niken semakin terhanyut oleh birahi.
    “Nikhh.. aaku masukin yach…” bisikku di telinga Niken lantas memainkan belakang telinganya.
    “Hem.. aaoghhh.. gelli.. Mass…” desah Niken. Aku sedikit membungkuk lalu tanpa diperintah Niken membantu membimbing penisku memasuki vaginanya.
    “Aahhghh.. hangat.. mpphh…” hawa hangat mulai menjalar ke tubuh Niken dari selangkangannya mengalir ke seluruh bagian tubuh.
    Rasa pejal dan hangat mulai merambah ke wajah Niken yang kini mulai kelihatan memerah, di lain bagian aku rasakan bukit vaginanya semakin menyembul karena tersumbal oleh penisku. Aku mulai mengocoknya perlahan seirama musik lembut, sesekali Niken menjauhkan tubuhnya dari aku untuk lebih menancapkan gigitan vaginanya yang semakin hangat kurasa.
    Sofi sudah mulai mendekati detik orgasmenya dan bersamaan itu pula,
    “Ngghh… aaampphh… aaakkhh.. ogghhh… Mas.. Prasshh… aakk… ooh.. aaaghhh…” Niken menggelinjang hebat dalam rengkuhanku, kedua kakinya menegang hebat menahan tubuhnya yang bergetar. Aku kemudian menarik sedikit pinggulnya ke bawah sehingga kedua pahanya kini lebih terbuka lebar dengan demikian aku punya kesempatan untuk menanamkan dalam-dalam secara keseluruhan penisku yang panjang.
    “Aaghkk… ohhh mpmpp.. sshhh.. aaghhh.. aaghhh… sshhh..” Niken menggapai orgasmenya, sangat sensasional tubuhnya memeluk hangat tubuhku. Aku merasakan cairan hangat menyiram penisku yang masih tetap berdenyut, lalu kami kembali pada irama dansa, sementara penisku masih menancap di rahim Niken. Aku melihat di dekat meja telah berganti posisi, dan Sofi memegang vibrator nyala memainkannya di vagina Niken terduduk di meja dengan satu kaki ia angkat dan satu kakinya bertumpu di lantai. Dari belakang Sofi, Bram mengocokkan pensinya di vagina Sofi namun kelihatan ironis karena vagina Sofi yang gemuk dan tebal itu beradu dengan penis kecil nyaris tidak kelihatan. Aku sempat melirik Bram saat memasukkan penisnya ke vagina Sofi yang nampak tergopoh-gopoh dan begiitu masuk seluruhnya Bram mendesah.
    “Oohhgghh… hangat Soff…” desah Bram.
    Sofi mulai menggoyang pinggulnya dengan teratur, memutar, sesekali menghentak ke arah pangkal penis Bram. Bram kulihat kelojotan mendapat serangan Sofi, begitu pula Yeni yang mulai mendesah kepedasan oleh sensasi vibrator yang kini ia mainkan sendiri. Sofi tenggelam dalam alunan birahinya lantas menggoyang cepat dan tak teratur membuat Bram semakin bergetar dan
    “Aooghhh.. mmpphh… aakk.. keell…” teriak Bram menyambut semburan spermanya.
    “Ttt… tungguu… aahkkkuu.. aaaooghhh.. aaooghg.. aammpphh asshhh aahh.. shhh…” Bersamaan itu pula sofi tegang dan sedetik kemudian tubuhnya bergetar.
    Bersama itu pula penisku semakin berdenyut-denyut karena gairahku dan hal ini menambah gelitik di vagina Niken, lalu Niken pun tenggelam dalam orgasme yang berikut. Bram dan Sofi kemudian berpelukan dan berpagutan mesra berjalan menuju sofa di salah satu sudut ruangan. Lain halnya dengan Yeni yang kelihatan putus sudah jenuh dengan permainan vibratornya, kemudian mendekati aku dan Niken.
    Yeni mendekapku mesra dari belakang vaginanya yang memang masih menyembul karena birahinya ia gesekkan sendiri ke pantatku. Kenikmatan yang aku rasakan kali ini betul-betul nikmat, aku berdansa dengan dua bidadari dan keduanya mendekapku dengan mesra. Penisku pun kurasa semakin berdenyut tak teratur menandakan aku segera
    memancarkan sperma. Namun karena Niken sedikit capai setelah dua kali orgasme ia membimbingku menuju dekat meja.
    “Plopphh..” suara penisku saat lepas dari gigitan vagina Niken. Niken melenguh lalu duduk di sisi meja untuk mengambil sampanye lalu memberi isyarat agar aku meneruskan permainanku. Aku rebahkan Yeni di shatin putih, kedua pahanya aku buka lebar-lebar dan semakin merekahlah vagina Yeni. Tak aku sia-siakan kesempatan ini untuk mengecup, mencumbu dan menjilat vagina Yeni yang masih bersih (beruntung Bram menyetubuhi Sofi dulu).
    “Aahghhh.. aapap mmhhh.. appmmhh… aaakkhh.. sshh,” Yeni mendesah, tangannya meremas dan memilin putingnya.
    Niken tanggap akan hal ini lalu mendekati Yeni dan meletakkan kepala Yeni di pahanya, kemudian Niken memainkan puting Yeni dengan mulutnya. Rabaan dan remasan tangan Niken membuat Yeni semakin bergelinjang hebat dan mempercepat orgasme Yeni yang sedari tadi tersendat.
    “Aaagghhh… oooghhh.. oopppmmhhh… sshhh… shiitt hhh… aaahhkkk…” Yeni
    mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang.
    Berikutnya Yeni semakin bergelinjang dalam lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuhnya hangat tersumbal oleh penisku sementara di bagian lain Niken menambah sensasi di putingnya.
    “Aaaghhkk.. kkuu.. mmppphhh… maauuh… aaghhh…” Orgasme berikutnya menyusul, apalagi setelah penisku kudorong lebih dalam lagi membuat Yeni histeris.
    Tubuh Yeni masih bergelinjang, pinggulnya ia putar goyang dengan irama tak teratur semakin cepat dan semakin cepat, lalu aku rasakan spermaku sudah berkumpul di ujung penis menyebabkan penisku semakin mengeras. Semakin pejal dirasakan oleh Yeni dan Yeni kembali menggapai orgasmenya yang serasa tiada akhir.
    “Yennhh.. aakuu…” desahku ketika hendak menggapai ejakulasiku. Yeni bangkit dan melepas gigitan vaginanya, buru-buru ia meraih penisku dan sekejap sudah tertelan dalam mulut seksi Yeni. Kocokan tangan berkombinasi dengan sedotan kadang permainan lidah Yeni membuatku bergetar hebat dan aku kini yang berdiri pada kedua lututku terasa ingin berdiri dan melepas semua sperma yang ada di kantong spermaku.
    “Uughhh.. shhh… Yennh… oookhhh… hisapphhh… ooghh…” ceracauku saat menjelang ejakulasiku.
    “Sssrrr… rotth.. crothh… crothhh…” entah berapa semprotan maniku menyembur di mulut Yeni.
    “Agghhh…. aampphhh.. oogghhh… hh… mmppphh…” aku masih menikmati sisa-sisa orgasme.
    “Ooghhh.. udahh… aaahhh…” pintaku pada Yeni ketika menjilat habis sisa-sisa sperma yang meleleh dari lubang kencingku.
    Lega rasanya semua birahiku tersalurkan setelah sekian lama menyumbat. Malam semakin larut lalu kami beristirahat setelah menghabiskan minuman yang ada. Bram lalu menuju ke kamar dan meminta Niken melayaninya di sana, lalu aku menyusulnya, sementara Sofi dan Yeni ke washroom untuk bersih-bersih. Niken menggapai orgasmenya saat aku dan Bram menyetubuhinya, karena penis Bram kecil maka aku sarankan ia melakukan lewat anus Niken sementara penisku yang panjang aku hujamkan dalam-dalam ke rahim Niken. Niken bergelinjang hebat oleh karena permainanku dan Bram. Bram kemudian tertidur karena kecapaian ditemani oleh Sofi. Aku sendiri mengajak Yeni dan Niken ke kamar lainnya dan menghabiskan malam panjang sampai spermaku terasa betul-betul terasa kering sudah dan akhirnya aku tertidur dalam
    pelukan dua bidadari.
    Kami terbangun hampir bersamaan ketika matahari sudah tinggi lalu menuju kolam renang dan berendam di sana sambil sarapan pagi. Sore hari kami baru kembali ke Semarang dengan membawa bonus yang tak terlupakan.
     
    Support : Creating Website | @ZZ@M_IP | @ZZ@M_IP
    Copyright © 2014. Cerita Dewasa Terselubungi - All Rights Reserved
    Template Created by Creating Website Published by @ZZ@M_IP
    Proudly powered by Blogger